Share

ruangan rahasia

"Bukan urusanku, salahmu sendiri menghinaku seperti itu. Asal tahu saja aku adalah salah satu orang berbakat didesa ini." Tanpa merasa berdosa dia meninggalkan Lixuan ditempat itu, namun beberapa saat kemudian dia menoleh kebelakang lalu menjulurkan lidah seperti kebanyakan anak anak seusia mereka.

"Huf... Dasar anak kecil sungguh merepotkanku saja." Sungguh ironis anak seusianya menghina teman sebayanya dengan sebutan anak kecil. Apakah dia tidak sadar dengan usianya sendiri?

Selang beberapa saat punggung wanita itu lenyap ditelan oleh gerbang yang tertutup.

Waktu sendirian yang sangat diinginkannya sejak tadi akhirnya tiba juga. 'Sudah saatnya aku kembali ketempat itu lagi,' batin Lixuan.

Kemarin dia menemukan tempat yang begitu menarik, tempat berbagi ilmu bisa dipelajari. Apalagi kalau bukan perpustakaan milik tetua desa. Bagi anak yang terlampau miskin seperti dirinya memiliki sebuah buku adalah berkah tiada tanding.

Mumpung rumah ini memiliki perpustakaan, dia ingin belajar sebanyak banyaknya untuk menjadi raja bijaksana. Terlebih lagi beberapa hari yang lalu bawahan Sam selalu membawakan buku buku baru dari ibu kota.

Beruntung saja sejak kecil Lixuan selalu diajari baca tulis oleh ibunya, jadi sekarang dia tak kesulitan untuk menyerap semua ilmu dalam buku buku itu.

Dia berdiri lalu berjalan kedalam rumah. Tempat ini sangat besar. Dibandingkan rumahnya dahulu dengan rumah ini bagaikan bukit dan gunung. Asoksoris seperti guci dan pot bunga mewah sudah tak asing dimata Lixuan. Lorong lorong berisikan lukisan lukisan para peria yang sedang berlatih bela diri juga tersebar didinding dinding bangunan itu.

Ketika dia memasuki lebih dalam, pembantu bernama Sumi sedang melakukan tugasnya. Dia mengenakan kebaya kuning yang agak lusuh. Tapi itu bukanlah masalah besar dimata Lixuan, dia tak memiliki hak untuk menghinanya.

Dibandingkan pakian milik pembantu itu dengan pakeannya sekarang sungguh lebih bagus berkali kali lipat pakean pembantu itu.

Ketika baru saja dia menampakkan diri pembantu yang sedang membereskan rumah berhenti Lalu pembantu itu menundukkan kepalanya.

"Bibik Sumi berhentilah bersikap seperti itu, aku tidak terlalu suka diperlakukan seperti ini," ucap Lixuan.

Anak itu tak pernah mendapatkan penghormatan seperti ini, bukannya senang dia merasa risih. Wajar saja dia merasa seperti itu, sebab dahulu semua orang menghinanya tiada henti terlebih lagi Sumi dan gerombolan teman temannya.

"Maafkan bibi den Lixuan, soalnya sudah kebiasaan." Sejak satu Minggu yang lalu dia sudah sering memperingati pembantu itu. Tapi entah kenapa alasan Sumi selalu sama.

Lixuan berpikir itu semua pasti karena kebaikan hatinya yang rela mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan semua orang yang ada dirumah ini. Agapaannya salah besar, Sumi tak sebaik itu. Dia hanya ingin mencari simpati dari Lixuan.

Seperti pecundang yang sering ditemui oleh siapapun. Dia tak lebih dari sekedar babi penjilat terhadap kaum yang berada diatas kasta mereka.

'Sudah kebiasaan? Cih apakah aku bisa percaya begitu saja.' Sumi yang sebelumnya memperlakukannya dengan buruk sudah tertanam dikepalanya. Dia tak ada bedanya dengan para warga desa Uruk. Sampah tak berguna!

Ada satu hal lagi yang membuat Lixuan kesal dengan Sumi, yaitu ketika wanita itu memiliki muka dua. Orang yang sangat ingin dijauhi oleh Lixuan adalah orang orang seperti itu.

"Bik Sumi aku percaya dengan mu, tapi jika kau memiliki maksud tersembunyi jangan harap aku akan memaafkan mu selamanya." Lixuan menatap Sumi. Wanita itu sudah mengeluarkan keringat didahinya, ketika Sumi ingin mengucapkan kalimat maaf Lixuan memotongnya. sebelum itu dia tersenyum terlebih dahulu.

"Bercanda." Kalimat yang baru saja dikatakan oleh Lixuan itu membuat jeda singkat untuk menghirup nafas segar bagi Sumi yang telah kelabakan tak karuan.

"Hahah den mah begitu suka sekali melontarkan lelucon," Sumi tertawa. Dia terpaksa melakukan itu. Ancaman dari anak usia 14 tahun itu menyebabkan sesuatu perasaan aneh masuk kedalam tubuhnya. Itu adalah ketakutan.

Setelah itu Lixuan melanjutkan langkah kakinya meninggalkan Sumi yang sedang berdiri kaku.

Lixuan merasa bersalah ketika melihat wajah Sumi yang pucat. Akan tetapi perasan itu tak berlangsung lama dirasakan olehnya ketika dia sampai diperpustakan.

Semua perasan bersalahnya tiba tiba terlupakan berganti menjadi kegembiraan dan kekaguman.

"sudah lima kali aku ketempat ini, tapi aku tetap kagum dengan semua buku buku itu. ini adalah mimpi yang aku inginkan sejak kecil," gumanya.

Kesempatan yang hanya sekali seumur hidupnya tak bisa dia lewatkan begitu saja. Lixuan ragu bahwa semua ini akan didapatkannya setelah dia mencoba merebut kerajaannya. Dia pun berjalan mencari buku yang dianggapnya menarik.

Kemarin dia sudah selesai membaca habis buku asal muasal desa Uruk. Ternyata desa ini adalah tempat dimana pertempuran Sindra dan para dewa terakhir kali terjadi.

Menurut buku yang dibacanya 10000 ribu tahun yang lalu tempat ini dipenuhi oleh banyak pengunjung. Semua itu karena monumen yang dibangun oleh kerajaan terdahulu.

Semenjak kerajaan Alrnat menguasai wilayah ini, desa Uruk tak pernah lagi dikunjungi oleh orang luar. Desa itu benar benar sudah terisolasi.

Semua itu disebabkan oleh ketangguhan para pendekar desa uruk terdahulu. Walaupun kerajaan yang menciptakan desa Uruk telah dikalahkan, desa ini tetap bertahan dan melawan kerajaan Alrnat.

Pertempuran antara warga desa dan kerajaan Alrnat dikenal dengan nama bulan berdarah. Menurut catatan yang ada dibuku itu, kerajaan Alrnat tak pernah berhasil menguasai desa Uruk.

Akan tetapi beberapa tahun yang lalu desa uruk sudah menjadi bagian dari kerajaan Alrnat, semua itu berkat Florin dan ayahnya Lixuan. Namun tetap saja kerajaan Alrnat tak menganggap desa ini bagian dari mereka.

Tidak hanya faktor sejarah saja yang membuat desa ini terisolasi, namun desa ini dikelilingi oleh hutan kematian. Dimana hutan hutan itu bersemayam monster monster tangguh. Tidak ada satupun orang yang berani datang ketempat ini kecuali orang orang tangguh yang mencapai tahap inti beladiri.

Lixaun yang mencari buku itu menemukan sesuatu yang menarik. Namun buku coklat bertuliskan.

[kisah raja raja tangguh sepanjang sejarah]

Benda itu berada dirak paling tinggi. Tubuhnya tak bisa mencapai buku itu, seandainya saja ada orang dewasa pastilah Lixuan tak akan merasa kesulitan.

Dia awalnya berniat meminta bantuan, tapi dia mengurungkan niatnya itu ketika sadar orang orang rumah selain Sumi sudah pergi berburu dan membeli barang barang.

Lixuan terus melompat menggapai benda itu, ketika dia hampir saja menjangkau benda itu. Tiba tiba rak terdorong menyebabkan tubuhnya terjatuh.

"Aduh..." Ucapnya.

Buku buku terjatuh tepat dikepalanya, dia saat ini tenggelam dilautan buku. Lixaun menyingkirkan buku buku itu, matanya sedikit kabur karena debu debu dari buku yang berjatuhan.

Lixuan mengusap ngusap matanya. Selesainya membersihkan debu dimatanya, dia melihat sesuatu yap apa lagi kalau bukan ruangan rahasia.

"Mungkinkah itu ruangan rahasia." Lixuan yang duduk dikelilingi oleh buku buku itu menatap ruangan rahasia dengan penuh pertanyaan.

Bagi anak sesuainya tempat seperti itu adalah hal yang amat menarik. Tanpa basa basi Lixuan berdiri lalu berjalan memasuki ruangan itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status