หน้าหลัก / Young Adult / Pemuas Hasrat Sang Presdir / JIKA INI MIMPI, JANGAN BANGUNKAN AKU

แชร์

JIKA INI MIMPI, JANGAN BANGUNKAN AKU

ผู้เขียน: Kak Upe
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-07-29 22:30:27

Gilea membuka mata perlahan.

Sinar matahari pagi menyelinap dari celah tirai hotel yang belum sepenuhnya tertutup, membentuk garis tipis di dinding krem. Napasnya masih berat, kepalanya terasa ringan—seperti baru saja kembali dari dunia lain. Tapi yang membuatnya terbangun bukan cahaya itu. Ada sesuatu yang hilang.

Ranjang di sebelahnya kosong.

Tidak ada napas berat. Tidak ada kehangatan tubuh. Tidak ada lengan kekar yang biasa menariknya mendekat dengan posesif manja. Hanya ada Selimut berantakan. Bantal tempat kepala Bumi semalam bersandar yang hanya menyisakan lekukannya.

Panikkah Gilea?

Hmm sebenarnya iya! Tapi keadaannya yang masih terhoyong lemah tidak membiarkan kepanikannya tergambar dengan sempurna.

Tidak terlihat, tapi jantung Gilea melonjak. Matanya menatap sekitar kamar dengan tergesa—kursi kosong, jendela tertutup, tidak ada suara air dari kamar mandi, tidak ada suara langkah kaki... tidak ada apa-apa. Bumi benar-benar telah meninggalkannya sekali lagi.

“Tidak mungkin s
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   Maldives

    Begitu roda pesawat menyentuh landasan bandara di Maldives, langit biru menyambut dengan semburat mentari yang memantul di permukaan laut sejernih kristal. Angin laut menyapa dengan wangi kelapa dan bunga kamboja, seolah ingin berkata: welcome to Maldives.Pintu pesawat terbuka perlahan, dan Bumi turun pertama. Seorang pria berseragam putih dan rompi hotel eksklusif langsung menyambutnya sambil tersenyum sopan.“Selamat datang kembali, Tuan Bumi. Yacht dan mobil pribadi sudah menunggu.”Gilea ikut turun, menatap kagum pemandangan tropis yang memesona. Ia merasa seperti tokoh utama drama Korea. Tapi sebelum bisa terlalu tenggelam dalam kebahagiaan...tiba-tiba bising duo pengganggu kembali membuyarkan suasana yang telah terbangun indah. “Wah! ternyata sudah lama aku tidak kemari. Maldives masih indah seperti biasanya.!” seru Vino yang muncul dari pintu pesawat dengan koper hardcase besar yang warnanya mencolok seperti traffic cone.Damian melangkah santai di belakangnya, tetap memakai

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   TAMU TAK DIUNDANG

    "Kak Dee!!"Suara Vino meledak seperti kembang api di siang bolong, mengejutkan seluruh pengunjung bar rooftop tempat Damian sedang duduk termenung sendirian. Gelas wine di tangannya terguncang hebat—isinya bahkan sampai tumpah ke meja, membasahi tisu dan sebagian celana jeans mahalnya.“Sst! Kau ini!” Damian mendesis sambil berdiri setengah, gelagapan menyelamatkan sisa martabatnya dari percikan noda merah anggur. “Apa tidak bisa kau biarkan aku mencari ketenangan di antara para wanita yang berlalu-lalang ini?”Damian melirik ke arah sekumpulan wanita yang memang sedang nongkrong di pinggir kolam infinity pool. Beberapa dari mereka sempat melirik, mungkin karena suara tumpahan barusan.Dengan kesal, ia mengelap celananya menggunakan tisu bar, lalu menatap Vino dengan penuh tuduhan. "See? Lihat, ulah mu bocah!!" Amuknya tertahan.“Kak! Ini jauh lebih penting dari semua wanita itu! Dan juga tumpahan itu.” Vino menyodorkan ponselnya ke depan wajah Damian seperti hendak menabrakkan pesaw

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   BUCINERS VS JOMBLOERS

    Bumi menatap Gilea yang masih bersandar di dadanya. Dielusnya rambut panjang yang mulai mengering, diselipkannya helai-helai yang menutupi wajah Gilea ke belakang telinga dengan penuh kelembutan.“Kau masih nyeri?” bisiknya pelan.Gilea menjawab dengan desahan malas yang artinya 'sudah tahu masih saja bertanya, tapi dengan nada yang terlalu manja untuk membuat Bumi merasa bersalah.“Aku mandiin ya?”Gilea langsung mengangkat wajahnya. “Apa? Bee! Jangan bercanda. Aku masih bisa mandi sendiri. Tapi ya sebentar lagi, Ini masih sedikit - nyeri.” ucap Gilea malu-malu."Aku tidak bercanda, sayang." Bumi mencium ujung hidungnya. “Please, biar aku yang urus semuanya pagi ini. Kamu tinggal jadi ratu dan biarkan pelayanmu ini yang melakukan segalanya.”“Bee…Jangan aneh-aneh!” Gilea mencibir. “Aku bisa mandi sendiri. Lagi pula, aku bukan manekin patah kaki yang tidak bisa berjalan ke kamar mandi dan mandi sendiri.”Tapi Bumi sama sekali tidak mendengar semua celotehan Gilea. Buktinya, dia sudah

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   JIKA INI MIMPI, JANGAN BANGUNKAN AKU

    Gilea membuka mata perlahan.Sinar matahari pagi menyelinap dari celah tirai hotel yang belum sepenuhnya tertutup, membentuk garis tipis di dinding krem. Napasnya masih berat, kepalanya terasa ringan—seperti baru saja kembali dari dunia lain. Tapi yang membuatnya terbangun bukan cahaya itu. Ada sesuatu yang hilang.Ranjang di sebelahnya kosong. Tidak ada napas berat. Tidak ada kehangatan tubuh. Tidak ada lengan kekar yang biasa menariknya mendekat dengan posesif manja. Hanya ada Selimut berantakan. Bantal tempat kepala Bumi semalam bersandar yang hanya menyisakan lekukannya.Panikkah Gilea?Hmm sebenarnya iya! Tapi keadaannya yang masih terhoyong lemah tidak membiarkan kepanikannya tergambar dengan sempurna.Tidak terlihat, tapi jantung Gilea melonjak. Matanya menatap sekitar kamar dengan tergesa—kursi kosong, jendela tertutup, tidak ada suara air dari kamar mandi, tidak ada suara langkah kaki... tidak ada apa-apa. Bumi benar-benar telah meninggalkannya sekali lagi. “Tidak mungkin s

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   (21+) AKU BERJANJI TIDAK AKAN MENINGGALKAN MU LAGI

    Bumi menarik napas dalam-dalam, menahan hasratnya yang sudah di ujung tanduk. Bau harum Gilea bercampur dengan aroma lilin vanila, memenuhi paru-parunya seperti obat candu terkuat."Tunggu," bisik Gilea tiba-tiba, telapak tangannya menempel di dada Bumi.Bumi mengerutkan kening, tapi segera mengerti saat melihat mata Gilea yang tiba-tiba gelap oleh keinginan lain."Aku ingin..." Gilea mendorongnya perlahan hingga Bumi berbaring, lalu dengan gerakan penuh arti, ia merayap naik di atas tubuhnya.Bumi tersenyum. "Oh?"Gilea tidak menjawab. Jarinya menelusuri garis otot perut Bumi, mengikuti pola yang dulu sering ia hafalkan."Kau ingat," desis Bumi, suaranya serak."Setiap lekuk," balas Gilea sambil membungkuk, menempatkan ciuman di atas pusar Bumi.Ia melanjutkan turun, perlahan, sangat perlahan—seperti ingin menyiksa Bumi yang sudah menggigit bibirnya menahan sabar."Gilea—""Diam," Gilea menirukan perintah Bumi tadi, matanya berbinja saat melihat betapa tegangnya Bumi di balik kain bo

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   (21+) BERJANJI MEMBUATNYA TIDAK BISA BERJALAN BESOK

    Gilea tidak sempat menjawab. Bumi sudah menyerang lehernya lagi, menggigit dan menghisap kulit di sana, meninggalkan tanda yang akan membuatnya mengingat malam ini besok. Tangannya meremas payudara Gilea dengan keras, membuatnya melengkung dan mengerang."Bee—ah!"Bumi tersenyum sadis mendengar reaksinya. "Aku sangat hafal setiap tempat sensitif di tubuhmu, Gilea?"Jarinya memainkan puting Gilea yang sudah mengeras, memelintirnya perlahan sebelum menunduk dan mengisapnya dalam sekali hisapan yang dalam. Gilea menjerit, tangannya mencengkeram rambut Bumi, mendorongnya lebih dekat."Jahat—kau benar-benar jahat—" ucap Gilea bersusah payah mengalahkan desahan yang memburu keluar dari mulutnya."Penjahat yang kau suka," Bumi menyeringai, lidahnya melingkar di ujung payudaranya sebelum beralih ke sisi yang lain.Gilea menggigit bibirnya, mencoba menahan erangan yang terus mendesak keluar. Tapi Bumi tidak memberinya kesempatan. Satu tangan meluncur ke celana dalam Gilea, jari-jarinya menyent

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status