Bulan berganti bulan, kasus yang menimpa mendiang Janet seperti hilang ditelan bumi. Di mana yang katanya pelakunya adalah calon suaminya sendiri, belum juga ada konfirmasi lanjutan dari pihak kepolisian dan tidak ada penangkapan tersangka. “Kok, kasus ini jadinya mangkrak sih?” Tanya Galih kepada rekannya yang bernama Adi. “Entahlah. Mungkin memang sulit.” Jawab Adi. “Memang apa yang kamu denger dari kasus ini.” “Katanya calon suami mendiang bukan orang biasa, dia udah menikah sekarang.”“Maksudnya?” “Calon suaminya sekarang sudah menikah.” “Ya apa hubungannya kalau sudah menikah, kalau tersangka ya tetap tersangka dan harus ditangkap.” “Ya mana aku tahu. Aku juga sekedar denger dari rekan-rekan lainnya.” Galih dan rekan-rekannya sebagai polisi hutan memang tidak bisa melakukan banyak hal. Ada pihak yang lebih berhak melakukan penyelidikan dan penangkapan. Jadi, Galih dan rekannya hanya sekedar mengikuti kasusnya dan tidak bisa bertindak lebih jauh. Galih sebenarnya sangat p
Setelah beberapa hari yang lalu bertemu temannya yang seorang bidan. Dua hari setelahnya Siska berkunjung ke klinik milik temannya lagi, karena keluhan perih di area kewanitaannya belum sembuh juga. Setelah antre beberapa waktu, Siska mendapat panggilan masuk ruang bidan. “Loh, Siska kenapa lu ke klinik lagi?” Tanya Dila yang kaget melihat Siska yang masuk ke ruangannya.. “Kenapa masih perih ya Dil? Gue takut area kewanitaan gue kenapa-napa.” Keluh Siska. “Lu duduk dulu deh. Gue mau ngomong penting sama lu!” Siska duduk. “Lu melakukan hubungan apa karena paksaan?” Siska kaget, ternyata temannya itu tahu bahwa Kai sudah memaksanya melakukan hubungan suami istri. “Oke, gue tahu jawabannya sekarang. Kenapa lu masih merasakan sakit sekarang, ya karena lu trauma.” “Trauma, ini tu kurang pelumas lo Dil.” Siska tetap tidak mau mengaku. “Siska gue jadi bidan nggak cuma setahun dua tahun tiga tahun. Kalau kurang pelumas saja nggak sampek kayak gini. Hal ini mungkin terjadi, misalnya
Pertemuan Maya dengan Radian saat di pasar membuka cerita baru. Maya merasa semuanya ini direncanakan oleh seseorang yang berusaha menyingkirkan dirinya dan Radian. Setelah selesai pembicaraan dengan Radian, Maya langsung kembali ke pasar. Dia mendapati sudah ada mak Linlin, mas Galih dan Cika di pos keamanan pasar. Mak Linlin tampak kebingungan dan menangis, sedangkan mas Galih dan Cika berusaha menenangkan ibunya. Maya tahu bahwa mereka sedang bingung mencari keberadaan Maya. Maya segera menghampiri mereka. Melihat kehadiran Maya yang tidak kurang sesuatu apapun, mereka lega dan mak Linlin langsung memeluk Maya. Cika juga langsung memeluk Maya. Mereka bertanya kemana Maya pergi, namun mas Galih menyarankan mereka untuk bertanya saat di rumah saja. Paling penting Maya sudah ketemu dan mereka harus segera pulang. Sesampainya di rumah Maya menceritakan semuanya. Di mana dia bertemu dengan Radian yang merupakan kekasih sahabatnya. Dia juga menjelaskan bagaimana teror yang dialami Ra
Pagi hari Ratih bersiap-siap kerja, tiba-tiba handphonenya berdering. Dia mengecek dan ternyata yang menelpon adalah Soraya. Ratih segera menerimanya, “Soraya, ada apa?” “Ratih lu harus tahu. Berita terbaru yang aku dengar, Janet dilenyapkan sama kekasihnya sendiri atau lebih tepatnya calon suaminya.” “Hah, emang dia punya calon suami? Selama ini dia tidak pernah cerita ke kita.” “Makanya gue juga heran. Soalnya keluarganya juga nggak tahu kalau Janet sudah punya calon suami. Keluarganya aja nggak tahu apalagi gue.” “Loh, terus calon suaminya itu siapa?” “Gue juga belum nemu informasinya. Soalnya identitasnya belum diungkap.” “Lha kok sudah ada statement kalau yang melakukan itu calon suaminya. Gimana sih ini?” Ratih bingung dengan penjelasan Soraya. “Kalau menurut gue calon suami Soraya bukan orang sembarangan deh. Soalnya kita kenal mendiang seperti apa, mana mau Janet sama pria menengah ke bawah. Iya kan?” “Iya juga sih. Tapi siapa?” “Entahlah. Kita tunggu info selanjutny
Setelah menceritakan semuanya kepada Luthfi dan Ratih, perasaan Siska sedikit lebih tenang. Begitu dengan Luthfi dan Ratih yang memahami penjelasan Siska, di mana bukan keluarga Siska yang berusaha menjauh dari mereka, namun Kai-lah yang membuat Siska dan keluarganya seolah-olah menjauh dari mereka. Luthfi dan Ratih juga memberikan saran kepada Siska untuk selalu waspada. Tidak ada yang tahu kedepannya bagaimana, untuk itu Siska harus selalu pasang mata dan telinga, sekaligus bersiap-siap dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Siska mengerti dengan saran tersebut, soalnya Siska juga takut suatu saat dia akan kecewa dengan Kai. Terlebih lagi Siska melihat sendiri Kai bertemu dengan wanita lain dan Luthfi juga melihat Kai bertemu wanita lain. Pikiran Siska sejak saat itu sudah terombang-ambing, tapi dia berusaha bertahan bersama Kai. Semakin hari sikap Kai semakin mencurigakan. Dia jarang di rumah dengan alasan dinas keluar kota. Dia hanya akan pulang sehari dan pergi lagi dalam b
“Cika, Maya di mana?” Pagi itu, Galih sudah sampai rumah. Sayangnya Maya sedang ke pasar bersama mak Linlin. “Sepertinya ke pasar sama mamak mas. Bentar aku telpon mamak dulu.” Kata Cika. “Nggak usah biar mas yang menghubungi mamak.” Galih mencoba menghungi mamaknya, sayangnya hp mamak ada di rumah. “Lah mas, itu hp mamak nggak di bawa. Tumben mamak nggak bawa hp.” Ucap Cika. “Mungkin mamak lupa.” Jawab Galih. Galih memutuskan menunggu mamaknya dan Maya pulang. Sayangnya sudah hampir satu jam belum ada tanda-tanda mereka pulang. Padahal Galih harus segera kembali menjalankan tugasnya. Galih berangkat dari kantor setelah subuh dan jam setengah 7 pagi sampai rumah, setidaknya dia harus berangkat lagi pukul 9 pagi agar tepat waktu sampai lokasi kerja. “Cika, mas tak nyusul mamak dan Maya ke pasar. Soalnya kalau menunggu mereka pulang, mas bisa telat sampai tempat kerja. Soalnya siang harus standby di lokasi. Kalau nanti pas mas belum pulang, tapi mamak dan Maya udah pulang. Kamu