Home / Fantasi / Penakluk Sihir Iblis / Hantu Dan Sampah

Share

Hantu Dan Sampah

Author: Aspasya
last update Last Updated: 2024-11-21 21:33:22

Beberapa hari setelah hidup lagi di tubuh Murong Yi, Jian Huànyǐng mulai terbiasa dengan suasana di kediaman Murong. Bangunan megah dengan taman yang indah dan udara yang sejuk membuatnya sedikit lebih nyaman, meskipun kepribadian Murong Yi yang jauh berbeda dengan dirinya kerap membuatnya canggung. Namun, Jian Huànyǐng tidak menganggapnya sebagai masalah besar.

Akhir-akhir ini, di kediaman tampak lebih sibuk dari biasanya. Hiruk-pikuk pelayan yang berlalu-lalang, mengangkat berbagai barang, membuatnya sedikit penasaran. Namun, Jian Huànyǐng memilih untuk tidak terlalu ambil pusing, merasa bahwa semua itu tak ada sangkut pautnya dengan dirinya.

"Hei, Hantu!" Sebuah suara keras tiba-tiba memecah lamunannya. Seseorang memanggil dari belakang ketika dia sedang berjalan santai, menikmati suasana manor seperti biasa.

Usai mengunjungi Nyonya Tua setiap pagi, Jian Huànyǐng memiliki kebiasaan berkeliling manor, bertemu dengan para penghuni dan pelayan lainnya. Meskipun tidak semua orang menyambutnya dengan hangat, dia selalu berusaha bersikap tenang. Beberapa di antara mereka memang suka mengganggunya, mungkin karena statusnya yang dianggap canggung.

Jian Huànyǐng menoleh perlahan. "Siapa yang kau panggil Hantu?" tanyanya dengan suara datar, tetapi ada ketegangan yang samar dalam nadanya. Langkahnya mantap, mendekati pria yang baru saja memanggilnya.

"Tentu saja kau!" Pria itu tersenyum sinis, matanya menyipit mengejek. Dengan gerakan sembarangan, dia meraih kerah hanfu Jian Huànyǐng dan mulai merapikannya dengan cara yang sangat merendahkan.

"Meskipun kau terlihat lebih rapi sekarang, tetap saja kau ini tak lebih dari sampah, Hantu! Tidak usah berlagak seperti Gōngzǐ yang terhormat!" Suaranya seperti racun, meresap pelan-pelan ke dalam ego Jian Huànyǐng.

Jian Huànyǐng menatap pria itu sejenak, kemudian dengan gerakan halus, dia menepis tangan pria tersebut dari kerah bajunya. "Sekalipun kau berlagak seperti seorang tuan muda," katanya dengan nada tenang, "kau tetap seorang pelayan. Lihat pakaianmu... Itu sudah cukup menunjukkan siapa dirimu." Sebuah senyum sarkastik mengembang di wajahnya, sebelum ia berbalik dan melangkah pergi.

Tatapan penuh penghinaan dari Jian Huànyǐng rupanya membakar amarah pria itu. Dalam sekejap, dia mengayunkan tangan hendak memukulnya. Namun, Jian Huànyǐng lebih cepat. Dengan sekali tepukan lembut dan bisikan mantra, pria itu mendadak kaku, tak bisa bergerak, apalagi berbicara.

"Kau ini, sepertinya belum sadar siapa dirimu sebenarnya." Jian Huànyǐng kembali tersenyum tipis sebelum meninggalkan pelayan yang kini terdiam tanpa daya.

Jian Huanying terus berjalan, menikmati udara segar sembari memperhatikan kesibukan para pelayan di sekelilingnya. Tidak jauh dari sana, dia melihat A Shu yang tengah memberi instruksi pada beberapa pelayan yang lebih muda darinya. Saat melihat Jian Huànyǐng, mereka menyapanya dengan hormat.

"Dà Gōngzǐ, Anda terlihat lebih sehat akhir-akhir ini," kata A Shu dengan senyum lebar. Sorot matanya memancarkan kegembiraan yang tulus.

"Dà Gōngzǐ sungguh tampan, ya. Kenapa dahulu selalu memakai topeng?" bisik salah seorang gadis muda di antara mereka. Beberapa gadis lainnya mengangguk setuju, mencuri pandang malu-malu di belakang A Shu.

"Tolong jaga sikap kalian di depan Dà Gōngzǐ!" A Shu menegur mereka dengan lembut, tetapi tegas. Seketika, wajah para gadis itu memerah. Mereka menundukkan kepala, tampak menyesal.

Jian Huànyǐng tersenyum manis dan ramah. "Jiějie, jangan terlalu keras pada mereka," katanya, melambaikan tangan dengan santai. Senyum ramahnya segera mencairkan suasana, dan para gadis itu tersipu semakin dalam, malu tapi senang.

A Shu tertawa kecil. "Dà Gōngzǐ sungguh baik hati," katanya, menunduk hormat. "Oh, beberapa hari lagi adalah hari besar Dà Xiǎojiě. Saya akan menyiapkan pakaian dan segala keperluan untuk Anda setelah saya menemui Tài Fū Rén."

"Oh, begitu rupanya! Pantas saja semua orang sibuk hari ini!" Jian Huànyǐng menggaruk-garuk kepala dengan kikuk, merasa sedikit canggung di tengah hiruk-pikuk persiapan.

Kediaman ini terasa begitu asing baginya, meski tubuh yang kini ia tempati lahir dan dibesarkan di sini. Ia masih belum sepenuhnya menyatu dengan kehidupan keluarga Murong.

Ketika berjalan lebih jauh, ia mendengar serombongan pelayan yang lewat, berbisik-bisik di antara mereka. "Dà Xiǎojiě sungguh beruntung. Dia akan menikah dengan Pangeran Jing Yan," salah satu dari mereka berkata, suaranya lirih, tetapi jelas terdengar oleh telinga tajam Jian Huànyǐng.

Mendengar itu, langkah Jian Huànyǐng terhenti. Matanya menyipit, menatap pelayan-pelayan itu yang perlahan menghilang di balik tikungan. Pikirannya berputar cepat, mencoba mengingat sosok yang mereka sebutkan.

"Pangeran Jing Yan?" gumamnya pelan, seolah berbicara kepada dirinya sendiri.

Nama itu terasa akrab, tapi samar, seolah terselip di antara kenangan masa lalu yang sudah lama tak diingatnya. Dua puluh dua tahun yang lalu, di Akademi Bìxiāo, dia pernah bertemu dengan beberapa pangeran kekaisaran. Jian Huànyǐng menarik napas panjang, kerutan di dahinya semakin dalam.

"Putra Mahkota... Seharusnya sudah naik tahta sekarang," katanya pelan. Kaisar Jing Yǔhàn hanya memiliki tiga orang putra, dan dia cukup mengenal mereka. "Apakah dia putra dari kaisar yang sekarang?" gumamnya seraya terus berpikir, mencoba merangkai potongan-potongan ingatan yang tercerai-berai.

Pikirannya masih berkelana, ketika tiba-tiba dia melihat sekumpulan orang memasuki halaman manor. Seketika, tubuhnya menegang. Salah satu dari mereka adalah sosok yang sangat dikenalnya.

"Dia...!" Kedua tangannya mengepal erat, dan seketika emosi yang telah lama dikuburnya kembali bangkit, menghantam keras tanpa permisi.

noted :

*Dà Xiǎojiě : Nona Muda Pertama

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penakluk Sihir Iblis    Keputusan Huànyǐng

    Huànyǐng segera melepaskan kakinya dari pinggang Léi dan turun dari gendongan kakaknya, lalu tanpa pikir panjang menghambur ke dalam pelukan Baihe Cheng."Niang!" serunya dengan suara penuh emosi.Dan dalam sekejap, air mata kembali mengalir deras di pipinya."Niang! Tiānyīn pergi yang lalu tanpa berpamitan! Huuee!"Jian Xia dan Jian Wei saling berpandangan, lalu menatap Qing Yǔjiā dengan pandangan meminta penjelasan. Qing Yǔjiā menghela napas panjang, ekspresinya penuh kepasrahan."Dia sudah merajuk selama tiga hari," katanya sambil menggelengkan kepala.Jian Xia mendekati ibu dan adiknya, lalu dengan lembut membelai rambut Huànyǐng yang berantakan."Sudah jangan menangis! Lihatlah dirimu! Hilang sudah Huànyǐng yang imut dan manis!"Léi menambahkan sambil menahan tawa, "Huànyǐng, lihat! Ingusmu menjijikan!"Dan reaksi yang diharapkan pun terjadi."Huuee, Niang! Lihat mereka menggodaku!" H

  • Penakluk Sihir Iblis    Huànyǐng Merajuk

    Di Hēiyǐng Shān, Huànyǐng masih bergulung di tempat tidur membelakangi Qing Yǔjiā. Selimut ditarik hingga menutupi separuh kepalanya, hanya menyisakan rambut hitam yang berantakan."Sampai kapan kau akan merajuk seperti itu, Huànyǐng?" tanya Qing Yǔjiā jengkel.Gadis cantik itu, meski kini berpakaian jauh lebih sederhana tanpa aksesoris mewah yang biasa dipakainya, berkacak pinggang di depan tempat tidur. Wajahnya menunjukkan ketidaksabaran menghadapi drama pagi ini.Qing Héng Zhì, yang menyaksikan dari sudut ruangan sambil mengayun-ayunkan kakinya di kursi, akhirnya berusaha menengahi."Jiě, jangan begitu," tegurnya pelan, merasa tidak enak hati melihat Huànyǐng yang terus-menerus diam sejak bangun tidur.Namun, Qing Yǔjiā tidak terpengaruh."Biarkan saja!" sahutnya galak, lalu menoleh pada adiknya. "Héng Zhì, kau pergi saja ke pasar. Beli beberapa bahan makanan dan bibit tanaman yang sudah habis."Qing Héng Zhì, meski

  • Penakluk Sihir Iblis    Misteri Yinluo Chéng

    Fajar menyingsing dengan cahaya yang redup di atas Hēiyǐng Shān. Tiānyīn berdiri di teras dengan guqinnya tergantung di punggung, bersiap untuk pergi. Huànyǐng masih tidur di dalam rumah bersama kedua bocah kecil yang memeluknya erat seperti anak kucing yang takut kehilangan induknya.Qing Yǔjiā berjalan mendekati Tiānyīn, tatapannya tertuju pada pemuda bermata biru itu dengan kekhawatiran."Yuè Èr Gōngzǐ, apakah tidak menunggu Huànyǐng bangun dan berpamitan padanya?"Tiānyīn menggelengkan kepalanya pelan.Qing Yǔjiā terdiam sejenak, lalu bertanya lagi dengan hati-hati, "Apakah Yuè Èr Gōngzǐ tidak ingin membawa Huànyǐng kembali ke Kediaman Aroma Wisteria?""Tidak sekarang," jawab Tiānyīn singkat dan tenang seperti biasanya..Tanpa banyak kata, ia melangkah meninggalkan Hēiyǐng Shān menuju Bi Hai Wan. Meninggalkan Qing Yǔjiā yang mengantarkannya hingga ke pintu gerba

  • Penakluk Sihir Iblis    Fēng Dié Zhī Yuē (Janji Angin dan Kupu-Kupu)

    Tiānyīn dan Huànyǐng duduk berhadapan di teras sebuah bangunan sederhana di puncak Hēiyǐng Shān. Di atas meja terhidang tumis sayuran hijau dengan daging, acar lobak, nasi hangat, ikan kukus, serta arak dan teh yang mengepulkan uap hangat ke udara malam.Suasana makan malam yang tenang ini berbeda dengan keributan di siang hari. Kedua bocah kecil telah tertidur lelap di dalam rumah, diurus oleh Nenek Qing dan beberapa perempuan lain dari klan Qing.Huànyǐng, tanpa diminta, mulai menjelaskan sambil mengambil sepotong daging dengan sumpitnya."Mereka adalah orang-orang dari klan Qing, klan Wu, dan sekte kecil lainnya yang melarikan diri saat diserang Bìxiāo Tiěwēi setahun lalu."Tiānyīn mengangguk, tatapannya beralih pada orang-orang yang tengah berkerumun di bangunan terbesar di bukit, menikmati makan bersama sambil bercanda dan berbincang. Meski hidup dalam kesederhanaan, wajah mereka tampak damai dan p

  • Penakluk Sihir Iblis    Kehangatan di Hēiyǐng Shān

    Setelah perjalanan yang dipenuhi tawa dan keributan kecil, Tiānyīn, Huànyǐng, dan Qing Yǔjiā akhirnya tiba di kediaman mereka di puncak Hēiyǐng Shān, disambut dengan senang hati oleh para penghuni bukit.Nenek Qing berlari tergopoh-gopoh dan langsung membungkukkan tubuh rentanya di hadapan Tiānyīn dan Huànyǐng, menunjukkan penghormatan yang tinggi meski napasnya masih terengah-engah."Jian Wu Gōngzǐ, Yuè Èr Gōngzǐ, maafkan A Jun!" ucapnya dengan sangat sopan. Meski jauh lebih tua, Nenek Qing yang hanya orang biasa di klan Qing harus bersikap hormat kepada para tuan muda dari klan besar.Tiānyīn hanya mengangguk dengan sikap tenang seperti biasanya, sementara Huànyǐng tertawa santai sambil menggoyangkan Xiǎo Bai yang mulai tertidur di gendongannya."Ah, tidak perlu segan begitu, Nek. Tidak apa-apa, sesekali membuat Dewa Musik Lanyin kerepotan mengurus bocah nakal seperti A Jun."Tiānyīn melirik Huànyǐng dengan tatapan datar yang familiar,

  • Penakluk Sihir Iblis    Ketenangan yang Aneh dan Kejutan di Bukit Kegelapan (Hēiyǐng Shān)

    Setelah keributan kecil di tengah kota, Qing Yǔjiā dengan sopan mengundang Tiānyīn untuk mampir ke kediaman mereka. Meski terlihat tenang seperti biasa, Tiānyīn mengangguk setuju. Sesuatu dalam dirinya penasaran dengan kehidupan baru Huànyǐng di tempat yang mustahil ini."Yuè Èr Gōngzǐ, silakan ikut kami. Aku akan menyiapkan hidangan yang layak untuk tamu terhormat," ucap Qing Yǔjiā sambil membungkukkan badan.Huànyǐng tertawa. "Yǜjiā, jangan terlalu formal! Chénxī tidak suka diperlakukan seperti bangsawan."Mereka beranjak menuju Hēiyǐng Shān, Bukit Bayangan Hitam yang dikenal sebagai pusat kegelapan sejak kota ini diliputi aura misterius. Di perjalanan, Qing Yǔjiā mampir ke berbagai pedagang untuk berbelanja daging, sayuran, bahan-bahan makanan lain, dan tentu saja arak."Mofa Shi memang paling suka arak! Beli yang mahal sekalian!" Goda seorang pedagang sambil tertawa."Diamlah! Aku hanya ingin menyambut tamu dengan baik," sahut Huànyǐn

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status