Share

Bab 70. Rumah untuk Keluarga

Penulis: Hare Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-24 22:01:03

Senja mulai turun perlahan, memandikan langit dengan semburat jingga. Burung-burung mulai kembali ke sarangnya, dan aroma tanah lembap memenuhi udara.

Namun, bagi Arsila, dunia terasa membeku di tempatnya. Suara pekerja yang sibuk di rumah sebelah pun tak mampu mengalihkan pikirannya dari satu nama—Samuel.

“Kenapa?” tanyanya hampir tak percaya, saat pria itu berdiri di hadapannya, mengumumkan bahwa rumah kosong di samping rumah Bu Liana kini akan menjadi tempat tinggalnya.

Samuel menatapnya lembut. “Karena aku ingin dekat dengan anakku. Dan juga dengan kamu.”

Ucapan itu seperti palu yang menghantam dinding pertahanan yang sudah lama Arsila bangun. Keteguhan hati yang dia rawat bertahun-tahun, perlahan retak oleh kesungguhan pria itu.

Tanpa menunggu balasan, Samuel melangkah masuk ke rumah barunya. “Sampai jumpa, Tetangga,” ucapnya ringan namun sarat makna.

Senyum terus terulas di bibir Samuel, kebahagiaan tidak bisa dia tutupi karena akhirnya dia bisa hadir setiap saat untuk Juang me
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembantu Cantik Pemuas Hasrat Sang Pewaris   Bab 97. Mengambil Barang

    Awan-awan tipis menggantung di langit biru saat mentari akhir pekan menebar sinarnya ke halaman rumah keluarga kecil itu. Aroma rumput basah dan suara gemericik air kolam renang menjadi simfoni tenang yang membelai jiwa.Hari ini, Arsila memilih untuk tidak pergi ke mana-mana. Ia hanya ingin menikmati kebersamaan dengan keluarga kecilnya tanpa gangguan siapa pun. Dunia luar, dengan segala keributan dan drama, ditinggalkannya sejenak di luar pagar."Yakin gak mau main di luar?" tanya Samuel, muncul dari dalam rumah dengan dua cangkir—kopi hangat untuk dirinya, dan susu untuk Juang.Ia sudah siap dengan celana renang, handuk terlilit di leher, dan semangat yang tak kalah dengan anak kecil."Yakin. Aku ingin menghabiskan waktu di rumah saja. Dan jujur, justru momen kayak gini lebih terasa ‘feel’-nya, main sama Juang," jawab Arsila, mengenakan bathrobe dengan rambut masih digulung handuk.Samuel tersenyum. “Aku juga ngerasa lelah banget. Akhir-akhir ini, banyak kejadian yang nguras energ

  • Pembantu Cantik Pemuas Hasrat Sang Pewaris   Bab 96. Hantu Masa Lalu

    Mentari sore perlahan tenggelam di ufuk barat, menebarkan semburat oranye di langit kota yang mulai meredup. Di teras depan rumah keluarga kecil itu, tawa kecil Juang terdengar renyah saat Samuel melemparkan mainan balok-balokan ke udara. Keduanya tampak larut dalam momen yang sederhana tapi berharga. Namun tawa itu segera mereda begitu Arsila melangkah masuk ke pekarangan, dengan langkah yang tak biasa, setelah turun dari mobilnya.Langkahnya pelan. Raut wajahnya lelah. Matanya menatap kosong ke depan seolah membawa beban yang tidak ringan."Hai anak Mama yang ganteng. Lagi main apa sama Papa?" tanya Arsila menatap Juang.Samuel menyambutnya dengan senyum yang sedikit menurun. Ia bisa merasakan sesuatu yang salah. Ia segera berdiri dan menghampiri sang istri, membiarkan Juang bermain sendiri di teras."Kamu sudah pulang?" tanya Arsila membalas pelukan Samuel."Iya, baru sekitar tiga puluh menit, Juang langsung ngajak main.""Oke."“Kenapa? Kamu terlihat begitu lesu?” tanya Samuel le

  • Pembantu Cantik Pemuas Hasrat Sang Pewaris   Bab 95. Aku Memang Seperti Itu!

    Langit sore mulai memudar warnanya, mengubah rona biru terang menjadi jingga keemasan. Kota seperti tenggelam dalam semacam kelelahan. Sama seperti langkah kaki Arsila yang pelan dan berat saat ia keluar dari gedung tinggi Jusman Group. Di tangannya, sebuah map coklat berisi berkas rapat hari itu. Dia ingin mempelajarinya sepanjang dalam perjalanan pulang.Matanya sayu. Rambutnya tergerai lepas, tertiup angin yang tak bersahabat. Hari ini, seperti hari-hari sebelumnya, penuh tekanan, keluhan, dan berita buruk."Aku harus beli coklat untuk Juang," gumam Arsila dengan senyum halus saat mengingat sang buah hati. Kini, hanya Samuel dan Juang lah yang selalu menjadi sumber bahagianya.Langkahnya hampir sampai ke mobil hitam yang sudah menunggunya, saat tiba-tiba—“Arsila!”Suaranya tidak asing. Nada itu—dalam dan tergesa—seketika menghentikan gerakan tubuh Arsila.Ia menoleh, dan benar saja. Di sana, beberapa meter di belakangnya, berdiri Rio. Pria yang dulunya pernah ia percayai dan ham

  • Pembantu Cantik Pemuas Hasrat Sang Pewaris   Bab 94. Masih Memiliki Keluarga

    Pagi itu, mentari belum sepenuhnya mengusir dingin embun di jendela ketika Arsila melangkah masuk ke ruangannya di kantor pusat Jusman Group.Wajahnya lelah, bukan karena bangun terlalu pagi, tapi karena semalaman ia tak benar-benar tidur. Pikirannya masih penuh dengan kekacauan—gosip yang terus berhembus, tekanan dari para investor, dan keretakan kecil yang mulai terasa di dalam tubuh perusahaan.Belum sempat ia sepenuhnya bersandar di kursi kebesarannya, Eny masuk membawa berita yang membuat dahi Arsila langsung berkerut."Bu, ada yang ingin bertemu," ucap Eny pelan, sedikit ragu.Arsila mengangkat kepalanya perlahan. Pandangannya tajam tapi letih. “Siapa?”“Namanya Pak Robert.”“Dia siapa?”“Saya tidak tahu pasti, Bu. Beliau hanya menyebutkan namanya, tapi tidak menjelaskan dari mana asalnya. Katanya penting.”Arsila menarik napas panjang. Sudah terlalu banyak orang yang datang menemuinya akhir-akhir ini. Ada yang pura-pura prihatin, tapi sebenarnya hanya ingin menggali kelemahan.

  • Pembantu Cantik Pemuas Hasrat Sang Pewaris   Bab 93. Masih Ingin Mencoba

    Brumm!Suara mesin mengaum keras saat Samuel menekan pedal gas dalam-dalam. Mobil mereka meluncur cepat meninggalkan rumah keluarga Nugraha—meninggalkan luka, kemarahan, dan kekecewaan yang masih membekas di dada.Di dalam mobil, suasana begitu sunyi. Jalanan kota mulai gelap, lampu-lampu jalan menyinari wajah Arsila yang menunduk menatap Juang yang tertidur dalam pelukannya. Bocah kecil itu tampak kelelahan setelah drama emosional yang tak seharusnya ia saksikan. Tangisnya sudah berhenti, berganti dengkuran kecil yang tenang."Hati-hati, Sayang," bisik Arsila, hampir seperti gumaman.Samuel tidak menjawab. Ia hanya menggenggam erat setir kemudi, matanya fokus ke depan, tapi jelas dari caranya menarik napas dan menghela, emosinya masih menggelegak.Mobil terus melaju dengan kecepatan tinggi, menelan jalan demi jalan hingga akhirnya, setelah cukup jauh dari rumah keluarganya, Samuel mulai menurunkan kecepatan. Lampu merah menyala, dan ia berhenti, membiarkan malam menyusup ke dalam r

  • Pembantu Cantik Pemuas Hasrat Sang Pewaris   Bab 92. Warisan yang Lebih Besar

    "Huaha... mama..."Tangisan Juang memecah ketegangan. Suaranya melengking dalam gendongan Arsila, menggema di pelataran rumah keluarga Nugraha."Huhuhu..." tangis itu bukan hanya karena bising dan keributan, tapi juga ketegangan yang begitu kuat terasa di udara.Dia merasa terganggu dan juga bisa merasakan kalau saat ini kedua orang tuanya sedang menghadapi badai.Arsila berusaha menenangkan Juang sambil mengusap punggungnya, namun bocah itu terus memberontak, meronta, menunjuk ke arah mobil mereka yang terparkir tak jauh. Ia ingin pulang. Ia ingin menjauh dari tempat ini, dari suasana yang bahkan tak dimengerti oleh anak sekecil dirinya.Dia yang tadinya begitu bersemangat melihat rumah keluarga Nugraha yang banyak lampu menyala menarik perhatiannya. Dan ternyata, rumah itu tidak setenang luarnya. Di dalamnya memancarkan aura panas meskipun setiap sudut dilengkapi dengan pendingin ruangan.“Samuel!” terdengar suara nyaring Mutia Nugraha dari dalam rumah, penuh kemarahan dan luka yan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status