Home / Pendekar / Pendekar Kembara Semesta Seri 2 / Jebakan Maut Gerombolan Olengpati

Share

Jebakan Maut Gerombolan Olengpati

last update Last Updated: 2022-04-27 16:53:09

Tubuh prajurit yang lehernya tertembus anak panah runtuh ke bumi. Tergeletak dengan mata menatap ke langit. Semua prajurit yang melihat terbelakak kaget. Mereka terlihat panik. Mereka dalam hati terdalam khawatir nasib serupa menimpa mereka.

Tunggulsaka segera mendekati tubuh prajurit yang naas tersebut. Dia raba urat nadi di tangan kiri. Sudah tidak ada denyutan.

Dia sudah tak ada lagi. Kata Tunggulsaka dalam hati. Lalu dia tutup matanya. Istirahatlah dengan tenang di alam sana, Prajurit. Kami yang masih hidup akan meneruskan kridabaktimu mengabdi pada Kerajaan Karangtirta.

Kematian prajurit secara misterius ini membuat prajurit yang lain panik.

”Cepat sembunyi! Ayo, cepat sembunyi!” perintah Tunggulsaka.

Mereka segera bersembunyi di balik batu atau pohon. Mereka menyebar ke wilayah hutan. Namun sebagian prajurit masih terlihat bingung. Rasa panik membuat sebagian prajurit merasa bingung. Saking bingungnya, sebagian kesulitan mencari tempat sembunyi.

Wut! Wut! Wut!

Puluhan anak panah melesat sangat cepat dari kedalaman Hutan Rukem. Panah-panah itu seperti muncul dari kegelapan. Seperti tidak ada yang memanahkannya. Para pemanah tidak terlihat sama sekali.

Panah-panah tajam itu menembusi leher dan dada empat prajurit Karangtirta yang belum sempat bersembunyi. Mereka bertumbangan ke bumi dalam keadaan tak bernyawa lagi. Keempatnya jatuh bergelimpangan di semak belukar secara mengenaskan.

”Cabut senjata kalian!” teriak Tunggulsaka dengan suara keras dan menggelegar. Geram dan marah terdengar dari suara sang senapati. “Kita balas menyerang! Kalau perlu, mereka semua kita habiskan! Tebas mereka sampai tak tersisa!!!”

Para prajurit mencabut pedang masing-masing. Mereka siaga. Di balik persembunyian, mereka berjaga-jaga dari segala bahaya.

Suasana hutan yang lengang terasa mencekam. Hutan yang lengang terasa menyimpansegala mara bahaya yang mengancam jiwa para prajurit Karangtirta.

Sekarang posisi prajurit Karangtirta berada di tempat terbuka, sedangkan para pemanah di persembunyian. Keadaan seperti ini kalau berlangsung terus-menerus, bisa berakibat buruk. Prajurit bisa tumpas habis kalau tidak segera balas menyerang.

Tunggulsaka melesat ke atas. Tubuhnya nangkring di dahan pohon tinggi. Dari ketinggian, Tunggulsaka bisa melihat keluasan areal di hutan yang ada di bawahnya. Di kejauhan, di balik semak belukar Hutan Rukem, terlihat puluhan manusia berpakaian serba hitam. Tubuh mereka sangat tersembunyi, sehingga sulit dilihat dari arah yang datar. Mereka berpakaian hitam, menyatu dengan warna dedaunan yang hijau.

Manusia-manusia berpakaian serba hitam itu siap dengan busur dan anak panah. Mereka siap memanahkan senjata maut mereka ke arah prajurit Karangtirta. Mereka siap melepaskan anak anah kalau aak buah Senapati Tunggulsaka muncul dari persembunyian.

“Para pemanah tersembunyi ini harus dihabisi sekarang,” gumam Tunggulsaka lirih yang hanya bisa didengar diri sendiri. “Mereka biang utama kekacauan di Karangtirta. Kalau sekarang sebagian dari mereka dihabisi, maka pelan-pelan kekacauan akan surut. Atau setidaknya berkurang.”

Berdasarkan laporan telik sandi, gerombolan perampok yang dipimpin Olengpati berada di perbatasan. Tunggulsaka merasa yakin bahwa orang-orang yang memanahi anak buahnya adalah gerombolan perampok itu. Dari gerakan yang telah dilakukan, mereka ternyata bukan sekadar gerombolan perampok. Mereka sudah bisa bergerak layaknya prajurit saat melakukan penyerbuan ke daerah lawan. Mereka ternyata sudah seperti gerombolan pemberontak.

Dengan satu gerakkan cepat, Tunggulsaka mematahkan dahan pohon, lalu dilemparkan ke arah anak buah Olengpati yang ada di bawah sana. Para pemanah melihat ada bahaya menimpa. Mereka cepat-cepat berlompatan ke segala penjuru untuk menghindari timpaan dahan.

Para pemanah lolos dari timpaan dahan yang dilemparkan Tunggulsaka. Mereka langsung membalas dengan memanah secara bersamaan ke arah Tunggulsaka.

Tunggulsaka menangkisi beberapa anak panah yang melesat ke arah dirinya. Panah-panah berpatahan dan jatuh di belukar.  Senapati itu langsung meluncur cepat menuju persembunyian para pemanah.

Pada saat tubuhnya meluncur, Tunggulsaka mencabut pedangnya. Pedang sangat tajam berkilat-kilat yang siap mencari mangsa.

Begitu kaki menapak di rerumputan, pedang Tunggulsaka berkelebat sangat cepat. Empat pemanah tersabet secara bersamaan oleh kelebatan pedang Tunggulsaka. Kilatan pedang menyabet kepala dan dada empat  gerombolan. Keemparnya tewas seketika. Sementara yang lain lari tunggang langgang masuk Hutan Rukem.

”Serbu...!” perintah Tunggulsaka kepada prajuritnya dengan semangat tinggi. Secara cepat seluruh prajurit Karangtirta mengejar gerombolan yang tadi secara licik memanah dari persembunyian. Mereka bersemangat tinggi ingin menghabisi. Mereka bernafsu untuk memburu.

Namun sesuatu yang tak diperhitungkan terjadi. Benar-benar telah terjadi.

Para gerombolan anak buah Olengpati tiba-tiba lenyap. Lenyap tak berbekas. Tidak ada bekas sedikit pun. Mereka laksana ditelan belantara yang kini kembali sunyi.

Tidak diketahui tempat persembunyiaan anak buah Olengpati. Para prajurit terus masuk hutan yang termasuk wilayah Kerajaan Parangbawana. Mereka merangsek, menasak rimba yang belum mereka kenal sebelumnya. Sambil memangkasi belukar, pandangan mata mereka mengedar. Saat itu mereka mengedarkan pandangan ke segala penjuru.

Broool!

Mendadak tanah yang diinjak dua orang prajurit ambrol. Keduanya terjebak lobang besar menganga. Di bawah sana terdapat puluhan tombak tegak ke langit tombak lancip yang sangat tajam ujungnya. Tubuh kedua prajurit tertembus tombak-tombak tajam. Mereka tewas seketika di dalam lobang jebakan!

Tiga prajurit yang lain secara tak sengaja menginjak perangkap. Mereka menginjak sesuatu yang menyebabkan ada puluhan tombak melesat dari empat penjuru mata angin. Tombak-tombak itu melesat ke arah tiga prajurit. Ketiganya tak sempat menghindar. Mereka bertiga tumbang ke bumi dalam keadaan tewas. Tombak-tombak tajam menembusi tubuh mereka.

Di tempat lain, yang tidak jauh dari tiga prajurit yang tewas ada beberapa prajurit  tertindih gelondongan-gelondongan kayu. Mereka tewas karena tergencet benda yang sangat berat. Rupanya Olengpati telah mempersiapkan jebakan-jebakan itu jauh-jauh hari sebelumnya. Olengpati menyambut kehadiran Tunggulsaka dan anak buahnya dengan pesta maut. Pesta termangsa senjata tak kasat mata sebelumnya.

”Mundur...!” perintah Tunggulsaka. “Mundur! Mundurrr…!!!”

Suara gelegar Tunggulsaka membahana memecah kesenyapan belantara. Suara gelegar yang penuh amarah dan tak berdaya.

Prajurit-prajurit yang selamat segera mengikuti perintah sang senapati. Mereka lari tunggang langgang menuju perbatasan. Namun langkah mereka terhenti oleh hadangan ratusan anak buah Olengpati yang bersenjata golok!

Olengpati dan gerombolannya kini mengepung Tunggulsaka dan sisa-sisa prajuritnya dari delapan penjuru mata angin. Mata para gerombolan ini tajam menghujam. Seperti mata binatang yang haus darah.

”Huahahaha...! Senapati Tunggulsaka..., ayo tangkaplah aku sekarang juga, huahahaha...!” ejek Olengpati dengan cingkaknya, merasa dirinya unggul dibanding lawan.

”Iblis laknat kerak neraka!” umpat Tunggulsaka kesal. Kesal pada diri sendiri. Lebih kesal lagi pada gerombolan lawan. “Pantas rakyat Kerajaan Karangtirta ketakutan terhadap gerombolanmu. Ternyata kamu suka menggunakan cara keji dan licik untuk memperdaya musuh-musuhmu.”

“Huahahaha..., biasa..., itu biasa kan? Untuk mengalahkan musuh-musuhku, aku menempuh segala macam cara. Menjebak dan menghabisinya! Bukan hanya itu..., aku juga memasang mata-mata di kota Kerajaan Karangtirta, huahahaha....”

Tunggulsaka terdiam beberapa saat. Pantas, selama ini aku dan prajuritku selalu gagal menumpas gerombolan Olengpati. Batin Tunggulsaka. Grombolan bisa bebas beraksi danpa bisa ditanggulangi. Ternyata iblis laknat ini ‘menanam’ orangnya di kota kerajaan. Siapa pengkhianat ini?

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Aksi Sanggaliwung

    Sebelum menemukan satu cara untuk menghadapi jurus lawan, tiba-tiba Suro Joyo tertawa-tawa riang. Dia ingat sesuatu. Sesuatu itu adalah nama jurus terakhir yang akan dikeluarkan lawannya. ”Hehehe..., aku sudah tahu sekarang!” kata Suro Joyo. “Kamu mau mengeluarkan Jurus Ular Api Neraka. Iya kan? Ah..., tapi aku ngak percaya kalau jurusmu itu hebat. Soalnya caranya seperti cacing kepanasan... !” ”Suro Joyo! Tak perlu banyak bacot! Sekarang bersiap-siaplah kukirim ke neraka, hiaaat…!” teriak Sanggariwut sambil melompat tinggi dengan gerakan tangan siap mencakar lawan. Gerakan cepat yang dilakukan Sanggariwut ini merupakan kembangan dari jurus mautnya. Kembangan jurus ini dinamakan gerakan ’Ular Neraka Mematuk Mangsa.’ Sanggariwut meluncur ke arah Suro Joyo untuk mencakar wajah lawan. Secara sigap, Suro Joyo melibaskan pedang saktinya untuk menebas leher Sanggariwut. Namun Sanggariwut malah menggenggam ujung pedang Suro Joyo dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kiri siap mencakar

  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Jurus Terakhir

    ”Kalau kamu tak percaya, akan kubuktikan sekarang juga, hiaaat...!” seru Wadungsarpa sambil menusukkan kerisnya ke arah leher lawan.Sargo cepat menangkis dengan pedangnya. Terdengar dentingan nyaring disertai sinar berkilatan. Saat pedang Sargo berbenturan dengan keris lawan, pedang itu patah menjadi beberapa bagian.Senapati Pulungpitu itu terbelalak kaget. Wadungsarpa tak memberi kesempatan, dia segera melesat cepat dengan ujung keris mengarah dada lawan.Gerakan Wadungsarpa sangat cepat, membuat Sargo panik. Dia tak mungkin menangkis senjata sakti Wadungsarpa hanya dengan menggunakan pedang yang tinggal gagangnya! Ketika Sargo sedang berpikir untuk menyelamatkan diri, Keris Kawungtunjem terus melesat untuk menembus jantungnya!Secara tak terduga, tiba-tiba terdengar ledakan keras. Baru saja terjadi benturan keras antara Keris Kawungtunjem dengan Pedang Dadaplatu. Benturan dua senjata sakti juga menimbulkan pijaran api. Pedang sakti berkelo

  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Bertemu Musuh Lama

    “Bisa saja. Makanya, aku lebih baik menjadi pendekar pengembara.”Kedua pendekar muda itu bercakap-cakap cukup lama. Sampai tak menyadari kehadiran Ratri di dekat mereka.”Oh, Nona Ratri!” sapa Sargo yang lebih dulu mengetahui kehadirannya. ”Belum tidur?””Belum, aku merasa sulit tidur. Maka aku kemari kerena juga ada perlu dengan Suro,” jawab Ratri. Sekaligus menyuruh Sargo meninggalkan tempat itu secara halus.”Kalau begitu, aku permisi dulu,” kata Sargo tahu diri.“Maaf, Senapati, kalau mengganggu.”“Tidak apa-apa, Nona. Mari Suro!””Mari,” sahut Suro Joyo. Lalu Sargo bergegas masuk ke rumah.Samar-samar wajah cantik Ratri diterangi oleh sinar lentera yang tergantung di teras. Sebenarnya dada Suro Joyo sedikit berdesir-desir seperti orang naksir. Namun dia tahan sekuat tenaga. Untuk saat ini dia belum berminat memikirkan kekasih.

  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Membalikkan Ajian Lawan

    Keksi Anjani menghantamkan Ajian Maruta Seketi ke arah dada Miguna. Hantaman angin puting beliung siap menghempaskan tubuh tua itu sejauh ribuan tombak. Atau bisa juga membenturkan tubuh Miguna dengan benda keras hingga remuk!Terdengar suara puting beliung menggiriskan hati.Miguna memutar pedang saktinya di depan dada. Lalu dia silangkan pedang di depan dada. Ketika angin puting beliung menghantam dada, angin deras itu membalik ke arah Keksi Anjani!Keksi Anjani menghindar, angin puting beliung menghantam pendapa kalurahan hingga berkeping-keping! Pendapa Jenggalu hancur berkepingan terkena terjangan Ajian Maruta Seketi.Putri Siluman Alan Waru itu tertegun setelah tahu bahwa ajiannya dapat ditangkis dan dibalikkan oleh lawan. Lawan yang sudah tua renta lagi! Sungguh malu dan geram Keksi Anjani atas kenyataan dihadapi.Keksi Anjani mencabut pedangnya. Pedang tipis tersebut akan dia padukan dengan gerakkan yang cepat seperti siluman untuk menyeran

  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Aksi Miguna yang Tak Terduga

    Di tengah berkecamuknya pertarungan, tiba-tiba Sanggariwut dan Keksi Anjani terjun di arena pertempuran. Mereka mengamuk ke dalam barisan prajurit Pulungpitu. Para prajurit yang bersenjata pedang itu bertumbangan terkena sabetan selendang Keksi Anjani yang mematikan.Sudah beberapa saat berlalu pertarungan semakin seru. Para prajurit yang bertarung melawan anak buah Wadungsarpa tidak merasa kesulitan dalam merobohkan lawan. Karena anak buah Wadungsarpa memang tidak begitu pandai memainkan jurus pedang. Jadi dengan mudah dapat dirobohkan.Pertarungan semakin seru juga terjadi antara Taskara melawan Bremara. Taskara telah mengeluarkan senjata andalannya berbentuk trisula. Bremara pun mengeluarkan tongkat semu dari balik pinggang. Taskara langsung menusukkan senjatanya ke arah lawan. Bremara menangkis senjata lawan dengan tongkat semunya. Beberapa kali dia berhasil menangkis trisula lawan. Pada satu kesempatan Bremara mengetokkan tongkatnya

  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Serangan dari Pulungpitu

    ”Kalau kamu masih penasaran dan ingin bertarung denganku, kutunggu di Jenggalu!” seru Sanggariwut sambil melesat pergi bersama Keksi Anjani. Mereka melesat ke arah selatan, menuju Jenggalu. Sepeninggal mereka, Suro Joyo segera mendekati Sargo yang tertelungkup di tanah. Di punggungnya yang robek terlihat dua tapak kaki yang gosong. Suro Joyo pernah mendengar tentang Jurus Ular Api Neraka yang hanya dimiliki Sanggariwut. Tendangan maut itu kalau dilakukan secara sempurna, maka yang ditendang akan jebol dan gosong. Mungkin tendangannya tadi kurang sempurna, sehingga punggung Sargo hanya gosong. Tapi, masih hidupkah dia? Suro Joyo meraba pergelangan Sargo. Ternyata masih ada denyutan. Berarti senapati muda itu masih hidup. Segera Suro Joyo mencabut pedang saktinya. Dia tempelkan gagang pedang pada punggung Sargo yang gosong. Hal itu untuk menyerap hawa panas akibat tendangan jurus maut dari Sanggariwut. Setelah tubuh Sargo normal, Suro Joyo mengembalikan pedangnya di sarung yang meling

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status