Share

Bab 13

Author: Liyusa_
last update Last Updated: 2025-08-06 18:08:13

Sebuah suara berat tiba-tiba terdengar dari arah tangga. Suara itu milik Arman, ayah Revan sekaligus suami dari ibunya Alya. Mata Maya langsung menyipit curiga melihat posisi mereka berdua dari kejauhan.

Alya langsung berdiri refleks, menjauh dari kursi, wajahnya memerah dan panik. Revan hanya duduk santai, tanpa rasa bersalah, seperti tak terjadi apa-apa.

“Nggak ngapain-ngapain. Cuma bantuin Alya belajar buat tes kuliah,” jawab Revan ringan.

Arman menuruni tangga dengan langkah berat, sementara Maya memelototi Alya seolah semua kesalahan ada pada anaknya.

Sebuah suara berat tiba-tiba terdengar dari arah tangga.

“Alya jadi kuliah?” tanya Arman sambil menuruni tangga perlahan. Suaranya berat, tapi terdengar tenang dan penuh perhatian.

Alya menoleh cepat, gugup, terutama karena Maya masih menatap tajam dari samping. Ia melirik Revan sekilas sebelum menjawab dengan suara pelan, nyaris terbata.

“I-iya, Pa… Revan main daftarin gitu aja, jadi mau nggak mau Alya kuliah.”

Arman berhenti di an
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 36

    Maya melangkah cepat, wajahnya merah karena amarah. Tangannya menepis kasar pecahan piring yang masih Alya kumpulkan, membuat serpihan itu berhamburan lagi. “Dasar anak nggak berguna! Selalu bikin masalah!” Alya mundur sedikit, tubuhnya gemetar. “Ma… maaf, aku janji nggak ngulang lagi,” suara nya bergetar. Maya tidak peduli. Ia meraih lengan Alya, mencengkeramnya begitu kuat sampai Alya meringis kesakitan. “Janji, janji! Kamu pikir piring itu nggak mahal!” Alya berusaha menarik tangannya, tapi cengkeraman Maya semakin erat. Air matanya jatuh deras, kepalanya menunduk tak berdaya. “Mama capek sama kamu!” Maya mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi, bayangan itu jatuh menutupi wajah Alya. Plak! Tamparan keras mendarat di pipi Alya, membuat tubuhnya terhuyung ke samping. Pipi kirinya langsung panas, perih, dan berdenyut. Nafasnya tercekat, air matanya jatuh makin deras. Maya menatapnya tajam, napasnya memburu. “Kamu tuh di sini cuma numpang, ya! Jadi tau diri! Jangan bikin mas

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 35

    Brak!Suara keras dari luar jendela memecah keheningan. Seperti pot bunga jatuh, disusul suara kucing.Tubuh Revan langsung menegang. Rahangnya mengeras, matanya refleks melirik ke arah jendela. Membuatnya sedikit lengah.Kesempatan itu langsung dimanfaatkan Alya. Ia menyelinap ke samping, tangannya menahan meja agar tidak jatuh saat melewati celah sempit di antara tubuh Revan.Dengan suara terburu, nyaris tersengal, ia berkata singkat, “Awas, Van…” sambil menepis pelan lengan Revan yang masih hendak menahan.Revan sempat ingin menariknya kembali, tapi Alya sudah terlanjur melewati sisi tubuhnya. Langkahnya cepat menuju lorong, jantungnya berdegup kencang. Ia membuka pintu kamarnya, masuk, lalu menutupnya rapat-rapat.Di dapur, Revan masih berdiri diam, rahangnya mengeras.***Sejak hari itu, Rafi makin aktif mendekati Alya. Setelah presentasi kelompok selesai dan kelas dibubar

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 34

    Suara langkah kaki terdengar di lorong, disusul suara panggilan, “Revan?”Itu suara Maya.Tubuh Revan seketika menegang. Rahangnya mengeras, seolah menahan diri dengan susah payah. Bibirnya terhenti di kulit Alya, nafasnya masih berat, panas.Ia mengangkat wajahnya, menatap Alya tepat di mata. Sorot itu tajam, mendesak, penuh janji yang belum tersampaikan. Tangannya masih mencengkram pinggang Alya begitu kuat, membuat Alya sulit bergerak.“Ini…” suaranya rendah, parau, “…belum selesai.”Baru setelah itu, ia melepaskannya. Dengan cepat, Revan melangkah keluar, meninggalkan Alya yang bersandar di dinding.Dadanya naik-turun tak. Bibirnya bergetar, tangannya mengepal di sisi tubuh. Lututnya nyaris goyah, seperti tak kuat menopang beratnya diri.***Setelah kejadian malam itu, kesibukan Revan makin padat. Hampir setiap hari ia pulang larut atau bahkan harus keluar kota untuk urusan proyek. Alya terbiasa melihat rumah lebih sering sepi dan hanya bisa menunggu kabar lewat pesan singkat atau

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 33

    Revan menundukkan wajahnya sedikit lebih dekat, membuat jarak di antara mereka hampir hilang. Sorot matanya jelas, seolah ingin mengurung Alya sepenuhnya. Lalu tiba-tiba, ia berbisik pelan tepat di telinga Alya, suaranya dalam dan tegas: “Pulang bareng aku.” Alya membeku di tempat, tubuhnya kaku. Kata-kata itu jatuh begitu saja, tapi terasa berat, menekan, dan tak memberi ruang untuk ditolak *** Pagi itu, Alya melangkah masuk ke kelas. Suasana kelas sudah ramai dengan mahasiswa yang mengobrol sambil menunggu dosen datang. Alya memilih duduk di barisan tengah, membuka laptop, dan menyiapkan catatan. Dosen datang dan menjelaskan materi sambil sesekali melemparkan pertanyaan. Alya beberapa kali ikut menjawab, suaranya tenang tapi jelas. Ia memang tipe mahasiswa yang serius, lebih suka fokus daripada banyak bicara. Tak lama kemudian bel tanda akhir kelas pertama berbunyi. Alya memilih duduk di kursi panjang di lorong, membuka buku catatan sambil menuliskan poin penting yang barus

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 32

    “Siapa yang ngantar?”Alya menoleh, menatap Revan (coba lanjutin lagi kalimatnya yang enak apa)“Nggak ada, naik ojol,” jawab Alya singkat.Revan berdiri, matanya menyorot nakal. “Jam segini baru pulang?” suaranya rendah, tapi mengandung nada tidak suka.Alya menghela napas, mencoba terdengar tenang meski hatinya agak berdebar. “Tadi ada revisi buat presentasi besok. Jadi rapatnya molor. Habis itu aku sempat cari referensi di perpus.”Revan melangkah mendekat. Ujung jarinya menyentuh pipi Alya, membuat tubuhnya merespons sedikit kaget.Revan mencondongkan wajahnya sedikit lebih dekat, bibirnya hampir menyentuh bibir Alya. Namun, ketika jarak itu hanya tinggal beberapa milimeter, Revan berhenti. Senyumnya masih menggoda, sorot matanya menantang.“Van…?” bisik Alya.Sebelum jarak itu benar-benar hilang, Revan berbisik pelan, suaranya rendah tapi tegas.“Kamu tau kan, aku nggak suka kamu pulang malam-malam sendirian.”Alya menatapnya sesaat, lalu buru-buru mengangguk cepat. “I-iya…” gum

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 31

    “Eh? Kalian belum tidur?” Suara berat itu datang tiba-tiba. Refleks Alya dan Revan sama-sama menoleh. Arman, berdiri di pintu dapur sambil mengucek mata. Suasana hening sesaat. Alya buru-buru menunduk, wajahnya merah padam. Revan mengusap tengkuknya, mencoba menyembunyikan ekspresi yang hampir ketahuan. “Belum, Pa,” ucap Revan cepat, berusaha setenang mungkin. “Mau ngambil minum.” Arman mengangguk kecil. “Oh gitu… kalau gitu Papa duluan, ya.” Ia melangkah pelan ke dispenser, sambil melirik sekilas ke arah mereka berdua. Alya pura-pura sibuk merapikan sendok di meja, jantungnya belum tenang. Setelah minum, Arman berdiri di ambang pintu lagi. “Kalian cepat tidur. Besok masih kuliah kan, Alya?” Alya hanya mengangguk singkat tanpa berani menatap. Arman melangkah keluar, meninggalkan mereka berdua kembali dalam hening. Alya menghela napas panjang, ia menoleh cepat ke arah Revan, suaranya pelan tapi penuh protes. “Kamu ini memang ya, untung aja Papa nggak lihat jelas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status