Share

Bab 5

Penulis: Charles Fariz
Arif akhirnya tersadar dari lamunannya. Dia awalnya datang menemui Riko untuk menanyakan tentang apa yang terjadi pada malam pernikahan Seno. Namun, situasi saat ini sangat canggung. Dia hanya ingin segera pergi agar tidak terseret dalam pertengkaran pasangan ini.

"Nggak apa-apa. Riko, aku pergi dulu. Aku akan kunjungi kamu lain hari!"

"Kak Arif, tunggu dulu!" Riko menarik Arif masuk ke rumah sambil berkata dengan penuh antusias, "Kalau sudah datang, kenapa malah pergi lagi? Ayo masuk dan minum-minum dulu!"

Citra memelototi Riko, lalu berbalik dan pergi ke kebun sayur di bagian belakang rumah. Dia tidak ingin peduli pada kedua pria itu.

Arif ditarik masuk ke rumah oleh Riko. Dia duduk di atas tempat tidur sambil memperhatikan Riko menyiapkan meja dan menyajikan alkohol dengan agak gelisah. Apa yang dipikirkan Riko ketika menyuruh Citra tidur dengannya? Kenapa orang ini menahannya di sini? Apakah Riko berencana membuatnya mabuk agar dia tidur dengan Citra?

Riko duduk di atas tempat tidur, lalu menuangkan dua gelas alkohol dan berkata, "Kak Arif, ayo minum sampai lemas hari ini!"

Arif memegang gelas itu dan merasa ragu apakah dirinya harus minum atau tidak. "Riko, raut wajah Citra kurang baik tadi. Coba kamu periksa dia dulu. Aku akan kembali lain hari ...."

Setelah itu, Arif pun berbalik untuk pergi.

Namun, Riko mana mungkin membiarkannya pergi dan buru-buru menyahut, "Kak Arif, aku tahu kamu pasti sudah dengar apa yang kubicarakan dengan Citra tadi! Gimana pendapatmu tentang ini?"

Arif tertegun sejenak, lalu meletakkan gelasnya di atas meja. Dia memelototi Riko dan berujar, "Riko, wajar saja kamu sama istrimu bertengkar, tapi kenapa kamu harus ucapkan kata-kata marah seperti itu? Kalau aku itu Citra, aku pasti sudah menamparmu beberapa kali!"

Riko menuang segelas arak putih lagi dan langsung menghabiskannya dalam sekali teguk. Kemudian, dia baru berkata dengan getir, "Kak Arif, itu bukan kata-kata marah. Aku benar-benar mau kamu punya anak dengan istriku!"

Arif langsung terbelalak, lalu berseru marah, "Riko, Citra itu istrimu dan adik iparku! Mana ada orang yang incar istri sahabatnya! Kamu mau aku punya anak dengannya? Apa omonganmu itu masuk akal?"

"Kak Arif, kamu pikir aku mau kamu tidur dengan istriku? Aku juga punya kesulitan tersendiri!" ucap Riko. Berhubung sudah menenggak dua gelas arak putih sekaligus, suaranya pun terdengar makin berapi-api.

"Tahun lalu, aku mengalami kecelakaan mobil dan sudah jadi impoten. Aku bahkan nggak bisa melakukan hubungan suami istri lagi. Tanpa ada anak yang mengikat Citra, gimana kalau dia kabur sama orang lain?"

Arif pun tersentak. Dia masih ingat tentang kecelakaan Riko itu. Tak disangka, kecelakaan itu malah membuatnya menjadi seperti seorang kasim!

Sebagai sesama pria, Arif memahami perasaan Riko. Istrinya begitu cantik, tetapi dia tidak bisa menikmatinya, juga harus khawatir istrinya tidak tahan menghadapi kesepian. Dia pasti merasa sangat tertekan!

Namun, meskipun mengerti, Arif juga tidak bisa menyetujui permintaan Riko untuk memiliki anak dengan Citra!

Arif menasihatinya, "Riko, Citra itu wanita yang baik. Dia nggak akan selingkuh ...."

Namun, Riko menggeleng. Dia berujar dengan tampang putus asa, "Aku nggak bisa tidur dengannya. Dia mungkin sanggup bertahan satu atau dua tahun, tapi apa mungkin dia bisa bertahan seumur hidup? Aku nggak akan bisa tenang kalau nggak ada anak yang mengikatnya!"

Arif bersikeras membantah, "Nggak, aku nggak bisa tidur dengan istri sahabatku. Mintalah bantuan orang lain, jangan cari aku!"

Riko menarik tangan Arif, lalu berkata dengan sungguh-sungguh, "Kak Arif, justru karena kamu itu sahabatku, aku baru minta bantuanmu! Citra begitu cantik dan semua lelaki di desa ini nggak bisa menolaknya. Sesuatu yang baik itu nggak seharusnya diberikan kepada orang luar. Daripada biarkan orang lain yang diuntungkan, lebih baik sahabatku yang diuntungkan!"

"Kalau kamu anggap aku sebagai sahabat, bantulah aku dengan hamili Citra!"

Arif memicingkan matanya. Untuk sesaat, dia merasa perkataan Riko lumayan masuk akal. Citra begitu cantik. Daripada menguntungkan orang lain, lebih baik ....

Tunggu! Arif segera menghentikan pikirannya itu. Dia hampir saja tertipu oleh Riko. Dia bahkan belum tahu latar belakang Kiki yang sebenarnya, mana mungkin dia menghamili Citra lagi?

Memikirkan hal ini, Arif berkata, "Riko, kita kesampingkan dulu hal ini. Ada yang ingin kutanyakan padamu."

Riko menatapnya dan menjawab, "Tanyakanlah"

Arif bertanya dengan suara rendah, "Apa yang kulakukan setelah mabuk di malam pernikahan Kak Seno dua tahun lalu?"

Setelah mendengar pertanyaan itu, ekspresi Riko terlihat aneh untuk sejenak. Dia mengambil gelas alkoholnya dan menyesap isinya sebelum menyahut, "Kenapa kamu bertanya begitu?"

Arif dan Riko sudah bersahabat selama bertahun-tahun. Dia langsung menyadari ada yang tidak beres dengan Riko dan lanjut mendesak, "Apa sebenarnya yang terjadi antara aku dan Kak Melati hari itu? Cepat beri tahu aku!"

"Kak Arif, memang ada sesuatu yang terjadi hari itu. Aku bisa ceritakan hal itu padamu." Kemudian, Riko mengganti topik dan menambahkan, "Tapi, kamu harus punya anak dengan Citra. Begitu Citra hamil, aku akan langsung beri tahu kamu!"

Arif langsung cemas dan berseru marah, "Riko, kamu mau ancam aku dengan hal ini? Memangnya ada orang yang perlakukan sahabatnya seperti ini!"

Riko memberanikan diri untuk membalas, "Kak Arif, aku tahu ini salah, tapi cuma kamu yang bisa membantuku dalam hal ini. Pokoknya, aku nggak akan ngomong apa-apa kalau kamu menolak."

Arif sangat marah dan mengumpat, "Aku rasa kamu sudah gila saking pengen punya anak! Bisa-bisanya kamu ngomong begitu!"

Arif memang sangat penasaran apakah dirinya telah tidur dengan Melati. Namun, dia juga tidak bisa menyetujui permintaan Riko untuk menghamili Citra hanya karena itu!

Riko sudah mulai mabuk dan pandangannya agak kabur. Dia berujar, "Kak Arif, aku juga nggak mau begini. Tapi kalau aku dan Citra nggak punya anak, siapa yang akan urus kami setelah kami tua? Kalau nggak ada yang urus makam kami setelah kami meninggal, kami akan jadi hantu kesepian ...."

Mendengarnya berkata begitu, Arif juga merasa sedih. "Riko, jangan ngomong begitu!"

Saat berbicara, Riko mulai menangis. Tak disangka, pria dewasa sepertinya malah menangis dengan begitu memilukan. "Kak Arif, kumohon hamililah Citra! Kalau kamu setuju, aku akan beri tahu kamu apa pun yang ingin kamu ketahui ...."

Arif menghela napas panjang. Dia ingin lanjut menasihati Riko, tetapi Riko sudah sepenuhnya mabuk dan mendengkur di atas tempat tidur.

Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki ringan. Arif pun menoleh dan melihat Citra masuk sambil membawa baskom berisi air.

Citra memiliki wajah oval yang lembut. Kakinya jenjang dan ramping, sedangkan pinggangnya begitu ramping hingga bisa digenggam dengan satu tangan. Dadanya bergoyang pelan, bagaikan dua buah ranum yang tergantung di dahan yang rapuh.

Arif tanpa sadar menggosok-gosok jari-jarinya, seolah-olah masih bisa mengingat kelembutan pinggang itu.

Citra menghampiri Riko dan mengambil handuk untuk menyeka wajahnya.

Arif memperhatikan gerak-gerik Citra dan merasa agak iri. Meskipun sedikit pemarah, Citra tetap cantik dan berbudi luhur. Sayangnya, Riko tidak bisa tidur dengan Citra sehingga Citra harus hidup kesepian selama sisa hidupnya.

Setelah menyeka wajah Riko, Citra berbalik dan mendapati Arif sedang menatapnya. Dia pun mengerutkan bibir dan berkata, "Arif, ikut aku keluar!"

Arif mengikuti Citra ke kamar di bagian barat rumah. Ruangan itu sunyi dan hanya ada mereka berdua di sana.

Pikiran Arif mulai berpacu. Ketika berada di luar rumah Riko tadi, dia tidak sengaja mendengar Citra bicara tentang ingin naik ke tempat tidurnya. Dia tahu itu hanyalah kata-kata marah Citra. Namun, mereka sedang berada di ruangan yang sama dan berjarak begitu dekat hingga bisa mendengar napas satu sama lain.

Jantung Arif pun berdebar kencang. Dia merasa sangat tegang. Kemudian, dia menelan ludah dan bertanya, ​​"Citra, buat apa kamu memanggilku kemari?"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan   Bab 50

    Beberapa saat kemudian, Rania baru menutup wajah meronanya, lalu bertanya dengan terbata-bata, “Kak Arif, ngapain kamu nonton video itu?”Arif pun tersenyum. Meskipun kakak ipar mengatakan Arif telah menidurinya pada malam pengantin, tetapi Arif telah mabuk dan tidak mengingat apa pun. Seandainya benar ada kejadian seperti itu, dia juga tidak teringat apa-apa dan boleh dikatakan tidak memiliki pengalaman sama sekali.Sekarang, Rini memiliki perasaan terhadap Arif. Dia pun mesti belajar sedikit pengetahuan terlebih dahulu. Setelah Arif berhasil menaklukkan Rini, dia tidak percaya Rini tidak akan memberi tahu kenyataan pada malam pengantin abang sepupunya!“Aku cuma ingin duluan belajar untuk calon istriku nanti?”Rania menunduk. Dia mencubit-cubit jari tangannya dengan gugup, lalu berkata, “Teman sekolahku kirim banyak video kepadaku. Kalau Kak Arif ingin nonton, silakan saja.”Usai berbicara, Rania menambahkan, “Tapi Kak Arif, aku nggak nonton sama sekali. Kamu jangan salah paham ya.”

  • Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan   Bab 49

    Ketika kepikiran hal ini, Arif pun tersenyum lebar.Pada saat ini, pada penduduk desa sudah mengerumuni Rania. “Rania, cepat daftarkan nama kami.”Rania sungguh merasa gembira. Ini pertama kalinya dia diperlakukan ramah oleh para penduduk desa setelah dia kembali ke desa. Dia segera mengeluarkan kertas dan pena yang sudah dipersiapkan, lalu berkata dengan suara keras, “Semuanya jangan buru-buru. Semuanya akan kebagian kok!”Lima menit kemudian, akhirnya Rania sudah menyelesaikan pendaftaran. Para penduduk desa merasa sangat puas, lalu memujinya, “Rania itu orang pertama di desa yang tamatan universitas, kerjanya cepat dan tangkas!”“Aku ingat waktu kecil dulu, Rania selalu mengekor di belakang Arif, bahkan pernah mengatakan ingin menikah dengan Arif!”“Sampai sekarang Arif belum menikah. Bagaimana kalau Rania jadi istrinya saja?”Wajah Rania spontan merona. “Paman, Bibi, aku berbaik hati membantu kalian mencari pekerjaan, kenapa kalian malah jadikan aku sebagai bahan candaan?”Suara t

  • Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan   Bab 48

    Begitu ucapan itu dilontarkan, para penduduk desa juga merasa agak ragu. Mereka memang ingin mencari nafkah, tapi mereka juga ingin tetap tinggal di desa.Demi upah 40-60 ribu, mereka benar-benar tidak perlu menyinggung Wawan, apalagi ribut sampai ke pemerintahan setempat.Bahkan Rania juga mulai merasa ragu. Dia yang telah membujuk para penduduk desa untuk menekan Wawan, tapi mengenai berapa upah yang akan diberikan kepada warga, dia tidak berani mengambil keputusan, semua itu mesti menunggu penjelasan Arif.Hanya saja, Rania tetap berkata, “Paman, Bibi, kalian semua melihat Kak Arif dari kecil. Aku percaya Kak Arif nggak akan merugikan kalian!”Wawan melihat para penduduk desa yang mulai goyah. Dia pun menunjukkan senyuman puas. Dia sudah mengelola Desa Sukasari selama bertahun-tahun, apa mungkin dia tidak sanggup menghadapi bocah miskin seperti Arif dan gadis muda seperti Rania?Arif malah berani mengatakan akan membuat Wawan memohon Arif untuk menyewa rumahnya. Sepertinya Arif seda

  • Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan   Bab 47

    Gambaran ajaib benar-benar terjadi. Energi spiritual berwarna keemasan itu bergabung dengan tanaman herbal dan berputar-putar di dalam ember kayu.Sekitar sepuluh menit kemudian, tanaman herbal dan energi spiritual telah bergabung, membentuk seember cairan spiritual yang berwarna transparan. Cairan itu tidak berwarna dan tidak beraroma, seperti air saja.Arif berkata dengan antusias, “Bagus sekali. Ramuan spiritual mesti diencerkan. Asalkan aku menuang cairan spiritual ke dalam sumur, nggak ada yang akan menemukan rahasia bercocok tanam jamur pinus!”Ketika kepikiran hal ini, rasa penat di hati Arif langsung menghilang. Pada saat ini, langit sudah sepenuhnya gelap. Saking gembiranya, Arif bahkan tidak bisa tidur. Dia pun duduk di atas tempat tidur, lalu memejamkan matanya untuk mulai latihan.…Keesokan paginya, Arif dibangunkan oleh suara ricuh di depan pintu rumah. Dia membuka matanya, lalu mengenakan sepatu sebelum keluar. Pada saat ini, ada belasan penduduk desa sedang berkumpul d

  • Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan   Bab 46

    Arif terus menatap Rini. Napasnya juga mulai tidak karuan. Dia sedang mencari tahu jati diri Kiki. Riko yang mengetahui kenyataan malah tidak bersedia untuk memberitahunya.Namun Arif sungguh tidak menyangka bahwa Rini juga mengetahui kenyataan pada hari pernikahan abang sepupunya waktu itu!Arif sungguh merasa antusias. Sebelumnya dia mencari ke sana kemari, tetapi tidak menemukan jawabannya. Sekarang tanpa mencari, dia justru menemukan jawabannya tanpa perlu usaha sama sekali. Jika Arif tahu Rini juga mengetahui masalah itu, untuk apa dia bertanya pada Riko!“Kak Rini, masalah ini sangat penting bagi aku. Kamu mesti beri tahu aku!” Mata indah Rini berkilauan. Dia bertanya dengan bingung, “Kamu sendiri jelas dengan apa yang kamu perbuat, untuk apa tanya aku?”Arif sungguh merasa panik. “Kak Rini, waktu itu aku mabuk dan nggak ingat apa-apa lagi. Kamu cepat beri tahu aku, sebenarnya apa yang terjadi waktu itu?”Tatapan Rini kelihatan berkilauan, tetapi dia tidak segera menjawab.Arif

  • Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan   Bab 45

    Tangan Sari sudah disandarkan ke atas pintu. Asalkan dia membuka pintu, dia pun dapat melihat gambaran Rini berpelukan dengan Arif.Jantung Arif berdebar kencang. Dia bahkan tidak berani bernapas dengan terlalu kencang. “Kak Rini, kamu jangan bandel lagi!”Kalau sampai kepergok oleh Sari, belum pasti Sari akan menghukum Rini, tetapi Sari pasti akan memukul Arif fan mengusirnya keluar dari rumah. Pada saat itu, Arif-lah yang akan dipermalukan.“Kenapa kamu malah takut sama dia?” Rini berusaha untuk menenangkan Arif. Kemudian, terdengar nada bicara tinggi dari luar pintu. “Ibu, aku dan Arif lagi ngomong masalah serius. Kalau kamu ikut campur, bisa jadi malah nggak akan berhasil!”Di luar pintu, Sari sungguh kelihatan galau. Dia merasa Rini dan Arif sedang melakukan hal buruk di dalam kamar. Namun setelah dipikir-pikir, ada dia yang berjaga di depan pintu, mereka berdua seharusnya tidak akan melakukan hal di luar batas. Sari sungguh berharap Rini bisa berhasil mencari tahu cara Arif menca

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status