Share

Bab 10: Beta

Author: Theresa Oliver
last update Last Updated: 2025-05-31 15:01:03
Lacey dan Julien berkendara dalam diam sepanjang sisa perjalanan. Di jalan, Lacey bertanya-tanya apa yang telah terjadi pada pria itu hingga membuatnya sangat keras dan tanpa cinta. Meskipun Lacey mendapati secercah kelembutan dalam diri Julien, dia yakin bahwa seorang perempuan telah mematahkan hati pria itu, atau mungkin ada hal lain yang terjadi hingga menyebabkan hatinya mengeras.

Namun, Lacey segera menyingkirkan pemikiran itu begitu mereka berbelok ke kiri memasuki sebuah jalur sempit yang dihiasi pepohonan dan griya Julien mulai tampak. Lacey terkejut bangunan itu sama sekali bukan sebuah rumah ... melainkan sebuah kastil. Dan sangat besar! Jauh lebih besar daripada rumah ayahnya. Dia penasaran bagaimana Julien dapat menikmati kemewahan semacam ini. Namun ketika kau nyaris abadi dan dapat berinvestasi dengan bijak, kau bisa memperoleh kekayaan sedemikian banyak.

"Wow," kata Lacey ketika limosin berhenti dan parkir di depan kastil itu. Dinding batunya berwarna abu-abu muda, berkilauan diterpa sinar matahari, dan hutan lebat mengelilinginya. "Ini luar biasa indah!" Sisi serigala Lacey tidak sabar untuk menjelajahi hutan disekitarnya, senang atas luasnya tanah untuk berlari dan berburu.

Julien mengangguk, tersenyum. "Ayo ikut dan aku akan mengajakmu berkeliling."

Lacey senang paling tidak pria itu berbicara kepadanya dengan nada ramah saat ini. Komentar positifnya tentang kastil ini pasti telah membuat Julien senang. Untuk pertama kalinya, dia melalukan sesuatu dengan benar, bukannya dia peduli, tetapi paling tidak itu akan mempermudah hidupnya di sini.

"Jadi, di mana kamar kita?" Lacey mengedarkan pandangannya ke sekeliling kastil, jelas-jelas tertarik.

Julien menyipitkan mata dan menunjuk tinggi ke atas. "Kau lihat kubah di kiri itu?"

"Ya," jawab Lacey dengan semangat.

"Dan jendela kecil itu?"

"Ya." Antusiasmenya memudar.

"Itu adalah kamarmu." Julien menyeringai, menunggu reaksinya. Sangat jelas pria ini mendapatkan kepuasan keji saat menyiksa Lacey.

Wanita berambut merah tertawa.

"Aku pikir kita akan berbagi kamar," kata Lacey tanpa berpikir. Sebenarnya, dia bersyukur tidak perlu berbagi kamar dengan makhluk sombong ini.

Julien menggeleng. "Tidak. Tidak sampai kita menikah."

Si rambut merah menertawakan Lacey terbahak-bahak. "Dia belum jadi pasanganmu!"

"Scarlett!" geram Julien.

Lacey mengerutkan hidungnya, muak dengan sikap wanita itu. "Kau pikir kau siapa, berbicara seperti itu padaku?"

Scarlett melangkah ke hadapan Lacey, hidung mereka berdekatan. "Aku adalah Beta-nya. Sementara kau bukan siapa-siapa... belum."

Namun Lacey tidak berencana untuk mundur. "Kusarankan kau untuk mundur. Aku akan segera menjadi Ratu Alpha dan kau akan memperlakukanku dengan semestinya."

Scarlett menyeringai, berkacak pinggang. "Tidak jika aku bisa mencegahnya."

"Scar!" Julien berteriak, kemudian menoleh pada Lacey. "Sebenarnya, kau harus menghormatinya," Julien berkata sambil berdiri di antara mereka.

Lacey menyeringai, menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan menghormatinya sampai dia menghormatiku sebagai calon Ratu Alpha sekaligus pasanganmu terlebih dahulu."

Julien menjambak rambutnya, lagi-lagi hampir mematahkan leher Lacey sementara si rambut merah menyeringai. "Kau akan menghormatinya... karena aku memerintahkan begitu."

"Baiklah...." Lacey berkata sambil berusaha membebaskan diri. "Apa kau tidur dengannya?"

"Tidak, dia tangan kananku." Julien menggeleng dan melepaskannya, melemparkannya ke arah si rambut merah. "Ini Scar, kependekan dari Scarlett. Dia telah lama menemaniku sekarang dan kau akan menghormatinya sebagaimana mestinya." Kemudian Julien menatap Scar. "Dan kau akan menerima Lacey sebagai calon pasanganku sekaligus Ratu Alpha."

Salah satu sudut bibir Scar menekuk membentuk geraman, tetapi wanita itu tidak mengatakan apa-apa.

Lacey menatap mata Julien ketika ia melangkah mendekat ke arah pria itu. "Aku akan menghormatinya ketika ia pantas mendapatkannya. Bukan sebelum itu."

Scar menggeram, matanya berubah menjadi merah terang, dan serigala Lacey bergejolak untuk membunuh, siap untuk menyerangnya. Namun Julien mengangkat tangan, menghentikan mereka berdua.

Dia kembali melangkah mendekati Lacey. "Kau akan menghormatinya, dan kau akan mematuhi perintahku." Pria itu menyeringai. "Dia tidak akan pergi."

Mata Lacey menyipit. "Lantas kenapa kau tidak memilihnya sebagai pasangan alih-alih aku?"

Tiba-tiba, seorang wanita muda bertubuh pendek keluar dari kastil, jelas sekali mendengar percakapan itu. "Selamat datang di rumah, Tuan."

Lacey tertawa sambil menggeleng-geleng. Jadi, Julien menganggap dirinya sebagai Tuan, ya? Baiklah... mungkin dia memang setua itu. Meski demikian, pria ini tidak terlihat lebih dari dua puluh lima tahun, atau maksimal dua puluh delapan. Namun, hal itu mungkin saja.

Julien menggeram, matanya berkobar sewarna emas cerah ketika dia menghadap Lacey. "Gwen adalah pelayanmu. Dia akan membawamu berkeliling kastil dan menunjukkan kamarmu. Berdandanlah untuk makan malam. Kita makan pukul delapan tepat."

"Kukira kau yang akan mengajakku berkeliling," Lacey berkomentar.

"Perubahan rencana." Kemudian dia berjalan menuju kastel, meninggalkan Lacey berdua saja dengan Scar.

"Jangan menggangguku." Scar menyeringai. "Kau belum jadi pasangannya."

Lacey melangkah mendekatinya. "Begitu pun denganmu."

Scar menggeram, dan kemudian berjalan memasuki kastil.

"Ugh!" Lacey mengepalkan tinju di kedua sisi tubuhnya. "Mereka benar-benar menjengkelkan!"

"Halo." Gwen mendekatinya dengan berhati-hati, mungkin bertanya-tanya jika Lacey akan sekejam tuannya. "Nama saya Gwen. Saya yang akan menjadi pelayan Anda."

Lacey memaksa dirinya untuk berhenti bergetar, berusaha menenangkan diri. Lagi pula, Gwen kelihatannya cukup baik. Bukan salahnya jika tuannya brengsek. Namun kembali lagi, orang brengsek itu adalah calon pasangan Lacey.

"Halo." Lacey memaksakan senyum. "Namaku Lacey Taregon."

Gwen sedikit menekukkan lututnya. "Ya, Tuan Putri. Senang bertemu dengan Anda."

Lacey tertawa terlepas dari emosinya. "Tolonglah. Jangan panggil aku tuan putri. Kau boleh memanggilku Lacey. Setidaknya, saat kita berdua."

"Ya, Put ... eh ... Lacey," Gwen menjawab, tampak lebih sedikit lebih santai. "Jika Anda berkenan mengikuti saya, saya akan membawa Anda berkeliling kastil."

Lacey mengangguk. "Terima kasih. Kau sangat baik." Selagi dia mengikuti gadis mungil berambut pirang ini, Lacey bertanya-tanya apa yang akan dia hadapi... untuk keseratus kalinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 100: Belahan Jiwa

    Setahun kemudian ...."Siap?" Ibu Lacey bertanya sambil tersenyum bangga ketika menatap mata Lacey. Setelah Perang Antar Kawanan, Lacey telah menawarkan ibunya untuk tinggal bersamanya, tetapi karena sekarang Camari benar-benar bebas melakukan apa pun yang dia inginkan, dia memutuskan untuk menjadi anggota Kawanan Bayangan, kawanan milik Arkin. Lacey bersyukur ibunya dan Arkin telah saling menemukan kembali ... setelah bertahun-tahun ini. Dan rasanya aneh. Thorn dan Camari selalu khawatir akan mati jika salah satu di antara mereka pergi, tetapi ketika berdiri di hadapannya sekarang, Camari tampak baik-baik saja. Lacey menebak itu karena Ikatan Pasangan di antara mereka telah memudar bertahun-tahun yang lalu. Ada begitu banyak hal yang telah terjadi di antara mereka sebelum Thorn wafat.Namun, Lacey menyingkirkan pikiran tersebut, bertekad untuk tidak membiarkan siapa pun mengacaukan hari ini. Lacey mengangguk. "Ya. Aku siap."Salah satu sudut bibir Camari menyunggingkan senyum. "

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 99: Para Pengawal Ratu Alpha

    Malamnya setelah para Alpha dan keluarganya telah meninggalkan kastel atau beristirahat untuk malam itu, Lacey mempersiapkan diri untuk membicarakan kematian Thorn dan Lynessa pada ibunya."Apa kau ingin aku ikut denganmu?" tanya Julien ketika mereka menuruni tangga. Lacey menggeleng. "Tidak. Aku hanya ingin segera menyelesaikan ini."Julien menariknya hingga berhenti di landasan tangga menuju kamar mereka dan meletakkan kedua tangannya di bahu Lacey, menatap matanya. "Lacey, itu tidak dapat dihindari. Mereka menyerangmu. Ingat itu." Kemudian pria itu menghela napas panjang. "Kalau kau tidak melawan mereka, mereka akan membunuhmu. Itu adalah perlindungan diri."Lacey mengangguk. "Ya, aku tahu. Namun, itu tidak membuatnya menjadi lebih mudah."Julien mengangguk paham. "Beri tahu aku kalau kau membutuhkanku."Namun, Lacey menarik pria itu mendekat. "Julien, aku bangga padamu malam ini. Kau adalah Alpha Tertinggi yang luar biasa. Kau bukan hanya memikirkan kawananmu, tapi jug

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 98: Keluarga, Bagian 2

    Lacey menghela napas, berpikir. "Julien, aku akan jujur padamu."Pria itu mengelus tangannya dengan ibu jarinya. "Ya, silakan."Lacey mengangguk, lalu menatap matanya. "Roth sangat jahat padaku ketika kami tumbuh bersama. Bukan hanya dia, tapi juga seluruh saudaraku dari Thorn dan ibuku. Kau sudah tahu itu." Dia menggigit bibir bawahnya lalu melepaskannya. "Namun, menurutku satu tahun bukanlah permintaan yang besar untuk membuktikan kesetiaannya padamu, dan padaku." Dia meletakkan tangannya di atas tangan Julien, menggenggamnya. "Setahun adalah waktu yang cukup untuk membuktikan loyalitas dan kesetiaannya. Lalu setelah setahun, jika dia terbukti tidak pantas, kau bisa mencabut jabatan itu darinya." Lacey menepuk tangan Julien dan menatap matanya. "Beri dia kesempatan. Menurutku dia akan menjadi Alpha yang kuat dan setia, jika diberi kesempatan untuk melakukannya. Terutama karena sekarang Thorn telah tiada."Julien mengangguk dan mengecup tangannya juga. "Kau adalah wanita yang bi

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 97: Keluarga, Bagian 1

    "Terima kasih telah tinggal untuk berbicara denganku," kata Julien pada Roth, Arkin, Seth, dan Chris setelah Alpha-Alpha pergi. Lacey juga tetap tinggal. Sejak pertempuran itu, Julien selalu menyertakannya dalam semua keputusan kawanan, dan mereka telah memimpin Kawanan Bulan Panen bersama-sama sebagai tim. Mereka telah menjadi partner sejati, yang saling menghormati satu sama lain.Julien menghela napas dalam sambil mengambil tempat duduknya. "Aku tidak ingin Alpha-Alpha tahu, jadi aku memutuskan untuk melakukan ini secara pribadi." Kemudian dia menatap Roth. "Roth, aku tahu kau tidak membuat keputusan untuk berpihak pada para serigala rogue dan Rex melawan aku." Jelas sekali, Julien berusaha berprasangka baik kepadanya. "Thorn yang melakukan itu. Namun, kini kau punya kesempatan untuk melakukan hal yang benar."Roth mencondongkan tubuhnya, melipat tangannya di atas meja. "Dan bagaimana Anda ingin saya melakukannya?"Julien menghela napas, kemudian menatap matanya. "Kau harus

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 96: Majelis Para Alpha Kawanan

    Sekitar seminggu kemudian, setelah semuanya telah diatur, Julien mengadakan pertemuan majelis pertama bagi seluruh kawanan di area itu. Dan pertemuan itu mewajibkan seluruh Alpha hadir mengikutinya. Julien menyelenggarakannya di ruang makan kecil yang dihiasi lukisan-lukisan Julien. Meskipun ruang itu jauh lebih kecil daripada aula makan utama, ruangan itu akan cukup untuk pertemuan ini. Lacey telah memastikan bahwa menu makanannya telah disiapkan dengan layak untuk pertemuan itu dan seluruh kawanan diberi ruangan jika mereka memilih untuk menginap. Ketika Chris serta Seth berjalan masuk bersama Arkin, keduanya menjabat tangan Julien ketika pria itu dan Lacey menyambut para Alpha dan pemimpin kawanan di pintu."Julien, aku sangat senang kau melakukan ini," kata Arkin sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh kelompok yang berbeda-beda. "Sudah waktunya kita semua bekerja sama.""Tepat sekali," Julien menyetujui. "Aku benar-benar mengapresiasi kehadiranmu. Ada beberapa hal yan

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 95: Dampak

    Lacey menunggu di dalam bangunan bersama seluruh anggota Kawanan Bulan Panen yang lain, semuanya kelelahan akibat pertempuran. "Siapa pun yang memerlukan penanganan medis, segera pergi ke klinik!" "Siap!" teriak seluruh kawanan bersamaan. Mantel-mantel disodorkan ketika mereka berjalan masuk, dalam wujud manusia mereka, juga sebotol air."Biar aku yang menanganinya." Misty berdiri di pintu dan mengecek lengan seorang manusia serigala yang sedang masuk. "Kau. Pergilah ke klinik." Kemudian dia berhenti pada tiga orang manusia serigala muda. "Kalian bertiga terlihat sangat lelah. Apa kalian terluka?""Tidak, Bu," jawab ketiganya kompak. Misty mengangguk. "Bagus. Kalau begitu naiklah ke atas untuk mandi dan beristirahat. Makanan akan segera disajikan di aula makan.""Ya, Bu." Kemudian ketiganya menaiki tangga.Misty menghabiskan waktunya mengarahkan yang lain alih-alih mengurus dirinya sendiri. "Julien!" Lacey berteriak ketika pria itu berjalan memasuki pintu. Dia berda

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status