Beranda / Pendekar / Pemilik Kitab Seribu Bayangan / 116:Musuh dalam Bayangan Lian Tian

Share

116:Musuh dalam Bayangan Lian Tian

Penulis: Bang JM
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-07 08:07:19

Dinginnya malam melingkupi Menara Suci Yumen yang kini porak-poranda. Sisa-sisa pertempuran tadi masih terlihat jelas: reruntuhan bebatuan, pilar yang hancur, dan para tetua yang terluka duduk bersila untuk memulihkan tenaga. Namun yang paling terasa bukanlah luka fisik, melainkan luka pada kesadaran mereka.

Musuh yang muncul tadi… bukan dari dunia ini.

Dan mereka mengenal Ye Qian.

---

Ye Qian duduk di puncak bebatuan, wajahnya menghadap ke langit malam yang kelam. Di sampingnya, Lin Xue menggenggam lengan bajunya, mencoba menenangkan gejolak yang jelas terlihat di balik tatapan pemuda itu.

“Apa maksud mereka? Bahwa warisan Lian Tian seharusnya milik ‘mereka’?” tanya Lin Xue dengan suara pelan.

Ye Qian menggigit bibirnya. “Dulu… saat aku menerima warisan itu, ada bagian dari ingatan Lian Tian yang tertutup kabut hitam. Aku kira itu karena usia atau distorsi ruang spiritual… Tapi ternyata bukan.”

Lei S
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   121: Dunia Di Balik Gerbang

    Langkah Qian Mu menginjak ambang pintu bercahaya membawa tubuh kecilnya menembus lapisan waktu dan ruang yang tak bisa dijelaskan dengan logika manusia. Kabut tebal menyelimuti pandangan, dan dunia yang ia masuki bukan seperti dunia roh yang ia kenal, apalagi dunia manusia. Langitnya bergolak seperti tinta yang diteteskan ke dalam air. Tanah di bawah kaki terasa hidup—berdenyut pelan seperti nadi raksasa. Di kejauhan, gunung melayang di udara dan sungai mengalir ke atas, menuju langit. Ini bukan dunia. Ini adalah kesadaran. “Selamat datang di Ranah Keempat,” bisik suara yang ia kenali dari altar tadi—suara Ye Qian, lembut namun dalam, seperti gema dari hati semesta. Sosok itu muncul perlahan, membentuk wajah dan tubuh dari partikel cahaya. Ia mengenakan jubah perang putih berlapis cahaya, dan di punggungnya tersarung pedang panjang bercahaya ungu kebiruan. Q

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   120: Keturunan Cahaya dan Bayangan

    Sepuluh tahun telah berlalu sejak Gerbang Ketiga ditutup dan Ye Qian mengorbankan dirinya untuk menjadi penjaga batas dunia roh dan manusia. Namun dunia tidak pernah kembali benar-benar sama. Di seluruh negeri, bunga roh yang dulunya hanya tumbuh di sekitar Kuil Hening kini bermekaran di banyak tempat. Pohon-pohon suci mulai tumbuh dari tanah yang dulunya tandus. Beberapa anak-anak terlahir dengan mata yang bersinar samar, mampu mendengar bisikan dari dunia lain. Di Kota Lan Yue, sebuah kota kecil yang terletak di antara lembah kabut dan sungai jernih, hidup seorang bocah laki-laki bernama Qian Mu. Ia baru berusia sembilan tahun, namun sejak usia tiga tahun, ia bisa memanggil roh kupu-kupu dengan hanya berbisik di bawah cahaya bulan. Tak seorang pun tahu siapa orang tuanya. Ia ditemukan di depan gerbang kuil kecil dengan secarik kertas tua bertuliskan: "Jaga dia. Ia membawa

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 120: : Nyanyian Jiwa-jiwa Terkunci

    : Langit di atas Puncak Kuil Hening berubah kelabu pekat. Kabut hitam menebal, menyelimuti tanah dan udara seperti kabus dari dunia kematian. Dari kejauhan, nyanyian lirih mulai terdengar—datar, berulang, dan memilukan. Irama itu menyelinap ke dalam hati, menusuk hingga ke sumsum jiwa. Ye Qian menggenggam pedang panjangnya erat. Suara-suara itu, yang mula-mula hanya ratapan, kini menjadi lantunan mantra dalam bahasa kuno yang tidak ia kenal, namun entah bagaimana… ia pahami. Di hadapan mereka, pasukan roh yang dikendalikan Shi Mo melangkah maju. Wajah-wajah mereka tetap sama: kosong, penuh luka, namun kini berubah menjadi sosok-sosok menyeramkan bersenjata tombak dan pedang bayangan. Shi Mo berdiri tenang di depan gerbang batu raksasa yang setengah terbuka. “Ini dia… akhir dari segalanya,” ujarnya pelan. “Gerbang Ketiga… akan kembali hidup. Dan dengan itu, dunia baru akan kubent

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   117:Gerbang Ketiga

    Bayang Ningrat perlahan menghilang dari pandangan saat rombongan Ye Qian meninggalkan tempat terkutuk itu. Langit kembali cerah, namun ketegangan masih menggantung di udara. Kotak batu yang dibawa Ye Qian diletakkan di dalam formasi segel di dalam kuil kecil milik Sekte Langit Timur. Cahaya dari jimat pelindung memancar terus, menjaga agar energi dalam kotak itu tidak bocor. Malam itu, di aula dalam, para tetua berkumpul. Ye Qian duduk di tengah, diam, tatapannya tajam menatap lantai. Lin Xue dan Lei Shan berdiri di sisi kanan dan kiri, siap siaga. “Kita semua melihatnya sendiri,” kata Tetua Lei Mo. “Bayang-bayang yang menjaga kotak itu adalah manifestasi energi Shi Mo. Dan jika kata-kata Lian Tian benar… Gerbang Ketiga adalah akhir segalanya.” “Gerbang itu sudah tidak muncul dalam catatan sejarah sejak ribuan tahun lalu,” gumam Tetua Fan. “Itu bukan hanya tempat. Itu dimensi… batas antara dunia fana dan kehendak purb

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   116:Musuh dalam Bayangan Lian Tian

    Dinginnya malam melingkupi Menara Suci Yumen yang kini porak-poranda. Sisa-sisa pertempuran tadi masih terlihat jelas: reruntuhan bebatuan, pilar yang hancur, dan para tetua yang terluka duduk bersila untuk memulihkan tenaga. Namun yang paling terasa bukanlah luka fisik, melainkan luka pada kesadaran mereka.Musuh yang muncul tadi… bukan dari dunia ini.Dan mereka mengenal Ye Qian.---Ye Qian duduk di puncak bebatuan, wajahnya menghadap ke langit malam yang kelam. Di sampingnya, Lin Xue menggenggam lengan bajunya, mencoba menenangkan gejolak yang jelas terlihat di balik tatapan pemuda itu.“Apa maksud mereka? Bahwa warisan Lian Tian seharusnya milik ‘mereka’?” tanya Lin Xue dengan suara pelan.Ye Qian menggigit bibirnya. “Dulu… saat aku menerima warisan itu, ada bagian dari ingatan Lian Tian yang tertutup kabut hitam. Aku kira itu karena usia atau distorsi ruang spiritual… Tapi ternyata bukan.”Lei S

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   115:Perpustakaan Jiwa Langit dan Misteri Catatan Lian Tian

    Perjalanan menuju Perpustakaan Jiwa Langit bukan perkara mudah. Letaknya berada di wilayah netral, jauh di barat daya Negeri Dahan, tersembunyi di balik lembah-lembah beracun dan rimba sihir kuno yang hanya bisa dilalui oleh mereka yang menguasai teknik pernapasan tingkat tinggi.Bagi Ye Qian, tempat ini adalah harapan. Ia yakin catatan mengenai warisan Lian Tian disegel di sana, terlarang bagi sembarang orang—tapi tidak baginya.---Tiga hari perjalanan membawa mereka ke kaki pegunungan Jinglan. Di hadapan mereka membentang hutan berkabut biru keunguan, dengan aroma aneh yang menusuk hidung.“Ini Kabut Jiwa Terlantar,” gumam Lin Xue. “Bisa memancing ingatan buruk dan melemahkan semangat. Banyak yang mati tersesat di dalam.”Ye Qian hanya mengangguk dan membuka gulungan giok kecil dari lengan bajunya—Lambang Keturunan Lian Tian. Dengan itu, ia mampu menstabilkan medan spiritual di sekitarnya.“Pegang tangan sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status