Share

-34-

Endaru memacu kudanya dengan lambat saat memasuki Jenangan. Dia ingin menyambangi kakeknya di padepokan Wengker. Di sepanjang jalan dusun yang dilaluinya banyak hilir mudik cikar dan pedati. Mereka baru kembali dari hutan mengangkuti kayu mahoni, kopi, dan tanaman deluang. Sesekali dia memberi tabik dan salam pada sejumlah warga saat berpapasan di jalan.

Padepokan milik Sentikno kini sudah rata dengan tanah. Endaru terperenyak, “Apa yang terjadi di sini?”

 Dia melompat turun dari kuda dan berlari menerjang puing-puing tiang serta usuk pemondokan yang dulu ditinggali sang kakek. Tanaman liar dan lumut mulai menutupi. Kawasan itu menghutan kembali. Endaru berputar-putar memandang ke segala arah. Begitu kuat keyakinannya bahwa di sana memang pernah berdiri Padepokan Wengker milik sang kakek.

Sebuah pedati yang mengangkut kopi melintasi jalan setapak. Endaru berlari dan mengejar pemiliknya dengan kegalauan yang luar biasa.

“Di mana oran

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status