Share

dua pemuda tangguh

****

Satu Minggu telah berlalu, para warga bergotong royong untuk memperbaiki properti yang telah rusak.

Lixuan saat ini tinggal dikediaman Sasa. Berkat bantuan yang dia berikan tempo hari, Sasa dan sekeluarganya menyambut hangat peria itu. Kehidupan nyamannya itu seharusnya membuat dia bahagia bukan?

Namun tidak sama sekali, dia benar benar masih mengingat malam berdarah itu. Sebagai gantinya untuk mengalihkan penderitaan itu, dia terus berlatih tiada henti.

"Lixaun berisitirahatlah sebentar," wanita berambut perak itu berjalan mendekati Lixuan.

Nampan berisikan singkong rebus dan teh hangat memang terlihat lezat. Namun walaupun makanan itu menggiurkan bagi sebagaian orang, bagi Lixuan makanan itu tak begitu dibutuhkan.

Sejak insiden satu minggu yang lalu makanan yang dia makan semua terasa hambar seakan akan indera perasa miliknya tak berfungsi lagi.

Lixuan yang menyadari kehadiran sasa tak berhenti untuk melakukan gerakan selanjutnya, dia mengayunkan tangannya kesamping dengan irama seperti menari. gerakannya tenang seperti gelombang laut yang pasang, namun dalam gerakannya itu terdapat ketegasan dan ketajaman yang cukup mengerikan.

"sungguh menakjubkan."

Sasa tak bisa mempercayai apa yang dilihatnya barusan. Sebenarnya hanya sekali saja peria itu melihat dia berlatih menggunakan jurus itu. Lixuan berhasil menguasai dan mencopy satu jurus yang cukup sulit.

Lixuan bergerak memutar lalu mengayunkan pedang kayunya, setelah itu dia melompat mundur kebelakang membuat pertahanan kuda kuda yang cukup tegas. Selesainya mengeluarkan jurus itu Lixuan menghembuskan nafasnya dengan irama yang panjang.

Sasa menepuk nepuk tangannya.

Dia terus saja dikejutkan oleh perkembangan cepat yang ditujukan oleh Lixuan selama satu minggu ini. Dia berpikir seandainya saja pedepokan Uruk membolehkan Lixuan menjadi murid disana maka pasti posisi murid terkuat miliknya akan digeser oleh pria yang ada dihadapannya itu.

"Kau sungguh menakjubkan Lixuan." Tubuh wanita cantik seusianya sudah berada didekatnya. Wanita itu memberikan handuk putih pada Lixuan.

Lixuan mengambil handuk itu, lalu mengelap keringatnya. Lalu dia mencengkram handuk itu dengan erat. "Tidak ini belum cukup, aku harus menjadi kuat lagi dan lagi. Jika seperti ini aku tak akan bisa membunuh peria sialan itu." Suaranya terdengar tegas.

Namun ketegasan itu tak berlangsung lama ketika Sasa mendekati dirinya. Pukulan telak mengenai kepala milik Lixaun. "Tidak usah banyak bicara lagi, kau harus berisitirahat dan makan, kau kira sudah berapa hari kau tak mengisi perutmu." Sasa saat ini seperti ibu guru yang memarahi murid nakal. Tangan dipinggangya menambah kengerian yang dipancarkannya.

"Bukankah tadi malam?" Sahut Lixuan dengan entengnya.

"Kapan kau melakukannya?"

"Saat berlatih tadi malam, aku menangkap burung lalu memakannya."

"Itu bukan makan bodoh."

"dari mana kau bisa menyimpulkankan hal seperti itu? Ah tidak ampuni aku jangan pukul kepalaku!"

Namun terlambat sudah pukulan sudah telak mengenai kepalanya sehingga menyebabkan sedikit benjolan diatas kepalanya. Jika Sasa sudah meminta sesuatu pada Lixuan maka yang hanya bisa dilakukan olehnya adalah menuruti kehendak wanita itu saja.

Dia tak bisa membatah, jika hal itu dilakukan olehnya bisa bisa Sasa membuat dia babak belur. Sejak kecil sudah sering dia dihajar oleh wanita itu, karena Lixuan lemah dia tak bisa melawan.

"Sakit tahu, iya iya aku akan makan." Dia berjalan kearah teras rumah tersebut. Lixuan pun mengambil satu potong singkong rebus itu. Lalu memakannya dengan tergesa gesa.

Wanita itu juga sudah tepat disamping anak yang menikmati singkong rebus, dia kesini bukan tanpa alasan. Setelah menimbang nimbang beberapa hari terakhir. Sasa memutuskan pilihannya.

Sebelumnya Lixuan menyetujui penawaran dari Sam. Dia tanpa ragu mengatakan iya. Namun dengan satu syarat, dia akan melakukan itu ketika dia sudah benar benar menjadi kuat.

"Lixuan bolehkah aku ikut bersamamu setelah aku selesai menguasai seluruh ilmu beladiri pedepokan Uruk?"

Mendengar kalimat yang tak ingin didengarnya itu Lixuan tentu saja berniat menolaknya dengan tegas. Namun ketika melihat wajah Sasa yang begitu serius, keinginannya untuk menolak mulai sedikit runtuh. Akan tetapi walaupun begitu Lixuan tetap tak ingin melibatkan siapapun dalam rencananya ini.

Menggulingkan kerajaan yang sudah hampir menguasai separuh benua bukanlah perkara mudah. Terlebih lagi melawan peria yang bisa mengendalikan monster sesuai kehendaknya seperti Devil.

"Sasa aku tak bisa melakukan itu, apa yang akan aku lakukan sangat berbahaya tahu."

"Aku tahu itu berbahaya, tapi aku tak bisa tinggal diam dengan kematian ayahku. Dendam ku pada peria yang menyebabkan semua ini sama seperti mu. Terlebih lagi aku tak ingin melihat orang orang sengsara karena kebengisan raja kerajan Alrnat yang kejam."

Kerajaan Alrnat dahulunya tak sekejam sekarang, namun itu semua berubah ketika kebijakan baru diputuskan. Begitulah apa yang dikatakan oleh Sam tempo hari. Kebijakan itu berisikan ajuran kepada para warganya untuk bunuh diri. Hanya semata mata untuk mengurangi beban negara.

Rakyat yang tertindas akan kekejaman kerajaan itu mendambakan pemimpin baru. Tentunya Lixuan yang mendengar cerita itu tak bisa tinggal diam begitu saja. Dia ingin membebaskan kerajaan itu dengan tangannya sendiri.

Sebagai keturunan raja dia ingin menciptakan kerajaan seperti yang ayahnya dulu lakukan.

Kerajaan yang mencintai rakyatnya, kerajaan yang damai dan kerajaan yang bisa ditinggali oleh semua orang dengan perasaan aman. Dia ingin menciptakan kerajaan seperti itu.

"Aku tetap tidak bisa set..." Tangan Sasa menghentikan apa yang ingin dikatakan oleh Lixuan.

"Walaupun kau menolaknya aku akan tetap melakukannya. Aku akan memilih jalanku sendiri dan tak ada satupun yang bisa menghentikanku."

Mata tajam Sasa seperti memancarkan bara api. Dia tak bisa dibujuk dengan kata kata. Melihat itu keyakinan untuk menolak permintaan Sasa runtuh sepenuhnya.

"Sasa kalau begitu ayo kita lakukan. Kita buat kerajaan yang didambakan oleh semua orang." Lixuan mengepalkan tangannya lalu mengarahkannya tepat didepan Sasa.

Wanita itu pun melakukan hal yang sama. "Ya ayo kita lakukan. Aku juga ingin mengukir nama dan menjadi pendekar tangguh sepanjang sejarah yang membebaskan orang orang tertindas."

"Pendekar tangguh sepanjang sejarah, sepertinya tidak buruk juga. eh Sasa ngomong ngomong apakah kau tidaak pergi kepedepokan sekarang?"

"Ah iya."

Mendengar jawaban Sasa Lixuan menepuk dahinya sendiri. "Kau kikuk sekali Sa."

Wanita itu tak memperdulikan ucapan Lixuan. Namun sebagai gantinya dia berkata. "Ah seandainya saja guru tidak bodoh pasti kau akan masuk kepedepokan uruk dan menjadi kuat bersamaku," ucap Sasa.

Setelah membuat janji seperti tadi, bara api mulai membesar dihatinya. Wajahnya sekarang merah sekaligus tangan yang mengepal itu bisa menerkam siapapun yang memancing binatang buas itu untuk melampiaskan amarahnya.

Sebelumnya sasa sempat berpikir bahwa Lixuan akan bisa memasuki pedepokan Uruk. Namun ketika Lixuan melakukan tes pengukuran energi dalam tiga hari yang lalu. Dia mendapatkan hasil yang sama seperti sebelumnya.

"Kau masih memperdulikan itu Sasa? tenang saja dengan cincin giok ini, aku akan menjadi kuat tanpa bantuan siapapun. Aku tahu kau takut jika aku tertinggalkan. Jika itu benar maka jangan salahkan aku jika aku lebih kuat darimu," Lixuan pun tertawa.

"Orang Junius seperti mu sangat suka sekali merendahkan orang lain ya." Mana mungkin dia tak tahu bahwa Lixuan sedang menghinanya. Sebelum berangkat menuju kepedepokan Uruk, dia menghantam kepala Lixuan dengan tangannya.

"Sial sakit tahu dasar wanita idiot, sudah tiga kali kau memukul kepalaku. Memang kau kira kepalaku ini samsak tinjumu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status