"Bukan urusanku, salahmu sendiri menghinaku seperti itu. Asal tahu saja aku adalah salah satu orang berbakat didesa ini." Tanpa merasa berdosa dia meninggalkan Lixuan ditempat itu, namun beberapa saat kemudian dia menoleh kebelakang lalu menjulurkan lidah seperti kebanyakan anak anak seusia mereka."Huf... Dasar anak kecil sungguh merepotkanku saja." Sungguh ironis anak seusianya menghina teman sebayanya dengan sebutan anak kecil. Apakah dia tidak sadar dengan usianya sendiri?Selang beberapa saat punggung wanita itu lenyap ditelan oleh gerbang yang tertutup.Waktu sendirian yang sangat diinginkannya sejak tadi akhirnya tiba juga. 'Sudah saatnya aku kembali ketempat itu lagi,' batin Lixuan. Kemarin dia menemukan tempat yang begitu menarik, tempat berbagi ilmu bisa dipelajari. Apalagi kalau bukan perpustakaan milik tetua desa. Bagi anak yang terlampau miskin seperti dirinya memiliki sebuah buku adalah berkah tiada tanding.Mumpung rumah ini memiliki perpustakaan, dia ingin belajar seb
Didepan matanya itu terdapat ruangan gelap, mana mungkin matanya bisa menangkap apa yang ada didalam sana. Lixuan berhenti sejenak, dia akhirnya menemukan cara yang bagus untuk menyelesaikan permasalah yang dia hadapi.Lixuan pun mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruangan itu lebih dalam. Lagian entah apa yang akan terjadi pada dirinya jika tetap memaksakan kehendaknya untuk memasuk ruangan rahasia itu. Sekarang sebenarnya dia ragu. Namun walaupun dia ragu rasa penasaran dihatinyanya semakin meluap luap.Memang seperti itulah Lixuan dia akan memaksakan dirinya. Jika itu untuk memuaskan rasa penasarannya, dia pasti akan melakukan segala cara untuk menuntaskannya. Lixuan pun mundur beberapa jengkal dari posisinya itu, dia kini tepat diantara rak buku yang sedikit terbuka."Sepertinya cahaya dari lampu itu bisa masuk jika aku membuka rak ini lebih lebar lagi." Dengan asumsi sekilas yang terpikirkan didalam kepalanya. Dia mulai mendorong rak buku itu."Arghh berat sekali," dia bergumam
Akan tetapi semenjak beberapa hari yang lalu entah mengapa cincin giok yang didapatkannya secara tiba tiba itu tak bisa berfungsi lagi. Seolah olah cincin itu telah menjadi cincin biasa.Lixaun sempat mencoba beberapa kali untuk merubah cicin itu kebentuk pisau, namun tidak ada yang terjadi sama sekali. Sangking banyaknya kegagalan, dia sudah menyerah untuk mengubah cincin giok itu.Padahal sebelumnya dia begitu berharap dengan benda itu, dengan adanya benda itu dia yakin bisa menambal kemampuan bela dirinya dan energi Quantum yang tak bisa dia miliki sepanjang hidupnya.Namun walaupun begitu Lixuan tidak putus asa begitu saja. Ketika mengetahui bahwa cincin giok itu tak bisa diandalkan, dia menanamkam janji dihatinya.Janji itu berisikan dia akan berlatih lebih keras 5 kali lipat dari orang normal. Dia telah membuktikan janjinya selama satu Minggu terakhir, orang orang rumah sampai dibuat tidak percaya dengan tekad milik Lixuan untuk menjadi kuat. Pagi, malam, siang dia terus menerus
Tubuh Lixuan melayang tak terkendali, saat ini dia tak bisa mendengar suara apapun, hanya angin yang berhembus saja yang masuk kedalam telinganya. Walaupun dia tak memiliki energi Quantum, wajahnya menunjukan keyakinan bawah dia akan selamat dari ketinggian itu.Tubuhnya menembus pepohonan yang ada dibawah sana, namun dia tak mengalami luka luka. Saat ini tubuhnya terjerat tanaman rabat yang tumbuh memenuhi pepohonan itu. Lixuan mencabut pisau kecil yang ada dipinggangnya. Dia memotong tanaman rabat itu dengan pisau tajamnya.Sedangkan Sasa tak memiliki keyakinan yang sama ketika melompat mengejar Lixuan. Didalam benaknya dia tak ingin melihat sahabat satu satunya mati konyol seperti itu."Aku mohon jangan mati Lixuan," teriak Sasa.Akan tetapi ketika dia menembus pepohonan itu, dia tak merasakan rasa sakit sama sekali. Tubuhnya terjerat sama seperti Lixuan. Dengan energi Quantum miliknya, Sasa melepaskan ikatan itu dengan mudah, tanaman rabat itu hancur berkeping keping menjadi s
***"Kesini ayo kesini, ijikan aku menyentuh gumpalan lemak yang indah itu. Aku mohon tolong..." Lixuan yang menunggu bantuan sudah tertidur dengan lelap. Sepertinya saat ini dia sedang mimpi indah."ah akhirnya ketemu juga."Suara dari wanita yang tak asing menganggu tidur nyenyak dari anak kecil itu. Dia terbangun sambil mengusap air liurnya yang tumpah kemana mana."Cih, sial... Kenapa dia membangunkan ku saat aku hendak memegang dada besar."Sungguh bejat sekali anak kecil itu, bagaimana bisa anak sesuainya memimpikan hal mesum yang tak seharusnya terjadi.Sasa saat ini berada diatasnya, dia melihat lubang besar berisikan jebakan yang tak pernah dia duga sebelumnya untuk saat ini hanya kebingungan dan pujian saja untuk orang yang menciptakannya. Orang yang menciptakan jebakan itu sungguh beruntung dipuji oleh wanita cantik seperti Sasa. Ya walaupun itu hanya didalam hatinya saja.Diatas sana tidak hanya ada Sasa seorang saja, peria berpakaian lusuh dan bertelinga serigala juga ada
Akhirnya mereka sampai didesa Uruk, semua orang berkumpul mengelilingi tiga pemeran utama dalam situasi ini.Menangkap lima babi hutan sekaligus adalah sesuatu pencapaian yang cukup besar. Sangat jarang ada orang yang dapat melakukan itu.Warga desa Uruk paling banyak menangkap babi dalam satu Minggu hanya satu saja, namun hari ini mereka mendapatkan lima.Sebuah pencapaian besar yang harus diapresiasi, namun ketika mereka melihat Lixuan mata mereka menyipit. Tatapan sinis menghujani Lixuan."Yah tidak aneh jika mereka menatapku seperti itu, Sasa urus semuanya kaukan Calon kepala desa," ucap Lixuan didekat telinga Sasa.Dia ingin lari dari situasi tak menyenangkan ini. Ketika Lixuan hendak melangkahkan kakinya, Sasa menangkap bahunya."Lixuan kau mau kemana? Tidak bagus membiarkan babi yang kau tangkap ditempat ini. Kau harus ikut pesta besar bersama kami." (Jangan lari, Aku tak mau mendapatkan masalah yang kau ciptakan. Ayolah kau harus bertanggung jawab.)"Aku menangkapnya? Lelucon
Acara yang menyebalkan itu membuat Lixuan kehabisan tenaga, dia tidak akan memaafkan orang yang membuatnya seperti ini. Dalang dari semua ini tepat ada disampingnya.Lixuan sedang menuju kerumah Sasa untuk saat ini tubuhnya terhuyung huyung kekanan dan kekiri, ia hanya ingin cepat cepat tidur dikamar nyamannya."Hey kenapa kau mengikutiku paman?" Tanya Lixuan kepada peria yang sedang memakan daging panggang.Lixuan baru saja tersadarkan akan sesuatu yang merepotkan. Pria itu datang kedesa ini secara tiba tiba, pasti ada alasan tertentu yang membawanya kedesa terpencil yang tidak memiliki apa apa ini."Tega sekali kau mengatakan itu, aku adalah pengikut mu sebagai tuan kau harus menyediakan tempat untuk aku tidur," ucap Haven.Dahi Lixuan mengkerut, sejak kapan peria itu menjadi pengikutnya yang ada dia menrobos masuk dengan egois, Lixuan tak menerimanya.'Biarkan sajalah,' batinnya. Lixuan sudah menyerah untuk mengusir peria itu. Lagian mengusir peria yang mambuk tak ada bedanya deng
"argh.... Oh... Huf..hajmh berlekem...... Guru aku mohon tolong aku. Dasar banteng sialan sampai kapan kalian mau mengejarku." Teriak Lixuan.Sudah satu jam Lixuan dikejar kejar oleh gerombolan banteng merah. Saat ini dia berada dipadang rumput, tidak ada yang bisa dia gunakan untuk lolos ataupun melawan para banteng banteng itu.Haven sebagai gurunya seharusnya menolong Lixuan bukan? tidak dia sedang menyiapkan karpet merah untuk bersantai. Aroma daging banteng menyengat memenuhi tempat itu, asap mengepul dan angin lah yang membuat aroma daging itu menyebar dengan cepat."Lixuan cepatlah kesini daging bantengnya sudah matang." Haven memakan daging banteng didepan mata kepala anak yang menangis.Ketenangan yang seharusnya terjadi itu tak berlangsung lama ketika Lixuan berlari kearahnya. "Tidak tidak jangan kesini aku tarik kata kataku."Ok baiklah mari kita kembali beberapa hari yang lalu.***Sudah dua hari Lixuan diangkat menjadi muridnya, namun tidak ada satupun ilmu yang diberi