Share

bab 6: Afinitas Leluhur

Demi diterima menjadi murid sekte Mata Pedang seseorang tentu haruslah melewati latihan ketat. Seluruh Pemuda di setiap Prefektur Kekaisaran yang telah memurnikan tubuh berjuang sangat keras untuk mempersiapkan ujian tahap awal masuk sekte. Dan mereka yang berhasil menjadi yang terbaik di ujian tahap awal nanti, akan mengikuti ujian utama langsung di sekte Mata Pedang.

Ada banyak ketertinggalan yang Il-Pyo harus hapus darinya dengan pemuda lain karena belum juga memulai kultivasi. Hal ini membuat Zhou Ye sedikit pusing dengan waktu yang semakin sedikit.

Purple Eye miliknya memang dapat memastikan ada hal menarik di dalam diri Il-Pyo seperti yang dimaksudkan pria berjubah hitam. Namun, Zhou Ye tidak memiliki cara untuk membangkitkan kemampuan tersembunyi pemuda tersebut.

Zhou Ye harus memulai perjalanan kembali ke ibu kota Kekaisaran dan menanyakan solusi kasus tubuh Il-Pyo pada ayahnya. Juga, pada siapapun yang berkemungkinan tahu jika ayahnya tidak dapat membantu. Intinya secepatnya dia harus mencari cara agar Il-Pyo dapat memulai kultivasi.

Zhou Ye cukup lama menunggu Wei Heng dan Il-Pyo kembali dari membeli pakaian sebelum akhirnya mereka berdua datang. Tampilan Il-Pyo kini dapat dinikmati ke titik tertingginya ketimbang saat dia memakai pakaian lusuh. Ini membuat Zhou Ye sedikit tersenyum puas.

“Kalian lama sekali. Cepat naik!” suruh Zhou Ye.

"Malam ini juga kita akan pergi?" tanya Il-Pyo ragu-ragu saat akan menaiki kereta kuda.

"Aku tidak mempunyai banyak waktu dan harus kembali ke sekte Mata Pedang. Dalam beberapa bulan ini kau harus menjadi kuat setelah berlatih di keluarga Zhou. Kemudian jadilah murid Sekte Mata pedang agar lebih banyak waktu bersamaku. Sekali lagi aku tanyakan, apa kau ragu?" Zhou Ye memastikan.

"Untuk menjadi kuat tentu aku sama sekali tidak pernah ragu. Aku hanya berat meninggalkan kota ini."

Sebenarnya penghinaan lebih banyak Il-Pyo terima daripada hal baik di kota Quan. Namun fakta bahwa dia tumbuh dan berkembang selama 15 tahun di kota tersebut, bukanlah hal yang tidak dapat menghasilkan perasaan apa-apa.

"Baguslah ... ayo naik! Kalau saja kau berubah pikiran. Jangan harap memiliki nyawa setelah mencuri ciuman pertamaku!" ancam Zhou Ye menutup pintu kereta kuda bersama Qiwu.

Il-Pyo menatap keramaian kota Quan untuk terakhir kali. Dia kemudian naik dan duduk di samping Wei Heng yang bertugas sebagai kusir. Kemudian kuda menarik mereka menuju pintu keluar kota. Il-Pyo berjanji suatu saat nanti dia akan kembali ketika sudah kuat nanti.

Kediaman keluarga Zhou terletak di tengah ibu Kota Kekaisaran. Sebelumnya Zhou Ye serta dua pengawalnya memerlukan waktu 6 hari perjalanan untuk sampai ke kota Quan. Tetapi sekarang mereka kembali lebih cepat dua hari dari itu, menghemat lebih banyak perbekalan dan waktu.

Il-Pyo merasakan tekanan yang kuat ketika memasuki halaman kediaman. Di sana berbaris sekelompok pemuda yang sedang melakukan ragam gerak yang sama secara berulang-ulang. Di depan mereka, pria tua memegang kendali dengan perkataannya.

Tak heran keluarga Zhou menghasilkan begitu banyak generasi kuat. Mereka memiliki disiplin latihan yang tinggi dan guru yang kompeten. Menduduki satu dari 6 eksistensi keluarga paling berpengaruh di Kekaisaran memang layak untuk mereka.

"Apa yang kalian lihat? Cepat lanjutkan gerakan yang kuperintahkan!" seru tetua pertama keluarga Zhou ketika anak muridnya terpana akan kecantikan Zhou Ye yang baru saja datang. Dengan takut mereka segera melanjutkan gerakan latihan.

Menghiraukan tatapan kekaguman jenius muda padanya, Zhou Ye langsung memberi hormat. Wei Heng, Qiwu, dan Il-Pyo melakukan hal yang sama.

"Salam tetua pertama!" sapa Zhou Ye.

Tetua pertama menelisik pandang pada pemuda di belakang mereka. Wajah baru yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

“Kukira kalian tidak akan cepat kembali. Kali ini siapa yang kamu bawa?” tanya tetua pertama penasaran. Sebab dia tidak merasakan hal yang istimewa seperti orang yang biasanya Zhou Ye bawa.

Zhou Ye menegakkan badan dan sadar tidak dapat meminta waktu lebih banyak karena tetua pertama sedang sibuk. Jadi, setelah memperkenalkan Il-Pyo secara sederhana, Zhou Ye segera bergegas mencari ayahnya, Patriark keluarga Zhou.

***

Dia, Zhou Xun, tersenyum masam ketika putrinya memberitahu orang yang ia pilih sebagai calon suami adalah Il-Pyo. Dia sudah secara cermat memeriksa tubuh pemuda tersebut namun tidak ada tanda-tanda Qi. Itu lebih buruk daripada memilih seseorang yang hanya memiliki sedikit bakat. Zhou Xun khawatir putrinya telah salah mengambil keputusan.

"Anakku ... bisakah kau lebih mempertimbangkannya lagi?" pinta Zhou Xun.

"Ayah tahu aku punya mata yang istimewa, kan? Aku melihat bakat tidak terbatas darinya. Dan ayah juga sudah berjanji pada ibu kalau urusan pernikahan aku sendiri yang menentukannya," jawab Zhou Ye kembali mengingatkan.

Sebenarnya, sulit bagi Zhou Ye untuk mengubah kepercayaannya terhadap Il-Pyo setelah menggunakan kemampuan matanya. Dia sangat yakin kalau Il-Pyo suatu saat nanti akan berdiri di puncak dunia. Dan lagi, sesuatu yang berharga sudah dicuri pemuda tersebut darinya. Pembatalan kesepakatan dengan pemuda tersebut tidaklah tepat.

Zhou Xun menarik napas lalu membuangnya. Dia memang sudah berjanji pada istrinya untuk membiarkan anak mereka memilih suami tanpa campur tangan siapapun, termasuk dirinya sendiri. Akan tetapi tetap saja sebagai ayah dia takut Zhou Ye salah dalam memilih.

"Melihat dari bakatnya, Ayah kurang yakin. Akan menimbulkan banyak pertentangan keluarga kalau orang seperti dia yang kau pilih.”

"Ayah jangan khawatir, kalau Il-Pyo tidak berkembang seperti yang aku harapkan. Tentu saja tidak akan ada pernikahan yang akan terjadi. Kesepakatanku dengannya juga begitu," jelas Zhou Ye.

Perasaan lega memeluk lebih banyak ruang di hati Zhou Xun saat mendengar itu. Kemudian dia berkata, "Ayah tidak menemukan ada yang aneh pada tubuhnya. Apa yang sebenarnya sudah kau lihat?"

“Dapat aku rasakan Afinitas Leluhur Il-Pyo luar biasa kuat. Tetua dari sekte Mata Pedang sekalipun tidak pernah memberikan perasaan yang lebih kuat dari pada saat aku mencoba mengintip Afinitas Leluhurnya. Masalahnya adalah, ada sesuatu seperti asap hitam yang menghalangiku melihat lebih jauh. Sepertinya asap hitam itu juga yang menjegal bakatnya. Tapi aku yakin dengan perasaanku kalau Il-Pyo orang yang tepat.”

Afinitas Leluhur merupakan warisan kemampuan berdasarkan keturunan. Memungkinkan seseorang untuk memperoleh kemampuan berdasarkan dukungan ikatan darah. Oleh sebab itu, Afinitas Leluhur erat kaitannya dengan bakat bawaan seseorang.

Meski ada beberapa pengelompokan berbeda. Umumnya Afinitas leluhur terbagi menjadi 3 tipe. Yaitu Tipe Pembunuh, Tipe Elemental, dan Tipe Pertahanan.

Tipe Pembunuh, adalah mereka yang memperoleh warisan teknik membunuh dari Afinitas leluhur mereka. Afinitas Leluhur yang mereka miliki bisa berupa senjata, keistimewaan racun, kecepatan, atau hal lain yang memungkinkan mereka membunuh lawan dengan efisien.

Kemudian, Afinitas Leluhur yang menghasilkan teknik api, tanah, angin, petir maupun kegelapan dan cahaya, disebut Afinitas Leluhur tipe Elemental. Dalam hal ini, biasanya seseorang yang memiliki Afinitas Leluhur Tipe Elemental api lebih banyak memilih menjadi alkemis.

Dan yang terakhir, Tipe Pertahanan, adalah Afinitas Leluhur yang menghasilkan teknik untuk bertahan. Termasuk namun tidak terbatas pada pelindung langsung seperti penghalang serangan. Tetapi juga memuat kemampuan membaca serangan dan dampak yang ditimbulkan.

Contoh kasus Afinitas Leluhur tipe Pertahanan yang tidak langsung ini adalah Purple Eye milik Zhou Ye. kemampuan unik yang memungkinkan ia melihat Afinitas Leluhur siapapun tanpa terkecuali. Sangat berguna untuk menurunkan tingkatan bahaya ketika bertarung karena lebih dulu tahu akan kemampuan musuh.

Walaupun Afinitas Leluhur erat hubungannya dengan bakat seseorang. Masihlah ada faktor penting lain untuk menentukan level kekuatan seorang petarung. Yakni, tingkatan kultivasi serta teknik Qi yang dipelajari seorang Kultivator itu sendiri.

Sederhananya, Teknik Qi dapat diartikan sebagai teknik yang didapat dari berlatih. Entah itu memperolehnya dari seorang guru, melalui gulungan yang didapat, atau membuat teknik sendiri.

Perlu diketahui juga, teknik Qi yang bisa dipelajari seseorang biasanya tergantung pada tingkat kultivasi. Tepatnya dimulai ketika seseorang sudah berada di ranah Pengungkit Teknik.

Zhou Xun sangat mengkhawatirkan pilihan Zhou Ye yang jatuh pada Il-Pyo. Afinitas Leluhur pemuda tersebut tidak akan begitu berguna atau bahkan tidak berguna sama sekali selama pemuda tersebut belum memulai kultivasi. Itu pun kalau mata Zhou Ye dapat menangkap secara tepat apa yang dimiliki Il-Pyo.

Seperti penjelasan Zhou Ye, ada asap hitam yang menghalangi Afinitas Leluhur Il-Pyo. hal itu memungkinkan ia melakukan kesalahan saat menilai. Namun, tidak ada yang bisa Zhou Xun lakukan selain menerima karena kesepakatan dengan istrinya yang telah lalu.

"Ayah akan membantumu. Tapi jangan beritahu pada siapapun kalau dia orang yang kau pilih. Generasi di klan kita tidak akan terima kau berteman dengannya, apalagi dia menjadi calon suamimu," pinta Zhou Xun memperingatkan.

"Baik, Ayah."

Diskusi ayah anak itu diakhiri dengan saran Zhou Xun untuk menanyakan masalah Il-Pyo kepada tetua pertama. Namun begitu, tetua pertama masih sibuk dengan pekerjaannya melatih jenius keluarga yang akan mengikuti tahap awal perekrutan murid Sekte Mata Pedang beberapa bulan lagi. Tidak ada pilihan lain bagi Zhou Ye selain terlebih dahulu menunggu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status