Home / Fantasi / Penakluk Sihir Iblis / Para Tamu Di Kediaman Murong

Share

Para Tamu Di Kediaman Murong

Author: Aspasya
last update Last Updated: 2024-11-21 21:43:53

Jian Huànyǐng terpaku dan bergeming dari tempatnya berdiri, seperti patung yang terukir dari kesedihan dan kehampaan. Rombongan itu terus berjalan hingga hampir melewatinya. Mereka melintasinya tanpa sedikit pun menyadari kehadirannya, seperti bayangan yang tak terlihat di bawah matahari.

Kenangannya pun berputar kembali ke masa-masa akhir hidupnya, saat setiap detik dipenuhi dengan pengkhianatan dan derita. Di antara rombongan yang baru saja melewatinya, terdapat seseorang yang dikenalinya dengan jelas sebagai salah satu dari sekian banyak orang yang menginginkan kematiannya.

"Rupanya, dia Murong Wei. Seharusnya ayah dari Murong Yi," gumamnya pelan, teringat akan ucapan A Shu saat menceritakan tentang Murong Yi. Tatapan matanya masih terpaku pada rombongan yang kini memasuki aula utama, hatinya bergetar antara kebencian dan kepiluan.

Perlahan dia mengikuti mereka dari kejauhan. Namun, baru beberapa langkah, dia melihat rombongan lain. Jian Huànyǐng kembali terpaku dan berhenti berjalan. Dia segera bersembunyi di balik sebuah tiang, dadanya berdetak kencang.

Hanfu putih berkibar-kibar tertiup angin musim semi, bordir pola bunga wisteria ungu, membawa kenangannya kembali berputar-putar ke masa dua puluh dua tahun lalu. Setiap hembusan angin seolah membawa bisikan-bisikan masa lalu, entah mengapa dia ingin menangis dan berteriak sekeras-kerasnya.

Jian Huànyǐng memejamkan matanya, mencoba mengendalikan emosinya agar tidak terlepas tanpa kendali. "Semua sudah berlalu, Jian Huànyǐng. Bukankah menurut A Shu, dia belum kembali dari berkelana. Semestinya hari ini bukan saatnya kau bertemu dengannya," gumamnya pada dirinya sendiri, membujuk hatinya agar tidak gelisah dan merasakan sakit sekaligus rindu yang tidak pernah menguap selama lima belas tahun ini.

"Dà Gōngzǐ," terdengar sebuah suara di telinganya dan membuat Jian Huànyǐng terlonjak kaget. Dia menoleh dan mendapati seorang gadis pelayan tersenyum ramah padanya, senyum yang membawa sedikit ketenangan di tengah kekacauan perasaannya.

"Ada apa di dalam sana?" Jian Huànyǐng bertanya padanya dengan suara pelan. Gadis itu melongokkan kepalanya dan memperhatikan situasi di dalam aula, wajahnya mencerminkan keinginannya untuk membantu.

"Tuan Murong tengah menyambut kedatangan murid-murid dari Sekte Musik Abadi, Dà Gōngzǐ," gadis pelayan itu menjelaskan dengan nada lembut.

"Eh, Sekte Musik Abadi? Untuk apa mereka datang jauh-jauh dari Lanyin ke Ibukota?" tanyanya lagi seraya mengerutkan keningnya, merasa ada yang aneh dengan kunjungan mereka.

"Mereka akan menghadiri Festival Cahaya Roh di Sekte Aliran Roh Suci beberapa hari mendatang. Namun, karena penginapan di kota penuh semua, Tuan Besar mengundang mereka untuk menginap di sini," kembali gadis pelayan itu menjawab pertanyaan Jian Huànyǐng, menjelaskan dengan detail yang membuat situasi semakin jelas.

"Oh begitu," gumam Jian Huànyǐng, mulai memahami situasi di sekitarnya saat ini. Tiba-tiba saja terbersit sebuah ide. Dia pun bergegas menuju aula diikuti gadis pelayan yang berusaha mencegahnya. "Dà Gōngzǐ, jangan ke sana!" Dia menarik lengan Jian Huanying dan menyeretnya, kemudian kembali bersembunyi di balik pintu samping aula yang sepi.

"Kenapa?" Jian Huànyǐng bertanya dengan polos, seakan-akan tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia menerjang masuk ke dalam aula.

"Tuan pasti akan memarahi dan memukuli Anda lagi. Anda baru saja sembuh," gadis pelayan itu menatap iba padanya, khawatir akan keselamatan Jian Huànyǐng.

Jian Huànyǐng tersenyum dan baru menyadari, gadis pelayan itu lebih tua darinya, meski juga lebih muda dari A Shu. Sepertinya dia merupakan pelayan dari halaman Nyonya Tua. Hanya mereka yang peduli padanya.

"Jiějie, kau tidak perlu khawatir. Kau hanya perlu berlari dan mengadu pada Shu Jiějie dan Zǔmǔ jika terjadi sesuatu padaku," Jian Huànyǐng tersenyum jahil, berusaha menenangkan gadis pelayan itu.

Gadis pelayan itu menatapnya kikuk kemudian tersenyum canggung. Namun, tetap mengikuti Jian Huànyǐng yang mendekat ke pintu untuk melihat apa yang tengah berlangsung di aula.

"Murid-murid dari Lanyin memang sangat sopan. Sungguh beruntung kalian dapat mengunjungi kediaman kami," terdengar suara renyah tetapi penuh wibawa dari aula utama.

Tuan Murong Wei, ayah kandung Murong Yi, tengah berbicara pada murid-murid junior dari Sekte Musik Abadi. Di sisinya, Selir Ying dan putranya yang manja, Murong Hu, serta seorang gadis cantik yang baru sekali ini dilihatnya, turut tersenyum ramah dan penuh kegembiraan.

"Aiyo, bukankah seharusnya Murong Yi yang berada di sana. Selain sebagai putra sah, dia memiliki hubungan kekerabatan dengan Klan Yue. Keluarga Baili berada di bawah perlindungan mereka," gumamnya di dalam hati, merasa aneh melihat ketidakadilan yang terjadi.

Jian Huànyǐng termenung sejenak. Berpikir keras apa yang harus dilakukannya. Seandainya dia tiba-tiba saja muncul di hadapan mereka, pasti akan membuat sebuah kejutan yang menyenangkan.

"Tetapi ada kemungkinan Murong Wei mengenaliku sebagai Jian Huànyǐng," gumamnya lagi di dalam hati. "Eh, bukankah Murong Yi selalu mengenakan topeng jelek ini sebelumnya?" lanjutnya seraya meraba topeng yang sedari kemarin terikat di pinggangnya.

Jian Huànyǐng tersenyum jahil dan bergumam lirih, "Orang-orang di manor ini tidak mengenali Jian Huànyǐng dan juga tidak pernah tahu wajah Murong Yi saat dewasa karena dia selalu mengenakan topeng. Aiyo! Ini akan sangat menyenangkan!" Jian Huànyǐng tersenyum puas dan menjentikkan jarinya, merasakan adrenalin mengalir.

Namun, saat hendak memasuki aula utama, tiba-tiba terdengar teriakan yang menghentikan langkahnya. "Yang Mulia Pangeran Jing Yan tiba!"

Serentak orang-orang berlutut memberi penghormatan. Mau tidak mau Jian Huànyǐng pun harus turut berlutut. "Merepotkan," keluhnya dalam hati seraya melirik rombongan yang baru saja datang dan kini memasuki aula.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penakluk Sihir Iblis    Lampion Kenangan

    "Chénxī, turunkan aku ya," pinta Huànyǐng memelas, suaranya berubah menjadi lembut dan penuh harap. "Aku tidak akan berbuat macam-macam, janjinya.""Sebentar lagi kita sampai," sahut Tiānyin mengabaikan permintaan Huànyǐng, langkahnya tidak melambat sedikit pun."Shuǐyùn Tíng, masih jauh," sahut Huànyǐng dengan nada yang mulai putus asa.Tiānyin berhenti di tengah jalan yang diapit oleh pohon-pohon bambu yang bergoyang lembut tertiup angin sore. Lalu dengan perlahan menurunkan Huànyǐng.Huànyǐng tersenyum senang lalu meregangkan tubuhnya yang terasa pegal setelah lama berada dalam posisi yang tidak nyaman. Dia menggerakkan leher dan bahunya untuk melemaskan otot-otot yang tegang."Chénxī, aku tinggal di Zǐténg Ju saja ya?" pintanya lagi dengan nada yang penuh harap.Tiānyin menggelengkan kepala dengan tegas, tatapannya dingin dan tidak bisa dibantah.

  • Penakluk Sihir Iblis    Tiānyin Bahagia

    Héxié Zhìzūn tersenyum menatap sang adik yang tak bergeming meski orang yang dipanggulnya terus memukuli punggungnya dengan gerakan yang tidak beraturan. Tiānyin berjalan dengan langkah yang mantap, tidak terpengaruh sedikit pun oleh protes keras dari pemuda yang dipanggulnnya."Sepertinya Tiānyin sedang merasa sangat bahagia," gumamnya pelan lalu menggelengkan kepalanya dan melanjutkan langkahnya yang tadi sempat tertunda.Sementara itu Tiānyin membawa Huànyǐng masuk ke Kediaman Aroma Wisteria. Bangunan-bangunan bambu yang sederhana namun indah menjulang di antara pepohonan yang rimbun. Konstruksi bambu yang dianyam dengan rapi menampilkan keindahan arsitektur yang asri dan menyatu dengan alam.Mereka menaiki tangga batu yang menanjak, melewati jalan setapak berlapis batu yang dinaungi pohon wisteria. Cabang-cabang wisteria yang berbunga lebat membentuk lorong ungu yang memukau, kelopak-kelopak yang berguguran menari-nari di udara seperti hujan bunga.Aroma wisteria yang lembut berca

  • Penakluk Sihir Iblis    Keluhan di Pelukan Héxié Zhìzūn

    Huànyǐng menatap sosok berjubah biru langit itu dan tiba-tiba sebuah kerinduan menyeruak dalam hatinya yang membuatnya hampir tak sanggup menahan tangis. Héxié Zhìzūn, sahabat karib sang kakak, Jiàn Wéi, yang juga merupakan kakak Tiānyin dan sudah dianggap sebagai kakak olehnya."Héxié Zhìzūn," gumamnya pelan, suaranya bergetar menahan haru.Tiānyin mengangguk lalu mengajak Huànyǐng mendekat. Langkah mereka melambat, seolah enggan mengganggu ketenangan sore yang mulai turun."Xiōngzhǎng!" dengan sopan Tiānyin memberi hormat diikuti murid-muridnya yang mengekor di belakang.Héxié Zhìzūn tersenyum lembut, matanya yang bijaksana menatap ramah pemuda bertopeng jelek di sebelah Tiānyin. "Kau membawa tamu rupanya!" ucapnya dengan nada hangat yang khas.Tiba-tiba saja, tanpa bisa dicegah oleh Tiānyin, Huànyǐng menubruk Héxié Zhìzūn dengan gerakan yang tak terkendali. Tubuhnya yang masih lema

  • Penakluk Sihir Iblis    Kembali Ke Surga Tersembunyi Di Lanyin

    Perahu kayu kecil bergoyang perlahan saat menyentuh dermaga batu di tepi Sungai Ungu Gelap. Tiānyin segera berdiri dan mengulurkan tangannya untuk membantu Huànyǐng turun dari perahu. Langit sore mewarnai permukaan air dengan kilau keemasan yang memukau."Aku bisa berjalan sendiri, Chénxī," bisik Huànyǐng lirih, meski tangannya berpegangan erat di pinggang pria itu.Tiānyin tidak berkata apa-apa dan hanya memapahnya dengan hati-hati. Gerakan kakinya stabil, memastikan Huànyǐng tidak terjatuh saat melangkah di atas dermaga batu yang licin.Para yunior mengikuti mereka dengan patuh dan diam, meski ada banyak pertanyaan berkelebat di benak mereka. Hòu Jūn dan Shengyuan saling bertukar pandang, masih penasaran mengapa guru mereka begitu perhatian pada pemuda bertopeng jelek yang tampak aneh itu.Huànyǐng melirik mereka dan tersenyum kecil di balik topengnya. "Mereka sangat patuh, sama seperti dirimu dulu," ucapnya pelan sambil memandang kedua pemuda yang berjalan di belakang mereka.Tiāny

  • Penakluk Sihir Iblis    Ketakutan yang Tak Terkendali

    Huànyǐng berteriak-teriak histeris sambil berusaha mengibas-ngibaskan kakinya yang terbelit ular. Wajahnya yang tersembunyi di balik topeng jelek itu pucat pasi, keringat dingin mengucur deras di pelipis dan tengkuk."Lepaskan! Lepaskan!" jeritnya sambil menendang-nendang tanah dengan kaki yang bebas.Orang-orang yang berlalu lalang menatapnya dengan wajah heran, tetapi tidak ada yang berani mendekat untuk menolong. Mereka hanya berdiri di kejauhan sambil berbisik-bisik membicarakan pemuda bertopeng jelek yang berteriak ketakutan karena ular.Sementara itu, Tiānyin yang tengah berjalan dengan tenang diikuti murid-muridnya di bagian lain pasar, samar-samar mendengar teriakan yang sangat familiar di telinganya. Suara itu memanggil namanya dengan nada yang penuh ketakutan dan keputusasaan.Tanpa menunggu lagi, Tiānyin bergerak cepat terbang mencari sumber suara. Jubah putihnya berkibar-kibar di udara seperti sayap burung yang terbang mencari sarangny

  • Penakluk Sihir Iblis    Jejak Kenangan di Pasar Lanyin

    Huànyǐng berlari dengan napas yang mulai terengah-engah mengejar Yu Shi yang terus berkelit di antara kerumunan pedagang. Kucing berbulu putih itu seakan sengaja mengajaknya bernostalgia, berlari melewati setiap sudut pasar yang pernah mereka kunjungi bertahun-tahun silam.Yu Shi melompat dari satu lapak ke lapak lainnya dengan gerakan yang sangat lincah. Pertama dia melewati penjual baozi yang mengepulkan uap hangat, kemudian melompat ke lapak tanghulu yang dipenuhi buah-buahan manis berlapis gula. Setelah itu dia berlari ke arah penjual mainan tradisional yang penuh dengan boneka kain dan kelereng warna-warni."Yu Shi! Berhenti!" teriak Huànyǐng sambil terus mengejar.Kucing spiritual itu kemudian berlari ke arah lapak yang menjual aneka topeng hantu dengan warna-warna mencolok. Dia melompat di antara topeng-topeng itu dengan mata keemasan yang berbinar-binar nakal. Setelah itu dia berlari ke arah penjual lampion yang tergantung berjejer seperti bulan-bulan kecil yang bersinar.Tanp

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status