"Ini adalah perintah langsung dari Wúshuāng Jian Shèng, Ketua Sekte Pemecah Langit." Jiàn Xuě bersuara dengan suara bergetar tetapi tegas. "Setiap anggota Sekte Pemecah Langit akan menghormati dan mematuhi perintahnya."
Meski hatinya hancur mendengar kakaknya memutuskan untuk berkorban, Jiàn Xuě tahu tidak ada pilihan lain. Terlalu banyak darah yang sudah tertumpah."Jiàn Da Gōngzǐ," Qing Héng Zhì bergumam dengan suara yang hampir tidak terdengar. "Jangan lakukan itu..."Jiàn Wei menoleh padanya dan tersenyum tipis. Dengan lembut disentuhnya pucuk kepala gadis itu. "Qing Gūniang, kau dan Héng Zhì adalah yang tersisa dari Klan Qing. Kalian harus bertahan hidup untuk melanjutkan warisan keluarga. Sedangkan ayah hamba memiliki tujuh orang anak. Kehilangan diriku tidak akan memutus garis keturunan Jiàn.""Wei Gē..." Héxié Zhìzūn bersuara pelan, tangannya mencengkeram erat Shènglài Xiǎo. "Jangan pernah berkata seolah nyawamu tidak berharga.""Tiānyin perlahan membawa Huànyǐng kembali ke tempat Jiàn Shui terbaring. Tubuh pemuda bermata ungu itu bergetar hebat, masih belum bisa menerima kenyataan pahit yang menimpanya. Matanya menatap kosong pada kakak ketiganya yang terbaring lemah dengan napas yang semakin pendek."A Ying," panggil Jiàn Shui dengan suara yang hampir seperti bisikan angin. Tangannya yang dingin berusaha meraih pipi adiknya yang basah oleh air mata. "Aku harus menyegel Bi Hai Wan.""Jangan, San Gē!" Huànyǐng langsung memeluk tubuh tak berdaya kakak ketiganya itu dengan erat, takut kehilangan satu-satunya keluarga yang masih tersisa. "Jangan tinggalkan aku! Kumohon!"Jiàn Shui tersenyum lemah, membelai rambut hitam Huànyǐng dengan gerakan yang sangat lembut. Matanya yang mulai redup menatap wajah adik bungsunya dengan penuh kasih sayang."A Ying, jaga dirimu baik-baik! Adikku sayang!" bisiknya sambil terus membelai pipi Huànyǐng. Kemudian dia mulai merapal mantra dengan s
Sosok yang muncul dari balik pintu yang hancur bukanlah musuh, melainkan Líng Zhì bersama orang-orang Sekte Aliran Roh Suci. Jubah putih mereka ternoda darah dan debu, menandakan bahwa mereka juga baru saja mengalami pertarungan sengit."Yuè Èr Gōngzǐ, maafkan aku. Kami terlambat!" Líng Zhì berkata dengan napas tersengal-sengal, matanya yang biasanya tenang kini penuh penyesalan.Tetapi dia seketika jatuh terduduk ketika menyadari situasi mengerikan di sekitarnya. Matanya menyapu seluruh aula, mengenali satu per satu wajah-wajah yang tergeletak tidak bernyawa."Tiānyù Jiànzhàn," gumamnya ketika mengenali salah satu tubuh yang tergeletak di aula, dipenuhi luka dan darah yang mengering.Líng Zhì merangkak mendekati tubuh sahabatnya itu dan memeluknya dengan erat, air mata mengalir deras membasahi pipinya yang kotor."A Wei, A Wei," panggilnya sambil mengguncang tubuh yang sudah dingin itu, berharap ada keajaiba
Kota Shuifeng tampak seperti pemukiman hantu ketika Huànyǐng dan Tiānyin mendarat di ujung jalan utama. Jalanan yang biasanya ramai dengan pedagang dan kultivator kini sunyi senyap, hanya terdengar desiran angin dingin yang membawa serpihan salju. Rumah-rumah penduduk tertutup rapat, tidak ada satu pun cahaya yang menerangi jendela-jendela mereka. "Mereka semua bersembunyi," gumam Tiānyin sambil memindai sekeliling dengan mata biru esnya yang tajam. Huànyǐng tidak menjawab. Dadanya terasa sesak, dan insting kultivatornya memberikan peringatan bahwa sesuatu yang mengerikan telah terjadi di tempat ini. Tanpa menunggu, mereka bergegas menuju Bi Hai Wan yang berada di ujung kota. Semakin dekat mereka dengan kediaman Sekte Pemecah Langit, semakin jelas terlihat bahwa situasi telah berubah drastis. Pintu gerbang besar yang biasanya terbuka lebar untuk menyambut tamu kini tertutup rapat. Dua bilah pedang
Di Kediaman Aroma Wisteria, Huànyǐng berdiri kaku di tengah Zǐténg Lan. Bunga-bunga wisteria yang biasanya ungu cerah kini tampak suram tertutup salju, seolah ikut berduka atas tragedi yang menimpa seluruh Bìxiāo.Di hadapannya, seorang murid yunior Akademi Wisteria berlutut dengan tubuh bergetar—entah karena dingin atau ketakutan. Wajah pemuda itu pucat pasi, dan suaranya bergetar ketika dia melaporkan situasi terkini pada Yuè Tiānyin."Yuè Èr Gōngzǐ," katanya dengan suara yang hampir tidak terdengar. "Bi Hai Wan... Klan Jiàn dan Sekte Pemecah Langit... mereka...""Apa?" Huànyǐng menatap murid itu dengan mata yang mulai menyala. "Bi Hai Wan bagaimana?"Murid itu semakin menunduk, ketakutan sekaligus khawatir melihat perubahan raut wajah Huànyǐng."Mereka... mereka diserang oleh Bìxiāo Tiěwēi. Dan Yāo Ménzhǔ, Yāo Ming, serta kakak-beradik Qing... mereka telah dieksekusi di halaman ist
Di Bi Hai Wan, salju yang turun deras telah melapisi seluruh permukaan tanah dan lautan dengan warna putih bersih. Namun kini, putih itu tercampur dengan merah darah yang mengalir dari berbagai arah, menciptakan aliran sungai kematian yang bermuara ke Laut Teluk Biru. Wúshuāng Jian Shèng berdiri tegak di tengah halaman utama kediaman Sekte Pemecah Langit dengan pedang legendaris Tian Jiàn tertancap di lantai marmer. Jubah putihnya yang biasanya bersih kini ternoda darah—entah darahnya sendiri atau darah musuh yang telah dia kalahkan. Rambutnya yang panjang tergerai bebas, bergerak tertiup angin dingin yang membawa aroma kematian. Di sekitarnya, mayat-mayat anggota Bìxiāo Tiěwēi berserakan. Mereka datang dengan jumlah ratusan, tetapi kekuatan seorang Wúshuāng Jian Shèng bukanlah sesuatu yang bisa dikalahkan dengan mudah, bahkan oleh tentara kekaisaran terkuat sekalipun. Langkah kaki yang tenang ter
Sementara itu, di Istana Pangeran Mahkota, Jìng Jūnlán Wángyé berdiri dengan gugup di depan pintu ruang kerja ayahnya. Kedua tangannya berkeringat dingin ketika dia mengetuk pintu dengan pelan."Masuk."Jìng Jūnlán Wángyé melangkah masuk dengan langkah yang hati-hati. Kaisar Yǔhàn sedang menulis sesuatu di atas meja kerjanya, tidak mengangkat kepala untuk menatap putranya."Ayahanda," suara Jìng Jūnlán Wángyé bergetar. "Hamba mohon Ayahanda mempertimbangkan kembali keputusan untuk menahan Yāo Ménzhǔ dan putranya. Mereka tidak melakukan kesalahan apa-apa."Kaisar Yǜhàn berhenti menulis. Perlahan, dia mengangkat kepala dan menatap putra mahkotanya dengan mata yang dingin."Jūnlán," suaranya datar. "Apakah kau juga ingin memberontak padaku?""Ayahanda, hamba tidak bermaksud—""Penjaga!" teriak Kaisar Yǔhàn. "Bawa Pangeran Mahkota kembali ke kediamannya. Mulai sekarang dia mendapat tahanan rumah!"Jìng Jūnlán Wángyé