Beranda / Pendekar / Pemilik Kitab Seribu Bayangan / 133:Perjalanan Menuju Gerbang Rahasia Phoenix

Share

133:Perjalanan Menuju Gerbang Rahasia Phoenix

Penulis: Bang JM
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-12 10:31:10

Langit timur memerah saat fajar menyingsing, menandai dimulainya perjalanan baru Lian Tian dan Shen Ruya. Mereka menunggangi dua kuda roh berwarna perak, menyusuri jalan setapak berbatu yang membelah hutan belantara di perbatasan utara. Udara masih terasa dingin, dan kabut pagi menggantung rendah seperti selimut bisu yang menyembunyikan rahasia dunia.

Di tangan Lian Tian, gulungan peta warisan phoenix terus terbuka. Tinta emasnya bersinar samar, menunjukkan jalur yang hanya bisa dilihat oleh mata yang telah diberkati oleh api suci phoenix—api yang diwariskan Qian Mu padanya sebelum sang pahlawan lenyap dalam terang.

“Gerbang Rahasia Phoenix berada di lembah tersembunyi di balik Pegunungan Salju Bayangan,” ujar Shen Ruya sambil menatap peta. “Tak ada yang pernah kembali dari sana. Katanya tempat itu terlindungi oleh roh penjaga yang bisa membaca niat terdalam hati manusia.”

Lian Tian menyipitkan mata. “Kalau hatimu dipenuhi keraguan atau keseraka
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   144

    ---Langkah kaki Lian Tian berhenti. Napasnya tertahan. Di puncak Menara Pertama, yang seharusnya menjadi tempat ujian terakhir… berdiri seorang perempuan dengan gaun putih yang perlahan memudar di tepinya. Wajahnya lembut. Matanya teduh.Ibunya. “Ibu…?” Suaranya tercekat.Perempuan itu tersenyum, lalu melangkah perlahan mendekat. Namun setiap langkahnya membuat lantai di bawah mereka berderak, seolah realitas sendiri tak sanggup menahan keberadaannya. “Lian… kau sudah sejauh ini.”“Aku bangga padamu.”Tapi Lian Tian tahu. Ia merasakan. Aura ini bukan aura manusia hidup… bukan juga roh biasa. Ini adalah proyeksi—bentuk ujian yang dirancang oleh Dosa Ketiga, sang Penggoda Jiwa.Yue Lian dan Shen Ruya hanya bisa menatap dari kejauhan, terhalang kabut berwarna ungu hitam yang tak bisa mereka tembus. Mereka berdua hanya melihat bayangan Lian Tian berdiri sendirian di hadapan kenangan hidupnya yang paling suci… dan paling rentan.---Dosa Ketiga Menampakkan DiriSuara itu datang dari seg

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   143

    Langit di atas Kota Kelam tidak pernah berubah. Tidak ada siang, tidak ada malam—hanya kelabu dan bayangan yang terus bergerak seperti mimpi buruk yang tak berkesudahan. Namun bagi Lian Tian, waktu terus menipis.Karena ia telah membuka segmen pertama Kitab Bayang Senja, dan itu membangkitkan sesuatu dari masa lalu dunia.“Kita harus segera ke Kuil Mata Gelap,” ucap Lian Tian di depan gerbang keluar Kota Kelam. “Tempat itu menyimpan roh penjaga Menara Bayangan. Jika aku tak bisa menaklukkannya… aku tak akan bisa membuka menara.”“Dan jika kau tak bisa membukanya, kita tak akan pernah tahu apa yang sebenarnya disegel oleh Pendiri Pertama,” gumam Shen Ruya.Yue Lian menambahkan, “Aku dengar Kuil itu tidak berada di tempat nyata. Kita harus melalui Tirai Waktu Senja untuk bisa mengaksesnya. Itu seperti portal, tapi berlapis ujian jiwa.”Lian Tian hanya mengangguk. Ia sudah tahu—ujian jiwa bukan lagi hal asing baginya.---Perjalanan mereka membawa mereka ke sebuah tebing sunyi di luar Ko

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   142Konvergensi Tiga Jalan

    Langit di atas reruntuhan mulai memerah, seolah dunia sendiri merasa gelisah. Di bawah tanah, Lian Tian berdiri dengan Pedang Seribu Bayangan di tangannya. Pedang itu berat, namun terasa seperti bagian dari dirinya—seperti suara-suara gelap dalam hati yang akhirnya menemukan wujud nyata.Shen Ruya dan Yue Lian berdiri di sisinya, memandang patung yang kini telah hancur menjadi debu tulang. Aura jahat telah lenyap, tapi hanya untuk sesaat.> “Kita tak bisa lama di sini,” ucap Ruya. “Getaran dari pertempuran ini pasti menarik perhatian.”Dan memang benar.Dari atas, terdengar suara ledakan ringan. Lalu muncul tekanan spiritual yang menekan dada mereka—berat, seperti langit runtuh.“Sekte Langit Hening,” gumam Yue Lian, matanya menyipit. “Dan… bukan hanya mereka,” tambah Ruya. “Aku juga merasakan… Sekte Darah Abadi. Bahkan, mungkin, Pengintai dari Gerbang Emas.”Lian Tian m

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   141:Labirin Jiwa yang Hilang

    Langkah pertama Lian Tian ke dalam Cermin Jiwa Asal terasa seperti memasuki air es yang kental dan sunyi. Ia tidak jatuh, tidak melayang, tapi terhisap pelan-pelan ke dalam kegelapan pekat yang tak punya arah.Saat ia membuka mata, ia tidak lagi berada di reruntuhan istana, melainkan di tengah padang pasir berwarna kelam, langitnya berwarna merah gelap seperti luka terbuka. Tak ada angin, tak ada suara, hanya gema napasnya sendiri yang terdengar jauh—dan di kejauhan, berdiri sebuah gerbang batu besar, separuh hancur, bertuliskan huruf kuno: "Ranah Jiwa yang Tersesat."Lian Tian menatap sekeliling. Tak ada jejak Ruya atau siapa pun. Ia benar-benar sendiri.“Ini ujian jiwa… bukan pertarungan fisik,” pikirnya. “Di sinilah bayangan terdalam kita akan hidup dan berbicara.”---Di Gerbang BatuBegitu Lian Tian menyentuh pilar gerbang, tanah retak di bawahnya, dan wajah-wajah masa lalunya muncul—bukan dala

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   140:Labirin Jiwa yang Hilang

    : Cahaya dari Cermin Jiwa Asal menelan tubuh Lian Tian sepenuhnya. Sekejap kemudian, dunia berubah.Ia tidak lagi berdiri di reruntuhan istana, tapi di sebuah koridor panjang yang tampak tak berujung. Dindingnya terbuat dari batu giok hitam yang mengkilap, namun memantulkan bayangan Lian Tian dengan aneh—seolah-olah semua cermin di sekelilingnya memperlihatkan dirinya dalam versi yang berbeda: lebih tua, lebih kejam, lebih putus asa, atau bahkan... sudah mati.Langkahnya terhenti saat suara lirih terdengar dari balik kabut tebal di ujung lorong. “Mengapa kau tidak menyelamatkan mereka, Tian?”Lian Tian mengepalkan tangannya. Ia mengenali suara itu.“Bibi Wu...” gumamnya.Kabut terbelah, menampakkan sosok seorang wanita tua berselimut darah. Wajahnya penuh luka, matanya berkabut, dan dalam pelukannya—tergenggam erat mayat bocah kecil.“Kau bilang akan kembali. Tapi kau tak pernah kembali…”

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   139:Undangan dari Gunung Terlarang

    Pagi itu, kabut masih menyelimuti lembah ketika Shen Ruya, Yue Lian, dan Lian Tian berkemas untuk meninggalkan reruntuhan tempat Cermin Jiwa Asal berada. Ketiganya tampak letih, namun aura yang terpancar dari tubuh Lian Tian kini berbeda—lebih mantap, lebih matang.Namun belum sempat mereka menuruni lereng bukit, seekor burung hitam raksasa tiba-tiba melesat dari langit dan mendarat tepat di hadapan mereka. Burung itu membawa gulungan emas tergantung di lehernya, dan simbol aneh—seekor ular melilit mata tunggal—terpahat di sisinya.Yue Lian langsung waspada. “Simbol ini…”Shen Ruya mengangguk pelan. “Itu simbol Sekte Mata Ketiga. Tapi… mereka sudah dihancurkan belasan tahun lalu.”Lian Tian membuka gulungan itu dengan hati-hati.Tulisan di dalamnya ditulis dengan tinta merah darah:“Kepada Sang Pewaris Dendam.”“Kami tahu engkau telah melalui Cermin Jiwa Asal. Maka waktunya telah tiba.”“Datanglah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status