Share

Bab 9: Ancaman

Penulis: Theresa Oliver
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 15:01:03
"Terima kasih," kata Lacey, menggamit tangan sopir itu, membiarkannya membantu Lacey masuk. Kemudian sopir itu menutup pintu di belakangnya.

Julien sedang menunggunya di dalam mobil. "Kau siap?" Dia mengangguk pada sang sopir dan dia menyetir meninggalkan griya.

Lacey mengangguk. "Maafkan aku. Aku hanya berpamitan dengan ibuku," jawabnya, tangannya terlipat di pangkuan. "Aku tidak sadar kau sedang menunggu."

Julien sontak mengangkat pandangannya. "Tidak masalah." Pria itu menatap keluar jendela. "Kau perlu berpamitan pada keluarga dan kawananmu."

Lacey ikut menatap keluar jendela. "Boleh aku bertanya?"

Pria itu mengangguk, kelembutan yang semalam ada di matanya kembali.

"Kenapa kau mengurungku pada pesta sumpahku sendiri semalam?"

Julien menghela napas. "Aku perlu mencari tahu sesuatu."

"Mencari tahu apa?" tanya Lacey, benar-benar penasaran.

"Yang pertama, mencari tahu bagaimana cara mengajarimu kepatuhan." Dia kembali menatap keluar jendela.

"Yah, kalau kau ingin anjing peliharaan, harusnya kau beli saja satu." Dia mengangkat dagunya. "Aku adalah petarung tangguh."

Julien menatapnya sebentar kemudian tertawa terbahak-bahak.

Masih terlalu cepat untuk bertengkar, jadi Lacey melipat tangan dipangkuannya dan kembali mengalihkan perhatiannya ke jendela. Selain itu, dia telah berpikir untuk memilah perdebatannya dengan Julien... terutama karena ini adalah hari pertama mereka sebagai pasangan bertunangan.

"Mumpung aku telah mendapatkan perhatianmu sepenuhnya...." Julien mulai berkata, kepalanya kembali menoleh ke arah Lacey, menyeringai.

Lacey menutup mata lalu membukanya kembali, tersenyum manis. "Apa, Sayangku?"

Geraman rendah terdengar dari dada pria itu dan serigala dalam diri Lacey merespons, menginginkan Julien lebih dari apa pun. Entah mengapa, Lacey masih mendapati pria itu menggoda, begitu pula dengan serigalanya.

"Baiklah!" Lacey menghela napas berat. "Ada apa?"

Julien menggelengkan kepalanya. "Dasar perempuan, kau sungguh menjengkelkan." Lacey memberi pria itu jeda untuk menenangkan diri. "Putri - "

"Lacey - " Lacey memotong untuk membenarkannya.

"Putri...." kata Julien dari sela gemertak giginya. "Aku punya beberapa peraturan yang ingin aku jelaskan padamu sebelum kita tiba di griya."

Kepala Lacey sontak menengadah. "Peraturan?"

Julien menyeringai, jelas sekali menikmati reaksinya. "Ya, tepat sekali."

"Aturan Kawanan?"

"Eh...." Julien menggoyangkan kepalanya maju mundur. "Lebih tepatnya... Aturan Pasangan."

Lacey mendengus, bersedekap, menunggu Julien melanjutkan. Semestinya tidak akan seburuk kedengarannya.

"Yah, yang pertama, kau tidak akan meninggikan suaramu saat bicara denganku... selamanya... dan aku akan mencoba untuk berlaku sama padamu," mulai Julien.

"Tapi - "

Julien mengangkat tangannya, menghentikannya. "Aku akan menghargainya jika kau membiarkanku menyelesaikannya."

"Baiklah." Lacey menatap keluar jendela.

"Satu lagi. Kau tidak boleh bertemu laki-laki lain, dan itu termasuk berduaan atau berbicara kepada mereka."

Lacey menghela napas. "Itu luar biasa tidak masuk akal, mengingat lima puluh persen dari populasi dunia adalah laki-laki."

"Apakah kau - "

Lacey mengangkat tangannya, menyela kalimat Julien. "Aku belum selesai. Juga, jika aku harus melatih petarung dalam kawanan kita, tidak berbicara pada laki-laki itu...." Dia menggerakkan kepalanya maju mundur seperti yang Julien lakukan. Kemudian dia berhenti dan menatap mata Julien. "Konyol."

"Konyol atau tidak," sahut Julien, "Ini adalah peraturannya. Kalau kau sudah puas protes, aku akan mengatakan sisanya."

"Oh, senangnya!" Lacey bertepuk tangan seperti anak sekolahan, pura-pura gembira. "Ooo!!! Ayo katakan!"

Geraman rendah kembali terdengar dari dada Julien. "Kau tidak boleh menggunakan sarkasme kepadaku."

"Wow! Peraturan nomor 3!"

Julien tersenyum manis. "Dan ini peraturan nomor 4. Jangan membuat dongkol."

"Itu sepertinya sulit."

Julien tertawa kecil. "Yah, paling tidak kau mengakuinya."

Lacey mengangkat bahu. "Dan kau tidak membuat dongkol?"

Julien mengangkat bahu, salah satu sudut bibirnya menekuk membentuk senyum. "Yah, sepertinya kadang-kadang aku begitu."

Lacey mengangkat alis. "Kadang-kadang?"

Julien menghela napas. "Jackson, tolong hentikan mobilnya. Aku butuh udara segar."

"Ya, Tuan!" Jackson segera parkir, begitu pula limosin-limosin lain.

Ketika mobil telah berhenti sempurna, Julien membuka pintu dan keluar. Dia berjalan di bawah pepohonan, menikmati pemandangannya. Pegunungan yang megah tampak di kejauhan dengan sungai yang indah di bawahnya. Julien berdiri, menatap pemandangan indah itu. Tiba-tiba, wanita berambut merah dari kawanan Julien melompat keluar dari mobilnya dan berlari menghampiri pria itu. Wanita itu mengatakan sesuatu padanya, membuat serigala dalam diri Lacey marah.

Lacey keluar, membanting pintu mobil hingga tertutup, dan menghampiri pasangannya, sementara sisi serigalanya bergolak ingin menggigit si rambut merah. "Tinggalkan kami," katanya kepada wanita itu, matanya hanya menatap Julien.

Geraman rendah terdengar dari dada wanita itu, tetapi dia kembali ke limosinnya dan menutup pintu dengan membantingnya.

Julien berpaling, tidak mengatakan apa-apa.

Lacey menghela napas. "Apa yang kau inginkan dariku? Kenapa kau mau bertunangan denganku? Jelas sekali, kau tidak sedang jatuh cinta padaku."

Dia berbalik badan dengan santai. "Awalnya, aku menyetujui perjanjian ini, tetapi sekarang...." Pria itu kembali berpaling, tidak selesai mengatakan pikirannya.

Lacey berkata dengan suara rendah. "Julien, lepaskan saja aku."

"Tidak akan." Kemudian tiba-tiba Julien menatapnya, matanya dipenuhi hasrat.

"Lalu apa yang akan kau lakukan kalau aku tidak mematuhi peraturannya? Memukulku?" Lacey bertanya, mengulurkan lengannya. "Percayalah, kau tidak bisa memperlakukanku lebih buruk dari yang keluargaku lakukan selama bertahun-tahun." Dia menggigit bibir bawahnya dan berpaling, air mata memenuhi pelupuknya. Air matanya tetap turun mengaliri pipinya ketika mengingat seluruh tahun yang dia habiskan di bawah perlakuan keluarganya yang gila, bertahun-tahun rasa malu atas sesuatu yang bukan salahnya, datang meliputi ingatannya.

Yang mengejutkan, Julien mendekapnya dari belakang, membiarkannya menangis. "Ssshhh ...." hiburnya, menyingkirkan rambut dari lehernya. "Semuanya sudah berlalu." Kemudian dia mencium leher Lacey, beberapa kali, membangkitkan gairah sisi serigalanya. "Kau bersamaku sekarang. Tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi padamu. Aku janji. Aku akan melindungimu."

Julien membalikkan tubuh Lacey dan menghapus air mata dari pipinya dengan jempol pria itu. Kemudian bibir pria itu turun mencium bibir Lacey selagi Julien menariknya mendekat. Dan kali ini, Lacey tidak melawannya. Julien menarik dirinya beberapa saat kemudian, terengah-engah. "Ayo," kata pria itu, dengan suara rendah, kepalanya mengisyaratkan ke arah mobil. "Kita bisa mendiskusikan sisa peraturannya nanti."

"Kenapa harus ada peraturan?" tanya Lacey seiring air mata yang baru kembali mengaliri pipinya. "Aku baru saja meninggalkan rumah ayahku yang dipenuhi peraturan, hanya untuk pergi ke rumahmu yang dipenuhi dengan lebih banyak peraturan."

"Peraturan itu untuk melindungimu... dan untuk menjagaku agar tidak membunuhmu."

Lacey terkesiap, tahu bahwa pria itu benar-benar serius.

"Peraturan yang paling penting adalah jangan pernah selingkuh." Julien melepaskan tangan Lacey. "Kalau kau melakukannya, aku akan membunuhmu tanpa pikir panjang... juga siapa pun selingkuhanmu."

Rasa sakit tampak sangat mencolok di mata pria itu hingga Lacey bahkan tidak bisa marah. Meskipun seluruh tubuhnya memerintahkannya untuk lari, dia harus tahu. Dia memegang pipi pria itu, memaksa Julien untuk menatap matanya. "Apa yang terjadi padamu, Julien? Siapa yang mematahkan hatimu?"

Matanya tiba-tiba menjadi sedingin es. "Ingat saja apa yang telah kukatakan. Kau adalah milikku sekarang. Dan aku egois dengan barang-barang milikku."

"Barang." Lacey mendengus. "Senang mendengarnya." Tanpa berkata apa-apa lagi, dia kembali menuju limosinnya, bertanya-tanya apakah Julien akan pernah membuka hati.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 100: Belahan Jiwa

    Setahun kemudian ...."Siap?" Ibu Lacey bertanya sambil tersenyum bangga ketika menatap mata Lacey. Setelah Perang Antar Kawanan, Lacey telah menawarkan ibunya untuk tinggal bersamanya, tetapi karena sekarang Camari benar-benar bebas melakukan apa pun yang dia inginkan, dia memutuskan untuk menjadi anggota Kawanan Bayangan, kawanan milik Arkin. Lacey bersyukur ibunya dan Arkin telah saling menemukan kembali ... setelah bertahun-tahun ini. Dan rasanya aneh. Thorn dan Camari selalu khawatir akan mati jika salah satu di antara mereka pergi, tetapi ketika berdiri di hadapannya sekarang, Camari tampak baik-baik saja. Lacey menebak itu karena Ikatan Pasangan di antara mereka telah memudar bertahun-tahun yang lalu. Ada begitu banyak hal yang telah terjadi di antara mereka sebelum Thorn wafat.Namun, Lacey menyingkirkan pikiran tersebut, bertekad untuk tidak membiarkan siapa pun mengacaukan hari ini. Lacey mengangguk. "Ya. Aku siap."Salah satu sudut bibir Camari menyunggingkan senyum. "

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 99: Para Pengawal Ratu Alpha

    Malamnya setelah para Alpha dan keluarganya telah meninggalkan kastel atau beristirahat untuk malam itu, Lacey mempersiapkan diri untuk membicarakan kematian Thorn dan Lynessa pada ibunya."Apa kau ingin aku ikut denganmu?" tanya Julien ketika mereka menuruni tangga. Lacey menggeleng. "Tidak. Aku hanya ingin segera menyelesaikan ini."Julien menariknya hingga berhenti di landasan tangga menuju kamar mereka dan meletakkan kedua tangannya di bahu Lacey, menatap matanya. "Lacey, itu tidak dapat dihindari. Mereka menyerangmu. Ingat itu." Kemudian pria itu menghela napas panjang. "Kalau kau tidak melawan mereka, mereka akan membunuhmu. Itu adalah perlindungan diri."Lacey mengangguk. "Ya, aku tahu. Namun, itu tidak membuatnya menjadi lebih mudah."Julien mengangguk paham. "Beri tahu aku kalau kau membutuhkanku."Namun, Lacey menarik pria itu mendekat. "Julien, aku bangga padamu malam ini. Kau adalah Alpha Tertinggi yang luar biasa. Kau bukan hanya memikirkan kawananmu, tapi jug

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 98: Keluarga, Bagian 2

    Lacey menghela napas, berpikir. "Julien, aku akan jujur padamu."Pria itu mengelus tangannya dengan ibu jarinya. "Ya, silakan."Lacey mengangguk, lalu menatap matanya. "Roth sangat jahat padaku ketika kami tumbuh bersama. Bukan hanya dia, tapi juga seluruh saudaraku dari Thorn dan ibuku. Kau sudah tahu itu." Dia menggigit bibir bawahnya lalu melepaskannya. "Namun, menurutku satu tahun bukanlah permintaan yang besar untuk membuktikan kesetiaannya padamu, dan padaku." Dia meletakkan tangannya di atas tangan Julien, menggenggamnya. "Setahun adalah waktu yang cukup untuk membuktikan loyalitas dan kesetiaannya. Lalu setelah setahun, jika dia terbukti tidak pantas, kau bisa mencabut jabatan itu darinya." Lacey menepuk tangan Julien dan menatap matanya. "Beri dia kesempatan. Menurutku dia akan menjadi Alpha yang kuat dan setia, jika diberi kesempatan untuk melakukannya. Terutama karena sekarang Thorn telah tiada."Julien mengangguk dan mengecup tangannya juga. "Kau adalah wanita yang bi

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 97: Keluarga, Bagian 1

    "Terima kasih telah tinggal untuk berbicara denganku," kata Julien pada Roth, Arkin, Seth, dan Chris setelah Alpha-Alpha pergi. Lacey juga tetap tinggal. Sejak pertempuran itu, Julien selalu menyertakannya dalam semua keputusan kawanan, dan mereka telah memimpin Kawanan Bulan Panen bersama-sama sebagai tim. Mereka telah menjadi partner sejati, yang saling menghormati satu sama lain.Julien menghela napas dalam sambil mengambil tempat duduknya. "Aku tidak ingin Alpha-Alpha tahu, jadi aku memutuskan untuk melakukan ini secara pribadi." Kemudian dia menatap Roth. "Roth, aku tahu kau tidak membuat keputusan untuk berpihak pada para serigala rogue dan Rex melawan aku." Jelas sekali, Julien berusaha berprasangka baik kepadanya. "Thorn yang melakukan itu. Namun, kini kau punya kesempatan untuk melakukan hal yang benar."Roth mencondongkan tubuhnya, melipat tangannya di atas meja. "Dan bagaimana Anda ingin saya melakukannya?"Julien menghela napas, kemudian menatap matanya. "Kau harus

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 96: Majelis Para Alpha Kawanan

    Sekitar seminggu kemudian, setelah semuanya telah diatur, Julien mengadakan pertemuan majelis pertama bagi seluruh kawanan di area itu. Dan pertemuan itu mewajibkan seluruh Alpha hadir mengikutinya. Julien menyelenggarakannya di ruang makan kecil yang dihiasi lukisan-lukisan Julien. Meskipun ruang itu jauh lebih kecil daripada aula makan utama, ruangan itu akan cukup untuk pertemuan ini. Lacey telah memastikan bahwa menu makanannya telah disiapkan dengan layak untuk pertemuan itu dan seluruh kawanan diberi ruangan jika mereka memilih untuk menginap. Ketika Chris serta Seth berjalan masuk bersama Arkin, keduanya menjabat tangan Julien ketika pria itu dan Lacey menyambut para Alpha dan pemimpin kawanan di pintu."Julien, aku sangat senang kau melakukan ini," kata Arkin sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh kelompok yang berbeda-beda. "Sudah waktunya kita semua bekerja sama.""Tepat sekali," Julien menyetujui. "Aku benar-benar mengapresiasi kehadiranmu. Ada beberapa hal yan

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 95: Dampak

    Lacey menunggu di dalam bangunan bersama seluruh anggota Kawanan Bulan Panen yang lain, semuanya kelelahan akibat pertempuran. "Siapa pun yang memerlukan penanganan medis, segera pergi ke klinik!" "Siap!" teriak seluruh kawanan bersamaan. Mantel-mantel disodorkan ketika mereka berjalan masuk, dalam wujud manusia mereka, juga sebotol air."Biar aku yang menanganinya." Misty berdiri di pintu dan mengecek lengan seorang manusia serigala yang sedang masuk. "Kau. Pergilah ke klinik." Kemudian dia berhenti pada tiga orang manusia serigala muda. "Kalian bertiga terlihat sangat lelah. Apa kalian terluka?""Tidak, Bu," jawab ketiganya kompak. Misty mengangguk. "Bagus. Kalau begitu naiklah ke atas untuk mandi dan beristirahat. Makanan akan segera disajikan di aula makan.""Ya, Bu." Kemudian ketiganya menaiki tangga.Misty menghabiskan waktunya mengarahkan yang lain alih-alih mengurus dirinya sendiri. "Julien!" Lacey berteriak ketika pria itu berjalan memasuki pintu. Dia berda

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status