"Dia benar-benar melindungiku!" lirih Natasha yang diam-diam ingin mencium kening Darren. Namun, tak sampai menempel di kening, Darren sudah terbangun dari tidurnya."Apa masih kurang ciumanku semalam?" tanya Darren yang membuat tubuh Natasha seakan kaku.gshshshhs"Aduh, bagaimana ini? Aku harus jawab apa?" tanya natasha dalam hati."Apa kamu menginginkannya lagi?" tanya Darren membuat tawa natasha pecah."Haha, apaan sih, Pak! Saya tuh mau membenarkan alisnya bapak doang. Ih, bapak mah mulai baper, ya?" ucap Natasha mengelak. Raut wajahnya memerah seketika saat darren menatapnya dengan tatapan yang begitu dalam." Ingat lho, Pak! Bapak sendiri yang bilang untuk tidak baper di antara kita!"Darren tersenyum tipis. Ia sangat suka dengan ekspresi natasha yang salah tingkah. Sangat lucu!"Bukankah kamu yang sudah mulai baper duluan?" tanya Darren seraya menangkupkan kedua tangan di dada."Heh, Saya?""Heem.""Mana mungkin saya baper, Pak! Bapak kali yang ba-per. Argh, sudahlah! Daripada b
"I love you bei .... Haaaaaaaaa!" teriak Natasha spontan duduk sembari menutup tubuhnya dengan kedua tangannya."Pak Darren, kenapa pak Darren masih ada di sini? Bukankah, aku bilang untuk keluar jika sudah setengah jam berlalu?" Darren berpaling sejenak. Alih-alih tak mau mendengar ocehan natasha, ia bergegas keluar tanpa sepatah kata pun yang terucap.KlekPintu kamar tertutup. Natasha menghela nafas berat seraya menahan rasa malu yang seakan berkumpul menjadi satu dalam tubuhnya. Berlari dan mengunci pintu kamarnya segera.Perlahan, ia menunduk menatap dirinya yang begitu seksi. Tubuhnya seketika meremang ketika teringat tatapan Darren kepadanya beberapa menit yang lalu."Sumpah! Malu banget aku," gumam natasha menghela nafas berat.Drt ...Drt ...Natasha melangkah. Ia meraih ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja. "Satu jam lagi, kita ke Bogor! Aku tunggu kamu di rumah!"Natasha mendongak. Tatapan matanya beralih ke arah jendela kamarnya yang terbuka. Terlihat begitu jela
"Yang pasti, panggilan itu tak terucap untuk mantan kekasihmu!" pinta Darren dengan tegas.Natasha merapatkan bibirnya. Tangannya mengepal, menopang di dagu seraya berpikir.",Ehmmmm, bagaimana kalo aku memanggil ba ... eh ... kamu dengan panggilan honey, baby, atau ...." kata Natasha terhenti."Mas, panggil saja mas Darren. Itu jauh lebih baik daripada panggilan yang kau sebutkan barusan," ucap Darren dengan pasti."Mas? Haruskah aku memanggilnya mas Darren?" tanya batin natasha seakan tak mampu menegak salivanya sendiri."Tidurlah! Kumpulkan tenagamu untuk berakting di depan para klienku nanti," kata Darren membuat natasha terkejut."Kenapa saya harus berakting di depan klien? Bukankah dalam kontrak, aku hanya bersandiwara di depan ....""Kata siapa? Apa kamu tidak membacanya sampai selesai? Aku juga mencantumkannya dengan jelas, jika kamu akan menjadi kekasihku di depan semua orang," kata Darren mengejutkan natasha.Lentik indah bulu mata natasha tak berhenti mengerjap. Bibirnya me
"Aduh, aku harus jawab apa? Tak mungkin juga aku kepanasan karena gugup di depannya, mengingat kembali momen itu. Argh! Ya Tuhan, kenapa juga aku mengalami hal ini di depannya?" gumam batin Natasha menghela nafas panjang.Sesaat, natasha menampik tangan Darren yang mencoba memegang keningnya."Aku baik-baik saja!" tegas natasha."Tapi, bagiku kamu sedang tidak baik-baik saja, Natasha! Kita ke rumah sakit sekarang," gegas Darren melajukan mobilnya."Bekerjalah dengan semaksimal mungkin, ya, Cha. Darren akan bertemu dengan beberapa klien yang bisa membuat perusahaan kita menjadi maju lagi. Jadi, aku harap kamu bisa mengontrol emosinya. Ok!" Perkataan Bara yang kembali melintas dalam benaknya.Natasha mengatur nafasnya kembali. Mulai memberanikan diri untuk menatap Darren secara langsung."Aku baik-baik saja. Kita tak perlu ke rumah sakit," ucap natasha yang tak mendapat respon dari atasannya tersebut. "Mas Darren, apa kau mendengarkanku?"Darren menoleh sebentar. Sudut bibirnya sedikit
"Aku tak kenal mereka dan aku juga tak mau kenal dengan mereka. Aku hanya ingin tidur bersama istriku kelak. Jadi, hilangkan rasa cemburumu itu!""Siapa yang cemburu? Aku tidak ...."Drt ... Drt ..."Iya!" kata Darren memasang handset untuk menjawab telepon yang masuk.Natasha menghela nafas panjang. Bibirnya merapat seraya menatap ke arah Darren yang memang sangatlah sempurna. Tak heran kalo kaum hawa kepincut akan pesona yang di miliki atasannya itu. Setiap gerakan yang dilakukan mempunyai kelebihan tersendiri."Kenapa hatiku senang saat dia bilang tak mengenal mereka? Masa' iya aku sempat cemburu? Argh! Apa sih yang aku pikirkan? Tak mungkin tak mungkin," gumam batin natasha beralih menatap ke arah jendela mobil. ***Bara mengetuk sebuah bolpoin tepat di atas meja. Menunggu seseorang yang akan meringankan pekerjaan saat ini.CeklekBara mendongak. Senyumnya mengembang saat Pak Angga datang menghampiri."Selamat siang, Pak!" ucap Pak Angga yang merupakan pimpinan security mall yang
"Kita akan bermalam di sini!" kata Darren yang membuat natasha tercekat."Kenapa tak bilang kalo kita akan bermalam di Bogor? Aku kan bisa bawa ...," kata natasha terhenti. "Di koper itu, ada pakaian kita berdua. Jadi, kamu tak perlu bingung lagi," kata Darren.Natasha menunduk. Memperhatikan koper yang ia ambil dari rumah madam Ayu, sebelum berangkat ke Bogor."Kamu jangan berpikiran negatif dulu. Mama selalu menyiapkan baju ganti setiap aku berangkat ke luar kota. Siapapun orang yang pergi denganku," tutur Darren menjelaskan."Seharusnya, madam ayu tak perlu menyiapkan baju ganti untukku. Kalo semalam sih, aku tak bingung. Hanya saja pakaian dalamku yang harus ganti," gumam batin natasha tersenyum tipis."Nanti, setelah acara selesai, aku bisa beli pakaian dalam dulu. Dan, tak mungkin juga kan madam ayu menyiapkan pakaian dalamku juga!"Kedua alis Darren bertaut melihat natasha tersenyum seorang diri.TekJentikan tangan Darren seketika membuat lamunan natasha buyar."Sudah siap?" t
Wanita yang sudah membuatku menangis tiga hari tiga malam, sudah berada di sini, Paman. Beri pelajaran padanya!"Devan menegak salivanya. Ia mendongak, kembali menatap ke arah Agatha yang duduk tepat di depan natasha."Baiklah!" balas Devan mengirim pesan untuk keponakannya.Agatha menyeringai. Sudut bibirnya mengembang sinis menatap natasha yang duduk tepat di depannya."Tamat sudah masa depanmu, wanita bodoh! Itulah balasan orang yang berani menantang Agatha Christie," gumam batin Agatha menghela nafas panjangnya. Menopangkan kedua tangan di dada, seakan lega dengan jawaban dari pamannya.Selesai meeting, Natasha menghela nafas panjang. Jari jemari tangannya dengan lincah mengikat rambut panjangnya yang membuat dirinya mulai kepanasan."Oh my God! Padahal ini sudah malam, tapi kenapa rasanya gerah sekali, ya?" tanya natasha seorang diri. Mulai bersandar di jok bahu mobil sembari menunggu Darren yang masih sibuk dengan salah satu kliennya.Sejenak, natasha menyeringai. Menatap keara
"Oh my God! Bagaimana bisa aku lupa kalo aku sedang berdua bersamanya?" gumam batin natasha.Darren menunduk. Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa ketika melihat gembulan dua bukit kembar milik natasha yang terlihat begitu jelas. Alih-alih tak mau hasrat birahinya memuncak, Darren berpaling menatap wajah cantik yang di miliki kekasih enam bulannya itu."Tenang natasha tenang! Kamu tak boleh grogi. Semakin kamu grogi, dia akan menertawakanmu habis-habisan. Dan, takutnya dalam kontrak itu juga tertulis di larang menggoda! Ahhh, bisa-bisa aku akan ganti rugi lagi," gerutu batin natasha menerka-nerka. Bulu mata natasha tak berhenti mengerjap. Senyumnya mengembang dan mencoba menghilangkan rasa malu yang sempat tertahan."Apa kamu berusaha menggodaku?" Pertanyaan Darren seketika membuat senyum manisnya memudar. "Tidak. Siapa yang menggodamu. Hanya saja, aku lupa kalo kita tinggal bersama," kata natasha mengerucutkan bibir mungilnya. Dengan cepat, ia mencoba menegakkan tubuhnya. Beru