Accueil / Pendekar / Pemilik Kitab Seribu Bayangan / 127:Perpustakaan Terlarang dan Roh Leluhur

Share

127:Perpustakaan Terlarang dan Roh Leluhur

Auteur: Bang JM
last update Dernière mise à jour: 2025-06-10 10:36:02

:

Dua sosok berjubah hitam melesat di bawah bayang-bayang malam, menyusuri lembah-lembah curam menuju barat laut, ke perbatasan wilayah Sekte Naga Suci. Qian Mu dan Shen Ruya menyusup tanpa suara, menembus medan sihir penghalang yang memisahkan dua sekte besar itu—dulu musuh bebuyutan, kini menjadi satu-satunya harapan untuk membongkar kebenaran.

"Formasi penjagaannya berubah," gumam Shen Ruya sambil meletakkan telapak tangannya di atas batu totem penjaga. "Seseorang telah memperkuat segel luar ini."

"Berarti mereka juga merasakan ada sesuatu yang bangkit," sahut Qian Mu. "Kita harus masuk sebelum malam berganti."

Dengan kecermatan yang telah diasah dari ratusan pertempuran, Shen Ruya membuka formasi dengan teknik ilusi lima jari, memecah pola sihir tanpa membunyikan alarm. Mereka menyelinap ke dalam hutan sakral Sekte Naga Suci, lalu bergerak menuju jantungnya: Perpustakaan Terlarang.

Bangunan itu berdiri kokoh di tengah danau yang
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   142Konvergensi Tiga Jalan

    Langit di atas reruntuhan mulai memerah, seolah dunia sendiri merasa gelisah. Di bawah tanah, Lian Tian berdiri dengan Pedang Seribu Bayangan di tangannya. Pedang itu berat, namun terasa seperti bagian dari dirinya—seperti suara-suara gelap dalam hati yang akhirnya menemukan wujud nyata.Shen Ruya dan Yue Lian berdiri di sisinya, memandang patung yang kini telah hancur menjadi debu tulang. Aura jahat telah lenyap, tapi hanya untuk sesaat.> “Kita tak bisa lama di sini,” ucap Ruya. “Getaran dari pertempuran ini pasti menarik perhatian.”Dan memang benar.Dari atas, terdengar suara ledakan ringan. Lalu muncul tekanan spiritual yang menekan dada mereka—berat, seperti langit runtuh.“Sekte Langit Hening,” gumam Yue Lian, matanya menyipit. “Dan… bukan hanya mereka,” tambah Ruya. “Aku juga merasakan… Sekte Darah Abadi. Bahkan, mungkin, Pengintai dari Gerbang Emas.”Lian Tian m

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   141:Labirin Jiwa yang Hilang

    Langkah pertama Lian Tian ke dalam Cermin Jiwa Asal terasa seperti memasuki air es yang kental dan sunyi. Ia tidak jatuh, tidak melayang, tapi terhisap pelan-pelan ke dalam kegelapan pekat yang tak punya arah.Saat ia membuka mata, ia tidak lagi berada di reruntuhan istana, melainkan di tengah padang pasir berwarna kelam, langitnya berwarna merah gelap seperti luka terbuka. Tak ada angin, tak ada suara, hanya gema napasnya sendiri yang terdengar jauh—dan di kejauhan, berdiri sebuah gerbang batu besar, separuh hancur, bertuliskan huruf kuno: "Ranah Jiwa yang Tersesat."Lian Tian menatap sekeliling. Tak ada jejak Ruya atau siapa pun. Ia benar-benar sendiri.“Ini ujian jiwa… bukan pertarungan fisik,” pikirnya. “Di sinilah bayangan terdalam kita akan hidup dan berbicara.”---Di Gerbang BatuBegitu Lian Tian menyentuh pilar gerbang, tanah retak di bawahnya, dan wajah-wajah masa lalunya muncul—bukan dala

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   140:Labirin Jiwa yang Hilang

    : Cahaya dari Cermin Jiwa Asal menelan tubuh Lian Tian sepenuhnya. Sekejap kemudian, dunia berubah.Ia tidak lagi berdiri di reruntuhan istana, tapi di sebuah koridor panjang yang tampak tak berujung. Dindingnya terbuat dari batu giok hitam yang mengkilap, namun memantulkan bayangan Lian Tian dengan aneh—seolah-olah semua cermin di sekelilingnya memperlihatkan dirinya dalam versi yang berbeda: lebih tua, lebih kejam, lebih putus asa, atau bahkan... sudah mati.Langkahnya terhenti saat suara lirih terdengar dari balik kabut tebal di ujung lorong. “Mengapa kau tidak menyelamatkan mereka, Tian?”Lian Tian mengepalkan tangannya. Ia mengenali suara itu.“Bibi Wu...” gumamnya.Kabut terbelah, menampakkan sosok seorang wanita tua berselimut darah. Wajahnya penuh luka, matanya berkabut, dan dalam pelukannya—tergenggam erat mayat bocah kecil.“Kau bilang akan kembali. Tapi kau tak pernah kembali…”

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   139:Undangan dari Gunung Terlarang

    Pagi itu, kabut masih menyelimuti lembah ketika Shen Ruya, Yue Lian, dan Lian Tian berkemas untuk meninggalkan reruntuhan tempat Cermin Jiwa Asal berada. Ketiganya tampak letih, namun aura yang terpancar dari tubuh Lian Tian kini berbeda—lebih mantap, lebih matang.Namun belum sempat mereka menuruni lereng bukit, seekor burung hitam raksasa tiba-tiba melesat dari langit dan mendarat tepat di hadapan mereka. Burung itu membawa gulungan emas tergantung di lehernya, dan simbol aneh—seekor ular melilit mata tunggal—terpahat di sisinya.Yue Lian langsung waspada. “Simbol ini…”Shen Ruya mengangguk pelan. “Itu simbol Sekte Mata Ketiga. Tapi… mereka sudah dihancurkan belasan tahun lalu.”Lian Tian membuka gulungan itu dengan hati-hati.Tulisan di dalamnya ditulis dengan tinta merah darah:“Kepada Sang Pewaris Dendam.”“Kami tahu engkau telah melalui Cermin Jiwa Asal. Maka waktunya telah tiba.”“Datanglah

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   138:Peringatan dari Langit Roh

    Tiga hari setelah bendera Keluarga Tian berkibar kembali di Lembah Sinar Merah, tanda-tanda dari langit mulai muncul—pertanda yang hanya bisa dimaknai oleh para kultivator tingkat tinggi: langit tampak menghitam di siang hari, dan awan berbentuk pusaran muncul di atas lembah. Kilat merah menyambar tanpa suara, seolah dunia roh sendiri menyampaikan kegelisahannya.Lian Tian berdiri di atas batu pemujaan, di tengah pusat lembah, menatap langit yang kini bergolak. Shen Ruya dan para pendatang baru berkumpul di sekelilingnya.“Apa ini ulah Sekte Suci?” tanya Zhan Wu, menggenggam tombaknya erat.Lian Tian menggeleng pelan. “Bukan. Ini bukan buatan manusia… Ini pesan dari Langit Roh.”Yue Lian yang biasanya tenang, kini menunjukkan kegelisahan. “Langit Roh… hanya muncul ketika garis nasib dunia kultivasi berubah.”Tiba-tiba, cahaya putih meledak di tengah pusaran awan. Sosok bayangan raksasa muncul di langit—berwujud manusia setengah

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   137:Kabar yang Mengguncang Dunia Sekte

    ---Keesokan harinya, di berbagai penjuru benua Jiuzhou, kabar tentang "pengkhianatan" Lian Tian menyebar secepat angin badai. Setiap kota utama, sekte menengah, hingga padepokan-padepokan kecil menerima pemberitahuan resmi dari Sekte Suci Naga Kembar.Poster buronan tersebar luas. Gambar wajah Lian Tian terpampang jelas di setiap gerbang kota, diwarnai tinta merah sebagai simbol pengkhianat besar. Di bawah gambarnya tertulis:“Lian Tian – Penjahat Tingkat Satu.Mencuri warisan kuno dan mengancam kestabilan dunia kultivasi.Hadiah: 10.000 Batu Roh Suci & Gelar Bangsawan Spiritual bagi siapa pun yang menyerahkannya hidup-hidup.”Para pemburu hadiah mulai membentuk kelompok. Sekte-sekte kecil yang selama ini tunduk pada dominasi Sekte Suci mulai mempersiapkan kekuatan, baik untuk memburu maupun... mempertimbangkan keberpihakan mereka kembali.Namun, tak semua sekte percaya begitu saja.Di lembah terpencil tem

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status