Share

6.Sayembara

Penulis: Gibran
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-18 07:34:16

Bimasena menatap orang yang baru saja datang itu. Dia merasakan hawa yang berbeda. Lelaki bernama Marga itu sedikit lebih kuat dari pada rombongan pecundang yang dia temui sebelumnya di dalam kedai.

"Siapa kau sebenarnya!?" hardik Marga keras.

Bimasena hanya menghela nafas menatap orang bertubuh cukup tegap itu. Hanya dengan melihat tubuh Marga, Bimasena langsung tahu beberapa titik lemah di tubuh orang itu.

Merasa pertanyaannya tak di hiraukan oleh Bima, Marga pun langsung menyerang dengan cepat ke arah pemuda berikat kepala merah itu.

Tinju kanannya melayang dengan kekuatan yang tidak main-main. Jika mengenai tubuh, bisa jadi tulangnya akan langsung patah.

Namun dengan mudah Bima mengelak dari serangan tersebut. Dia mengelak ke kanan lalu tangan kirinya bergerak cepat ke arah bahu Marga.

Tuk!

Dua jari Bimasena bersarang di bahu kanan Marga yang baru saja dia gunakan untuk menyerang. Saat itu juga Marga merasakan tangan kanannya lunglai tak bisa di gerakkan alias lemas.

"Apa yang orang ini lakukan pada tanganku!?" batin Marga penuh amarah. Dia berusaha menggerakkan tangannya namun tidak bisa sama sekali.

Melihat bagaimana Bimasena mengelak dan menangkis dua serangannya tadi, dia menjadi berpikir dua kali untuk melanjutkan pertarungan. Di tambah dalam satu gerakan tangan kanannya langsung lunglai tak berdaya.

Bimasena sebenarnya tak ingin membuat keributan yang semakin membuat orang-orang di perguruan Katak Merah itu heboh. Karena itu bisa mengganggu rencana besarnya.

Demi rencana itu, akhirnya dia terpaksa membungkuk hormat kepada Marga dan meminta maaf.

Marga yang tadi sudah merasa tak berani melakukan perlawanan itu kembali merasa jumawa melihat Bimasena yang membungkuk hormat kepadanya.

"Berlutut di kakiku dan memohon ampun! maka aku akan melepaskan mu!" ucap Marga dengan wajah marah.

Bimasena mendengus keras. Tanpa berucap satu kata pun dia langsung bergerak cepat menyambar kepala Marga. Lalu dengan sekali tarik menggunakan tenaga yang besar tubuh Marga didorong ke bawah kakinya hingga terhempas ke jalan.

Marga jatuh terjerembab ke jalan batu tersebut tepat di depan kaki Bimasena.

Bruk!

Wajah Marga menghantam jalan batu dengan keras hingga hidungnya hancur. Darah mengucur dari luka di hidungnya. Semua orang menatap ngeri termasuk Jaya dan kawan-kawan nya. Mereka tak menyangka seorang guru di perguruan Katak Merah tak berdaya melawan orang asing yang mereka anggap pengemis itu.

Marga mengerang kesakitan. Bima tak peduli. Dia jambak rambut Marga hingga kepala orang itu mendongak ke atas dengan tubuh yang masih telungkup di tanah.

"Apa hakmu menyuruhku bersujud di kakimu? aku akan membunuhmu jika aku ingin. Tapi kamu bukan orang yang layak aku bunuh. Sekarang, apakah kamu masih berpikir untuk melakukan hal bodoh lagi!?Apa kamu minta aku mematahkan lehermu? " tanya Bima dengan sorot mata yang mengerikan.

Marga tak berkutik menghadapi ucapan yang membuatnya seketika merasa takut. Sementara Jaya dan kawan-kawan nya tak berani berbuat apa pun.

"Jika ini bukan di tempat ramai, kamu sudah menjadi mayat tanpa kepala," bisik Bima membuat hati Marga bergetar ketakutan.

Bima mendorong kepala itu hingga kembali jatuh ke jalan tersebut. Kepalanya membentur lantai hingga seketika Marga pun pingsan.

Para murid perguruan Katak Merah yang ikut guru mereka itu tak ada yang berani mengganggu Bimasena lagi. Mereka diam tak berkata apa pun. Mereda sadar batasan kekuatan antara mereka dan pendekar asing itu.

Bima pun pergi meninggalkan mereka dan gurunya yang masih tergeletak di atas jalan batu. Setelah Bima pergi, Jaya segera mendatangi gurunya bersama teman-teman nya.

"Guru Marga, apakah kamu baik-baik saja?" tanya Jaya sambil membantu tubuh Marga berdiri. Marga terlihat lemah dan kesakitan. Darah masih mengucir dari lubang hidung nya yang hancur.

"Sialan... aku tidak terima dengan perlakuan hina macam ini...lihat saja nanti," ucap Marga dengan penuh dendam dan kebencian.

"Dia bukan pendekar biasa guru, aku menyesal telah membuatnya marah dan akhirnya mencelakakan kita..." ucap Jaya.

"Aku tak peduli, dia sudah membuat ku seperti ini, itu artinya dia siap untuk menanggung akibat dari perbuatannya!" sahut Marga masih geram.

Mereka pun akhirnya kembali ke perguruan untuk merawat luka Marga. Jaya menatap sinis di belakang gurunya.

"Dasar lemah! guru tidak berguna!" ucapnya dalam hati dengan raut wajah kecewa.

Setelah beberapa lama mencari tempat menginap Bima akhirnya mendapatkan sebuah penginapannya untuk sementara waktu yang tak jauh dari tempat keributan tadi.

Pelayan di penginapan itu terlihat cantik dan membuat mata Marga tak berhenti menatapnya. Pelayan itu menoleh ke arahnya lalu membungkukkan badan dan tersenyum kepadanya.

Bima tak membalas senyum itu. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

"Silahkan tuan, berapa hari tuan akan tinggal di penginapan ini?" tanya pelayan cantik itu.

"Mungkin tiga atau empat hari," jawab Bima singkat.

"Biaya sewa kamar tiga puluh tail perak dan biaya makan sehari tiga kali sepuluh tail perak. Semuanya empat puluh tail perak tuan," ucap gadis pelayan yang cantik itu.

Bima mengangguk. Dia mengambil kantong kecil yang menggantung di pinggangnya. Dibukanya kantong tersebut.

Mata gadis itu menatap dengan bibir tersenyum. Dalam hatinya dia sudah menebak jika orang yang ada di hadapannya itu hanyalah pengemis yang baru datang dari jauh.

"Aku yakin dia hanya mempunyai beberapa tail perak saja, sungguh kasihan sekali, apakah aku harus berbuat baik padanya?" batin gadis pelayan itu.

Bima membuka kantong nya dan matanya mencari-cari sesuatu. Gadis itu semakin curiga melihat gelagat pada Bima yang seolah tengah kebingungan.

"Astaga, sepertinya dugaanku benar!" batin gadis itu.

Selama tiga tahun Bima hidup bersama gurunya, dia menabungkan uangnya dari hasil menjual kayu bakar dan permata hijau. Semua itu dia kumpulkan untuk bekal saat dia mengembara. Bima pun mengambil sesuatu dari kantongnya lalu menaruhnya di meja pelayan.

"Maaf, aku hanya mempunyai ini," kata Bima sambil menyodorkan empat puluh tail emas di meja gadis cantik itu. Mata pelayan itu terbelalak lebar. Dia tak menyangka dugaannya salah besar. Lelaki di hadapan nya bukanlah pengemis seperti yang dia kira.

"Dia orang kaya...!" seru si gadis dalam hati.

Ternyata didalam kantong Bima tidak ada satu pun tail perak. Semuanya adalah tail emas. Itu sebabnya dia kebingungan saat disuruh membayar empat puluh tail perak.

Di kedai sebelumnya pun dia membayar semua kerugian yang kedai itu derita dengan hanya satu tail emas. Pemilik kedai diam seketika dan tidak lagi mempermasalahkan kedainya yang porak poranda dampak dari perkelahian Bima dan rombongan murid Perguruan Katak Merah.

Akhirnya hanya dengan satu tail emas, Bima mendapat kamar paling mewah dan layanan makan dengan menu pilihan selama sepuluh hari.

Gadis itu pun meminta maaf kepada Bima tentang pikiran buruknya tadi.

Bima hanya tersenyum dan tidak mempermasalahkannya. Malah karena kejujuran si gadis, Bima memberinya satu tail emas kepada gadis itu secara cuma-cuma.

Satu tail emas sama dengan seribu tail perak. Gadis itu merasa sangat bahagia hingga menangis karena tak kuasa menahan perasaan nya. Untuk mendapatkan seribu tail perak dia harus bekerja keras selama berbulan-bulan di penginapan tersebut. Itu pun belum dengan kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Namun berkat pemberian Bimasena, dia merasa sangat bersuka cita. Semua kebutuhannya akan terpenuhi.

"Jika tuan memiliki keinginan lain, saya siap untuk melayaninya tuan," ucap si gadis dengan wajah merah. Dia bingung harus membayar kebaikan Bima dengan apa. Dia hanya berpikir jika dia bisa membuat lelaki itu bahagia di atas ranjang, mungkin dia akan merasa lega karena merasa telah melunasi hutang budi tersebut.

Tapi Bima hanya tersenyum kecil dan melenggang ke kamarnya tak peduli dengan ucapan gadis tersebut. Gadis itu hanya menatapnya dengan penuh kekaguman, hingga pintu kamar itu tertutup.

"Dia sangat baik..." batinnya dengan senyum mengembang.

Sehari kemudian Bima menyirap kabar bahwa sayembara memperebutkan gulungan kitab abadi itu akan di mulai dua hari kemudian. Dia pun mengatur siasat untuk bisa masuk ke dalam Perguruan Katak Merah tersebut.

"Aku akan ikut mendaftar ke arena pertarungan itu, mungkin itu satu-satunya cara agar aku bisa lebih mudah masuk ke dalam Perguruan itu," batin Bima sambil mengenakan pakaian yang baru saja dia beli melalui gadis pelayan itu.

Kali ini, Bima terlihat seperti tuan muda yang gagah dan tampan. Gadis mana pun akan terkesima melihat ketampanan pemuda tersebut. Apalagi brewoknya yang lebat sudah dia pangkas sehingga wajahnya terlihat bersih.

Dengan pakaian serba merah itu dia mengambil pedangnya lalu keluar kamar untuk berangkat ke tempat pendaftaran sayembara.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Desty Pongsikabe
bagus sekali
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    320. Maharaja Manusia (Tamat)

    Dewa Surya tertawa keras hingga menggema ke langit dan menggetarkan tanah. Tak ada yang bisa menghentikan kekuatan nya. Bima tergeletak tak berdaya. Ratu Azalea pun sama meski tidak terlalu parah. Arimbi bersandar di batang pohon sambil memejamkan matanya. Qing Long tak berdaya dan hanya bisa berdiri dengan terhuyung. Tangan Darah, Subali, Aryo, Birawa dan Meng Sui masih terkapar entah masih hidup atau sudah mati setelah beradu kekuatan dengan Dewa Surya. Ling Xia dan Dua Gerbang Penjaga masih sibuk bertarung dengan para pendekar Kerajaan. Setelah Batu Keramat harapan terkahir yang bisa mereka gunakan untuk memukul balik telah di hancurkan oleh Dewa Surya, mereka semua putus asa. Sementara Dewa Surya yang masih terlihat kokoh meski tubuhnya penuh dengan luka kembali terbang ke langit setelah menyambar tubuh Ratu Azalea yang berada tak jauh darinya. Wulan yang tadinya sempat mengira Dewa tersebut akan membunuh

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    319. Rencana terakhir Gagal

    Dewa Surya berdiri dengan pakaian compang camping. Beberapa luka di tubuhnya terlihat meski tidak sejelas luka pada bahu kanan dan punggung nya yang di akibatkan oleh serangan kuku Pancanaka.Matanya menatap penuh amarah ke arah Qing Long lalu ke arah Bima yang sedang dirawat oleh Ayu Wulan Paradista."Makhluk-makhluk rendahan tidak tahu diri... Beraninya kalian membuat ku murka..." umpat Dewa Surya lalu melayang ke udara. Qing Long menatap tak percaya ke arah Dewa Surya. "Bagaimana bisa dia masih sanggup mengeluarkan kekuatan setelah dihantam serangan kami bertubi-tubi...?" batin Qing Long. Mata Dewa Surya bersinar putih. Seluruh urat di tubuhnya menyembul keluar pertanda dia tengah mengeluarkan sesuatu yang sangat dahsyat. "Akan aku musnahkan...." Kedua tangan Dewa Surya terangkat ke atas. Sinar matahari yang terang semakin terlihat terang dan panas! Bima yang sudah cukup kuat untuk berdiri se

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    318. Ajian Jiwa Naga Langit

    Ki Mangkubumi pun tewas setelah terkena serangan Sinar Pemusnah Kegelapan milik Ratu Azalea tepat di kepalanya hingga hancur. Setelah membunuh Ki Mangkubumi, Ratu Azalea segera melesat ke arah benteng yang baru saja bergetar setelah di hantam tubuh Bima.Namun belum juga sampai di benteng tebal tersebut, terdengar ledakan keras dan benteng tersebut hancur. Sesosok tubuh terpental dan melayang ke rumah para petinggi kerajaan. Sosok wanita berpakaian putih itu jatuh di sebuah taman rumah keluarga bangsawan kerajaan.Beberapa hiasan taman hancur terkena hantaman tubuhnya. Ratu Azalea menyusul sosok yang tak lain adalah Arimbi. Saat Dewa Surya akan menghabisi Bima yang sudah tidak berdaya karena di hajar begitu rupa oleh Dewa tersebut, Arimbi segera datang menolong. Namun dengan mudah Dewa Surya memukulnya hingga tubuh Arimbi terhempas ke dinding benteng."Arimbi...!" seru Ratu Azalea terkejut.Arimbi tak menyahut. Darah keluar dar

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    317. Duel Melawan Dewa

    Bima tak bisa bergerak beberapa saat lamanya setelah tubuhnya di lempar oleh Dewa Surya dari pusat kerajaan hingga keluar kerajaan. Tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa setelah menghantam tiga benteng besar dan rumah-rumah batu di kerajaan. Kini dia berada jauh dari kerajaan Angin Timur. Matanya melihat api yang membubung tinggi di atas kerajaan tersebut. "Dewa itu sangat kuat... Gila, dia hanya melempar diriku namun rasanya seperti di hantam gada raksasa," batin Bima. Terlihat satu cahaya kuning melayang di atas kerajaan. Lalu banyak titik cahaya berkilau terlihat melesat ke arah Bima. Semakin lama, cahaya tersebut semakin terlihat jelas. Dan setelah tahu cahaya apa yang datang ke tempat Bima, pemuda itu terkejut lalu segera mengeluarkan sayap es milik nya. "Dewa gila! Dalam keadaan terluka pun masih bisa mengerahkan kekuatan segila ini!" Bima melompat ke udara dan menjauh dari tempatnya berada sebe

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    316. Kemunculan Dewa Surya

    Arimbi dan pasukannya yang tengah bertarung di tembok sebelah luar menatap ke arah langit di atas kerajaan Angin Timur tersebut."Aura yang sangat kuat terpancar dari dalam kerajaan...Ada apa di dalam sana?" batin Arimbi.Pasukan dua kerajaan yang tengah menggempur benteng dari arah selatan dan barat pun semua merasakan aura yang mengerikan menyeruak dari dalam kerajaan.Ki Mangkubumi berteriak kencang. Dari atas langit semua awan menyingkir sehingga cahaya matahari menerangi kerajaan dengan lebih terang. Bersamaan dengan itu muncul satu sosok bercahaya terang dari dalam tubuh Ki Mangkubumi.Sosok itu berwujud pemuda tampan dengan aura cahaya membungkus tubuhnya. Di sebelah kanan keningnya sebuah tanduk putih berkilau tumbuh. Di belakang tubuhnya sepuluh bola bercahaya terang melayang.Kelopak matanya yang terpejam terbuka secara perlahan. Bola matanya berwarna kuning terang. Senyum tipis menghias bibirnya."Ternyata

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    315. Lawan Terkuat

    Anggoro merasa kesal karena keberadaannya tidak di anggap. Tebasan pedang tadi hampir mengenai sasaran. Namun Bima dan gurunya bergerak cepat menghindar.Saat itu juga Barata segera meluncur ke arah Anggoro melakukan serangan cepat. Anggoro bahkan tidak dapat melihat kecepatan gerakan Barata. Pedang hitam di tangan Barata menebas bahu Anggoro menyilang hingga ke pinggang.Bima takjub melihat kecepatan gurunya. Dia pun segera membantu Ratu Azalea yang tengah bertarung melawan Ki Mangkubumi.Anggoro tergeletak di atas lantai arena. Namun beberapa saat kemudian dia bangun dan lukanya telah pulih kembali."Bagaimana mungkin lukanya langsung pulih tanpa melakukan apa pun!? Bahkan kecepatan pulihnya lebih mengerikan jika di banding dengan ilmu Ganti Rogo..." batin Barata.Anggoro menyeringai lebar."Jadi di dalam tubuhmu pun ada kekuatan Iblis Neraka sama sepertiku," ucap Anggoro.Barata tersenyum kecil."A

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    314. Perwakilan Dari Utara

    Bima dan Anggoro terus bertarung dengan seluruh kemampuan mereka. Meski Anggoro hanya menguasai sedikit kekuatan dari Iblis Neraka, namun kekuatannya masih bisa menahan setiap serangan Bima yang menggunakan kekuatan Iblis Es.Pertarungan mereka membuat banyak benda hancur oleh setiap ledakan kekuatan dari pedang mereka. Sementara itu Ratu Azalea berhadapan dengan Ki Mangkubumi. Ratu Azalea dan Ki Mangkubumi bertarung seimbang. Kerajaan Angin Timur mulai terlihat kacau dari dalam, sementara dari luar kerajaan pun sudah porak poranda di serang dari arah selatan dan barat.Di tembok kedua Pendekar misterius mulai mengamuk dengan kekuatan api nya. Ratusan prajurit tewas oleh serangan apinya. Keadaan semakin terlihat buruk untuk kerajaan tersebut setelah dari kejauhan terlihat rombongan besar yang tengah bergerak ke arah Kerajaan.Rombongan bersayap elang itu bergerak cepat di atas langit. Di pimpin satu wanita berpakaian serba putih deng

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    313. Pertarungan Besar Di Mulai (2)

    Sementara itu di benteng utama telah mulai berdatangan pasukan kerajaan mengepung arena dari segala penjuru. Mereka lalai dan mengabaikan pertahanan tembok ketiga dan kedua yang sebentar lagi akan di serang dua pasukan besar dari kerajaan Angin Barat dan Kerajaan Angin Selatan. Anggoro menyerang langsung ke arah Bima. Matanya menyala merah pertanda dia telah mengerahkan kekuatan Iblis Neraka di dalam tubuhnya. Bima tersenyum kecil. "Iblis Es, bukankah kamu tidak akur dengan saudaramu yang panas itu? Apakah kamu tidak ingin mengingat masa lalu dengannya lagi?" tanya Bima. "Hahaha! Tentu saja aku ingin mengenang kenangan bersama kakakku! Mari kita bersenang-senang!" sahut Iblis Es bahagia. Dia merasa senang dengan kepedulian Bima kepadanya. Pil yang Bima ekstrak seharusnya menjadi milik Bima untuk menerobos ke ranah Batara. Namun hal itu tidak Bima lakukan. Dia lebih memilih memberikan pil tersebut kepadan

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    312. Pertarungan Besar Di Mulai

    Semua orang Kerajaan terkejut melihat orang-orang yang Bima keluarkan semuanya adalah Pendekar sakti. "Tangan Darah, kamu boleh membunuh siapa saja yang ada di Kerajaan ini!" ucap Bima. Tangan Darah menyeringai senang. Raja Mangkunegara masih ingat siapa sebenarnya Tangan Darah. "Bukankah kau datuk sialan itu!?" umpat Raja Mangkunegara dengan wajah merah padam. "Dimana Panglima? Kenapa dia tidak ada di saat genting seperti ini!" tanya Ki Mangkubumi. Tidak ada yang tahu dimana panglima Pasukan Pemburu Senyap. Saat ini dia tengah kabur dari Kerajaan Angin Timur. Setelah melihat Bima dia merasa akan ada bencana yang melanda Kerajaan tersebut. Mata dia mempunyai kekuatan unik melihat masa depan. Karena kemampuan itu Raja sangat membutuhkan pandangan Panglima tentang masa depan. Satu sosok berpakaian serba hitam dengan mata merah menyala memperhatikan Panglima yang mengendarai kudanya kabur dari Ke

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status