Share

Bab 2. Meja Kerja Pembantu

Akhirnya aku mendapatkan pekerjaan.

Anita, karyawan senior di rumah ini mengantarku ke rumah Tuan Kusuma Adijaya.

Dalam perjalanan, Anita menjelaskan tentang beliau. Beliau anak sulung Nyonya Besar, mempunyai anak satu perempuan bernama Amelia Adijaya. Anaknya sudah sekolah SMP kelas dua.

Tugasku adalah mengurus rumah dari A sampai Z dan setiap seminggu sekali Anita akan datang untuk mengecek semua berupa laporan tertulis. Termasuk memasak, belanja, bertanggung jawab dengan penataan rumah sampai laporan keuangan.

"Maaf Mbak Anita, pekerjaannya banyak sekali. Saya di sana sendirian?"

"Yang bertanggung jawab Bu Rani sendiri. Ada Pak Maman sebagai sopir dan Bik Inah yang akan bantu. Ada satpam tiga orang, jadwal sudah saya atur, nanti bisa diatur ulang. Namun, nantinya tetap mereka di bawah tanggung jawab Bu Rani" jelas Anita.

"Ini buku yang sudah saya rekap tentang jadwal Tuan Kusuma dan Nona Amelia. Di sini juga dijelaskan apa kesukaan dan apa yang harus dihindari. Lengkap. Ada juga nomor telpon saya yang bisa dihubungi kalau keadaan terpaksa. Bagaimana, Bu? Ada yang ditanyakan?"

Satu buku tebal ditaruhnya di pangkuanku. Dasar orang kaya, cari pembantu sampai seperti ini. Pantesan sampai berbulan-bulan tidak dapat pegawai. Ditraining saja sudah nyeremin.

"Mbak Anita, mau tanya, memang istri Tuan Kusuma ke mana? Apakah sibuk juga?" tanyaku heran, karena semua pekerjaan sepertinya tugas seorang istri bukan tugas pembantu. Apalagi disana juga sudah ada Bik Inah.

"Oya lupa saya. Tuan Kusuma duda. Istrinya meninggal ketika Amelia umur 5 tahun. Ada lagi tugas khusus, yaitu memperhatikan Nona Amelia. Dia sudah ABG, pesen Nyonya Besar harus mengurus keperluan dia. Siap ya, Bu?" kata Anita memastikan kesungguhanku.

"Insyaallah, siap."

*

Mobil sudah memasuki di rumah yang mempunyai gerbang tinggi, nyaris tidak kelihatan orang berdiri dari luar. Rumah design romawi, kelihatan mewah dengan asesoris mahal di sana-sini. Guci kuno, lampu kristal dan hiasan sclupture yang aku tahu itu harganya mahal.

"Ayo masuk, Bu Rani. Di rumah masih sepi. Non Amelia sekolahnya fullday, Tuan Kusuma di kantor sampai sore, jadi cuma Bik Inah yang di rumah."

"Rumah segede ini, hanya mereka berdua saja? Tetapi Bik Inah tinggal di sini, kan?"

"Bik Inah dan Pak Maman suami istri, dia tinggal terpisah di rumah belakang. Ini kamar Bu Rani, sebelah ini kamar Non Amelia, di ujung dekat taman kamar kerja Tuan Kusuma. Kalau kamar Tuan Kusuma ada di atas."

Kamarku besar sekali, ber-AC dan ada kamar mandi di dalamnya. Nyaman sekali. Ini terlalu mewah untuk kamar seorang pembantu. Letaknya berdekatan dengan kamar nona rumah ini. Karena tugas khusus itu, aku harus dekat dengannya.

Anita mengajakku keliling rumah. Rumah dua lantai ini sangat luas dan mewah. Aku harus mengingatnya dengan jelas, takut kesasar.  Setelah berkenalan dengan Bik Inah dan Pak Maman, kami ke ruangan dekat dapur.

"Ini ruang kerja Bu Rani. File semua ada di komputer. Berkas juga ada di folder ini. Maaf agak berantakan, saya tidak sempat merapikan karena harus mondar-mandir ke rumah Nyonya Besar," jelas Anita panjang lebar.

Ruangan ini seperti kantor saja. Ada meja kerja yang di atasnya ada komputer. Beberapa folder ada di rak berjajar rapi. Aku ini pembantu, tetapi kok seperti kerja kantoran. Pembantu yang mempunyai ruangan kerja.

Yang penting gajinya besar! Senyumku mengembang.

"Bu Rani, semua sudah saya jelaskan. Tolong dicari tahu sendiri. Ini ponsel untuk kerja, dan  ini ada brankas untuk simpan uang cash dan ini atmnya. Saldo bisa di cek di internet banking atau mobile banking, data ada di sini. Apa yang ditanya, bu?"

"Saya mengerti. Insyaallah, saya bisa," jawabku mengangguk mantap.

Pengalamanku pernah menjadi manager restoran, mengatur keuangan perusahaan mantan suami,  dan tentunya ibu rumah tangga, aku yakin sanggup.

"Sip kalau begitu. Ada waktu satu minggu untuk tanya-tanya ke saya. Saya mau cuti menikah, Bu," ucap Anita sambil tersipu. Dia masih muda sekitar 25 tahun, hebat dia bisa mengurus rumah besar dan rumah Tuan Kusuma walaupun sementara.

"Jadi, semua keperluan rumah di sini tanggung jawab Bu Rani, termasuk mengurus keperluan tuan dan nona. Sudah saya perinci di berkas yang tadi. Kalau begitu, saya permisi dulu."

Anita mengangguk permisi kembali dengan sopan. Tinggal aku sendiri di sini, Bik Inah masih di belakang mencuci baju dan Pak Maman merapikan kebun di depan.

Aku kembali ke meja kerja untuk mempelajari file di komputer. Uang cash yang ada Rp 8.659.000,- dan saldo di rekening Rp 35.879.453,-, kemudian aku cocokkan dengan laporan sebelumnya. Jadi, aku harus mengelola semuanya untuk keperluan rumah. Pantesan, Nyonya Besar bilang kalau harus jujur karena ini. Folder demi folder aku pelajari dan dimengerti benar. Kerjaan yang berat untuk seorang pembantu, pantas saja digaji tinggi.

Sudah mulai sore, dengan dibantu Bik Inah aku menyiapkan makanan. Sesuai jadwal menu: rendang, opor ayam, dan cah kangkung. Menu sudah ada resep yang harus diikuti, hanya aku modifikasi sedikit. Rendang ditambah koya kelapa, jadi terasa gurih dan lebih kering.

Sepertinya lauknya berat semua. Aku cek di dalam kulkas ada ikan laut, kayaknya enak kalau dibuat pepes bakar. Aku mempunyai resep sendiri, manis, asam, dan pedas sedikit, rasanya segar. Aku mencoba membuat ini, mungkin mereka suka.

Dan, menunggu Tuan Kusuma dan Nona Amelia.

***

Komen (30)
goodnovel comment avatar
Kaysha Azkaida Almunir
6 juta sebulan bisa beli sawah tiap tahun
goodnovel comment avatar
Tyas
hmm..., bagus ......
goodnovel comment avatar
Renno Dimas
bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status