Share

bab 5: Penawaran dan Kesepakatan

Di pinggiran hutan Beast Terlarang, bunyi redam sebuah pukulan tiba-tiba terdengar dalam jarak beberapa langkah. Ternyata, sumber suara berasal dari Il-Pyo yang baru saja kalap memukul kuat sebatang pohon.

Pemuda tersebut kemudian tertunduk dan kepalan tangan kirinya yang masih menempel di pohon mulai mengeluarkan darah. Tampak menyakitkan, tetapi dapat diabaikan karena perasaan marah yang berusaha ia tangani lebih dominan daripada apa yang terjadi pada tangannya.

"Tubuh Sialan!" teriak Il-Pyo penuh emosi. Akhirnya, pukulan bertubi-tubi kembali dia layangkan tanpa memikirkan rasa sakit lagi. Darah bercucuran dan dia kembali tertunduk dengan suara yang lirih. "Sebenarnya apa yang salah padaku?"

Cukup lama Il-Pyo tertunduk dengan pikiran yang mendalam, keheningan bercampur emosi yang berusaha ia tangani terus meluap. Waktu terbunuh lebih banyak lagi saat Il-Pyo terus-terusan berpikir kenapa dia tidak terlahir seperti yang lain.

Dan akhirnya, rasa sakit di tubuhnya pun mulai tak dapat diabaikan. Perhatian Il-Pyo mau tidak mau harus kembali tertuju pada tangannya untuk memeriksa seberapa parah luka. Namun, lagi-lagi dia terkecoh oleh sesuatu yang membuatnya dapat kembali mengabaikan rasa sakit itu.

"Mungkin karena tato ini. Aku harus menghilangkannya sekarang juga!"

Di pergelangan tangan kiri Il-Pyo ada tanda lahir yang lebih dapat dikatakan sebagai tato berbentuk gelang hitam. Dia mulai berpikir kalau tato tersebutlah yang menyebabkannya tidak memiliki Qi. Dengan keyakinan yang mutlak Il-Pyo mengambil kapak, menempelkan pergelangan tangan ke pohon lalu mengambil ancang-ancang mengayun.

"Tunggu!"

Ayunan kapak Il-Pyo sontak terhenti karena seruan yang datang tiba-tiba itu. Ketika menoleh ke belakang, gadis yang menolong ia di rumah makan tempo hari sedang bersandar pada salah satu pohon entah sejak kapan.

Gadis luar biasa cantik itu berkata lagi, "Ditipu ketika mencari guru, dikhianati kekasih, dan sekarang, dihina seluruh kota. Apa kau akan bunuh diri?"

"Kau memata-mataiku? Apa pedulimu? Sana pergi!"

Il-Pyo kembali mengambil ancang-ancang lagi setelah mengusir, tidak peduli dengan apa yang gadis itu katakan. Ketika dia sudah mengetahui alasan masalahnya selama 15 tahun ini. Bagaimana mungkin dia menunda-nunda untuk melakukannya?

"Apa kau bodoh? Kau akan mati!" Zhou Ye berseru marah, tentu dia tahu pemuda tersebut tidak sedang ingin bunuh diri. "kalau tanganmu terpotong. Dapat dipastikan kau akan mati karena kehabisan darah. Lagi pula, carilah benda yang lebih tajam jika ingin melakukannya."

Menyadari perkataan gadis itu ada benarnya, Il-Pyo menarik kembali ancang-ancang mengayun kapak. Dia akui dia memang perlu persiapan terlebih dahulu. Setidaknya sampai memiliki pil Pemulihan Tubuh.

"Apa kau berpikir untuk benar-benar melakukannya?" tanya Zhou Ye lagi.

"Tato ini membuatku tidak memiliki Qi. Tentu saja aku harus melakukannya, bukan? Kehilangan satu tangan tidak akan masalah jika aku dapat memulai kultivasi," imbuh Il-Pyo.

"Sekalipun kau memotong tanganmu. Tidak akan ada yang berubah. Karena bukanlah itu masalahnya," jawab Zhou Ye. Dia memiliki mata yang dapat melihat sesuatu di tubuh Il-Pyo.

"Kau ingin mengataiku seperti yang lain kalau masalahnya aku tidak memiliki bakat, bukan? Asal kau tahu saja, aku tidak peduli. Berbakat atau tidak, aku tetap akan menjadi yang terkuat!”

Gadis itu tersenyum ketika mendengar tekad yang luas di mata pekat Il-Pyo. Agaknya, dia sudah menemukan orang yang tepat. Tidak akan ada keraguan lagi jika dia menginginkan Il-Pyo sebagai seseorang yang layak untuknya.

"Kedatanganku bukan untuk menghinamu seperti yang lain. Aku tidak sebodoh orang-orang itu. Sebaliknya, aku menginginkanmu!"

"Menginginkanku?"

"Kau mungkin pernah mendengarnya. Aku Zhou Ye dari keluarga Zhou. Aku berniat untuk menjadikanmu kuat, Il-Pyo!"

"Kau sedang menipu? Tidak mungkin seorang dari keluarga terpandang ibu kota Kekaisaran mengajak seorang sampah sepertiku. Kau ingin aku percaya kau Zhou Ye yang terkenal berbakat itu? Jangan berbohong dan katakan tujuanmu sebenarnya!" pinta Il-Pyo.

Tentu saja Il-Pyo tidak langsung percaya. Pengalaman ditipu berkali kali membuatnya sadar agar tidak mudah dimanfaatkan. Seperti yang sudah-sudah, dia harus lebih jeli lagi sebelum memutuskan percaya.

Apalagi gadis itu memakai nama keluarga Zhou. Kalau dia tidak salah ingat, murid paling berbakat sekte Mata Pedang saat ini juga bernama Zhou Ye. Dia terkenal bahkan sampai keluruh benua Timur.

Zhou Ye melangkah menghadap ke dalam hutan, sadar keraguan Il-Pyo padanya. Dia memutuskan memberikan bukti ketimbang berusaha mengambil kepercayaan pemuda tersebut dengan kata-kata ataupun janji. Tangan kurus miliknya teracung ke depan dan Qi ungu cerah membentuk beberapa pedang cukup besar.

"Teknik Qi! Sembilan Mata Pedang!" seru gadis itu.

Pedang-pedang ungu itu melesat mau hingga setiap pohon yang dilewatinya terpotong. Bunyi gemuruh terdengar ketika pohon-pohon besar tumbang. Sungguh teknik yang menakutkan dan baru pertama kali Il-Pyo lihat.

"Ranah Pengungkit Teknik!" Il-Pyo berseru kagum pada serangan yang baru saja diperlihatkan padanya.

"Kau salah ... ranah 'Pengungkit Teknik' tidak akan memiliki daya rusak besar sebagaimana yang aku tunjukkan. Meskipun baru saja menerobos, aku sudah berada di ranah Penguasa Teknik. Yang tadi aku gunakan merupakan salah satu teknik dari sekte Mata Pedang."

Ranah 'Penguasaan Teknik’ merupakan tingkatan ke-4 setelah ranah Semi Petarung, Petarung, dan Pengungkit Teknik. Pada ranah ini juga, seseorang akan secara otomatis mendapat teknik terbang sekalipun masih harus sedikit melatihnya.

Itu pencapaian luar biasa mengingat 1 ranah lagi gadis tersebut mencapai ranah puncak, setara dengan para tetua sebuah keluarga terpandang.

Il-Pyo menjadi semakin bersemangat untuk masuk ke sekte Mata pedang setelah mendengar itu. Namun dia waspada atas kehadiran Zhou Ye yang memperlihatkan kemampuan itu. Pasti ada hal yang gadis itu incar darinya.

"Kau—"

"Jangan mencurigaiku!" potong Zhou Ye cepat sebelum Il-Pyo mengutarakan kecurigaannya. "Aku hanya menunjukkan bukti kalau aku kuat dan memang Zhou Ye yang terkenal berbakat. Aku juga sudah bilang dari mana aku berasal. Dengan statusku aku tidak menginginkan uangmu sama sekali."

"Anggap aku percaya itu. Tapi apa yang sebenarnya kau inginkan dariku? Karena kau menawarkan kekuatan padaku. Bukankah ada harga yang harus aku bayar? Apa yang kau maksud menginginkanku? Bagaimanapun aku tidak akan percaya jika kau mengatakan ini gratis," balas Il-Pyo.

Zhou Ye melangkah ke hadapan Il-Pyo. Sepintas mata ungunya yang memikat memperhatikan luka di tangan pemuda itu. Kemudian menjalar ke atas hingga pandangan mereka bertemu beberapa saat dengan penilaiannya di dalam hati.

'Dari reaksinya berbicara denganku sejak awal, ia bukan tipe lelaki mesum. Dan di pemurnian tadi dia juga memberikan pakaiannya agar tubuh seorang gadis tidak dinikmati banyak orang. Aku cukup menyukainya'

Zhou mencoba menyentuh dada Il-Pyo namun pemuda itu malah mundur sambil mengernyit heran. "A–apa yang kau lakukan?"

Dia masih menanti jawaban tetapi gadis di depannya malah balik bertanya, "Demi kekuatan kau akan membanyar apapun, kan?"

"Selama tidak dengan nyawa atau kebebasanku. Tunggu! Kau tidak ingin menjadikan aku pemuas nafsu karena aku tampan, kan?"

"Tidak, itu prilaku rendahan. Aku memang menginginkan jiwa dan ragamu, tetapi hanya sebagai istrimu. Di masa depan, di saat kau berada di puncak dunia. Kau bebas memiliki berapa pun istri, tapi, jadikan aku salah satunya," pinta Zhou Ye membuat mulut pemuda itu tercekat.

"Kau terlalu jauh berpikir ke depan. Aku tidak memikirkan pernikahan. Apalagi menikahi perempuan lebih dari satu."

"Kau masih 15 tahun, untukmu memang masih jauh, tapi aku sudah 17 tahun. Lagi pula, ketika berada di puncak dunia. Wanita cantik akan terus berdatangan di hidupmu."

Il-Pyo dapat menangkap kesungguhan Zhou Ye walaupun menurutnya umur 17 tahun masihlah jauh untuk memikirkan pernikahan. Sebenarnya dia tidak begitu peduli dengan para gadis. Sekalipun ada gadis dengan kecantikan yang luar biasa tidak mengenakan pakaian di depannya dan di saat bersamaan terbuka pintu menuju kekuatan juga terbuka. Dia akan memilih pintu kekuatan ketimbang gadis itu.

"Apa kau serius? Kalau aku berjanji akan hal itu aku akan mendapat dukungan penuh darimu untuk menjadi kuat?" tanya Il-Pyo.

"Iya, tetapi kau harus kuat terlebih dahulu. Dan sebagai tanda janji dan kesungguhan. Ciuman pertamamu harus menjadi milikku."

Il-Pyo sedikit terkejut, akan tetapi dia cepat melakukan apa yang dimintakan padanya. Karena jarak yang dekat dan ketidaksiapan gadis itu, bibir Il-Pyo mendarat di bibir lembut Zhou Ye untuk beberapa detik. Demi kekuatan, ini dapat dikatakan sebagai sambil menyelam minum air.

"Sudah, ini ciuman pertamaku karena memang aku belum pernah melakukannya dengan gadis mana pun. Kau tidak bisa menarik janjimu meski kau seorang wanita," tegas Il-Pyo.

Zhou Ye mengerjapkan mata berkali-kali sebelum akhirnya wajahnya memerah karena sadar apa yang baru saja dilakukan Il-Pyo dalam sepersekian detik. Kemudian dia lebih disadarkan oleh Qi yang meluap dari dua arah. Dua orang menerjang Il-Pyo dengan pedang Qi di masing-masing tangan mereka.

"Teknik Leluhur! Rantai Pengunci!"

Rantai ungu dari tubuh Zhou Ye bersulang silih menangkap tubuh dua praktisi ranah Pengungkit Teknik usai berseru. Il-Pyo terdiam tanpa gerak karena pada ke dua sisi pedang Qi hampir memotong lehernya. Untuk ada Zhou Ye yang menghentikan mereka.

"Qiwu! Wei Heng!" teriak Zhou Ye marah.

"Dia sudah melecehkan Nona. Mengambil kesempatan saat Nona lengah. Bahkan kematian tidak akan mengampuni dosanya!" jawab Qiwu penuh emosi.

Benar. Apa yang dikatakan Qiwu sepenuhnya benar. Tapi itu dapat dikatakan pelecehan jika bukan Zhou Ye yang meminta Il-Pyo melakukannya. Zhou Ye sendiri tidak berpikir Il-Pyo akan langsung mempraktikkan kesepakatan mereka padahal dia terlihat waspada saat melakukan penawaran.

"Dia sendiri yang memintaku," bantah Il-Pyo.

"Kau ... masih berani berdalih? Dasar bocah brengsek!" teriak Wei Heng berusaha lepas dari rantai pengekang Zhou Ye. Tetapi sepertinya itu terlalu kuat untuk mereka yang masih berada di ranah Pengungkit Teknik.

"Memang aku yang meminta ciuman darinya." Zhou Ye mengaku sambil memijat kepala.

Qiwu serta Wei Heng terdiam saat mendengar pernyataan itu. Apalagi melihat Nona mereka tampak malu-malu padahal biasanya tidak begitu berekspresi pada orang asing.

Zhou Ye kemudian menatap kaku Il-Pyo. "Tapi aku tidak memintamu melakukannya sekarang. Tunggu kau menjadi kuat hingga layak ... dan aku siap. Karena itu juga pertama untukku.”

"Aku tidak tahu kesepakatannya nanti. Kau tidak mengatakan sejak awal."

"Kalau begitu kau tidak lagi boleh mundur. Jika kau menolak, nyawamu akan aku ambil!" ucap Zhou Ye sepenuhnya mengancam.

"Demi kekuatan aku tidak akan mundur. Bahkan jika artinya menentang langit.”

"No-nona bercanda? Dia? Dia seorang sampah!" Qiwu tidak tahu harus berkata apa lagi. Seharusnya Zhou Ye membunuh pemuda tersebut karena telah mencuri ciuman pertamanya, bukan malah memberinya celah masuk ke hidup mereka.

Zhou Ye adalah bunga paling menarik di taman keindahan. Kultivasi mengalahkan Jenius muda dari sekte dan keluarga mana pun di benua Timur. Dia bahkan tidak sedikit menolak pengakuan cinta dari jenius 6 keluarga berpengaruh. Tetapi kenapa harus Il-Pyo yang dipilihnya? Sungguh! Qiwu dan Weiheng tidak paham.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status