Tn. Kinshiki sendiri bukanlah orang sembarangan, di Kekaisaran Matahari, Tn. Kinshiki memiliki kedudukan yang cukup penting. Yaitu sebagai penasehat Kekaisaran Matahari. Kedudukan ini tentu saja bukannya sekedar didapatnya dari kemampuannya berdiplomasi, tapi juga karena kemampuan beladirinya yang sudah dianggap sangat tinggi. Bahkan hampir setingkat dengan Raja Perang.
Dalam seni beladiri di Kekaisaran Matahari, ada beberapa tingkatan dalam tingkatan seni beladiri, yaitu : Raja Senjata, Raja Perang dan yang paling tinggi, tingkatannya disebut sebagai Dewa Perang. Jadi dengan status Raja Perang, kemampuan beladiri Tn. Kinshiki dianggap cukup mumpuni.
“Jangan memaksakan keberuntunganmu, anak muda. Ada pepatah dari negeri ini, mulutmu adalah harimaumu. Kesombonganmu akan menjadi senjata makan tuan untukmu” ucap Tn. Kinshiki dengan dingin.
“Ha ha ha...! Kau ini tidak punya otak, atau memang mati otak. Sudahlah tinggal menumpang di negeri kami, malah memakai pepatah negeri kami. Apa negerimu sudah kekurangan kata-kata, Ha!” bentak Baraka tak kalah panas.
Baraka sudah mengetahui bagaimana Kekaisaran Matahari saat ini sudah menancapkan kekuasaan yang sangat besar di Tanah Jawa, bukannya takut. Baraka malah geram saat dia mendengar cerita itu, dan kegeraman itu kini di tumpahkannya kepada rombongan Kekaisaran Matahari tersebut.
Orang-orang yang ada ditempat itu hampir saja tak dapat menahan tawa mendengar ejekan sinis Baraka, tapi tentu hal itu tak berani mereka lakukan, karena walau bagaimanapun. Mereka tidak memiliki keberanian untuk memprovokasi orang-orang dari Kekaisaran Matahari. Berbeda dengan Baraka, yang menurut mereka, Baraka mungkin tidak tahu seberapa kuat Kekaisaran Matahari.
Wajah Tn. Kinshiki berubah mengkelam mendengar kata-kata hinaan yang dilontarkan oleh Baraka, tapi mengingat Tuan Muda Kazikage harus segera mendapatkan pertolongan, dia harus menahan dirinya.
“Katakan, apa mau mu, anak muda?!”
“Berlutut! Dan minta maaf kepada semua orang disini!”
Lagi-lagi semua orang yang ada ditempat itu hampir saja memuntahkan segumpal darah dari mulut mereka begitu mendengar kata-kata Baraka yang memprovokasi Tn. Kinshiki.
“Cari mati dia!”
“Sudah bosan hidup itu Baraka!”
“Aku ngak ikut-ikutan dah kalau begini”
Banyak celetuk disana sini mendengar kegilaan yang Baraka buat. Tapi di tempatnya berdiri, Baraka berdiri dengan jumawanya, berkacak pinggang. Sementara itu, wajah Tn. Kinshiki kembali memerah mendengar kata-kata Baraka barusan. Tentu saja dia menolaknya. Dia lebih rela mati daripada harus melakukan hal itu. Merendahkan harga dirinya sebagai orang Kekaisaran Matahari.
Tn. Kinshiki kembali menatap kearah Tuan Muda Kazikage yang sudah di bopong oleh orang-orangnya, lalu pandangannya beralih kearah Baraka.
“Sepertinya tak ada jalan lain, kecuali aku harus membunuhmu!” kata Tn. Kinshiki dengan dingin. Sambil berkata seperti itu, Tn. Kinshiki tampak menggulung lengan baju kimononya.
“Saat aku bertarung menghadapinya, kalian bawa Tuan Muda pergi meninggalkan tempat ini!” perintah Tn. Kinshiki kepada para pengikutnya tanpa menoleh.
“Baik, Tuan Kinshi...”
Belum lagi selesai para pengikutnya menjawab, wajah mereka langsung berubah panik, mata mereka terlihat membesar. Apa yang terjadi kepada para pengikutnya membuat Tn. Kinshiki terkejut. Secara tiba-tiba saja Tn. Kinshiki merasakan bulu kuduknya merenang, instingnya mengatakan ada bahaya yang saat ini ada didekatnya.
“Sudah kubilang, tidak ada yang bisa pergi dari sini seenaknya!” sebuah suara keras terdengar, Tn. Kinshiki merasa suara itu begitu sangat dekat dengannya, hingga tanpa sadar Tn. Kinshiki menoleh kearah asal suara itu yang berasal dari arah depannya.
PLAK!
Satu tamparan keras telah menerpa wajahnya, sebelum Tn. Kinshiki dapat melihat siapa yang ada dihadapannya. Tubuh Tn. Kinshiki bergoncang dengan keras karena tamparan keras itu, tapi hebat!. Tubuh Tn. Kinshiki tidak terhempas terbang oleh tamparan itu. Tapi wajah Tn. Kinshiki langsung memerah, ada bekas telapak tangan diwajahnya.
“Ingin membunuhku! Apa kau mampu!” kembali terdengar suara dari arah depannya. Kali ini, tanpa menoleh. Tn. Kinshiki tahu, kalau yang ada dihadapannya adalah lawan yang akan dihadapinya, maka tanpa menoleh. Tn. Kinshiki langsung mengibaskan tangan kanannya dengan kekuatan penuh.
Kibasan tangan Tn. Kinshiki mengeluarkan hembusan angin yang dahsyat, tapi Tn. Kinshiki dibuat terkejut saat merasakan kibasan tangannya hanya mengibas angin.
PLAK!
Sebelum Tn. Kinshiki tersadar, satu tamparan keras kembali menghantam wajahnya. Kali ini kekuatan tamparan itu bukan untuk membuat tubuh Tn. Kinshiki terhempas terbang, melainkan mengarah kebawah. Hingga tubuh Tn. Kinshiki hampir saja tersuruk ketanah, kalau saja Tn. Kinshiki tidak dengan cepat mengerahkan tenaga dalamnya pada kedua kakinya, pasti kepalanya sudah tersuruk ke tanah.
“Kalian adalah tamu yang tak tahu diri dinegeri ini!”
Kembali suara keras Baraka terdengar.
PLAK!
Di susul dengan satu tamparan keras lagi ke wajah Tn. Kinshiki hingga membuat tubuh Tn. Kinshiki semakin tersuruk kebawah.
“Tuan Muda mu saja tak layak untuk melawanku!”
PLAK!
“Apalagi kau!”
PLAK!
Tamparan beruntun diterima oleh Tn. Kinshiki hingga akhirnya pertahanan Tn. Kinshiki roboh. Kepalanya tersuruk lebih dulu ke tanah.
“Sebaiknya kau pulang kenegerimu!”
PLAK!
Tamparan terakhir, bukan saja membuat kepala Tn. Kinshiki yang tersuruk, bahkan tubuhnya ikut terpendam ke tanah hingga menimbulkan lubang yang cukup besar.
Semua orang yang ada ditempat itu hampir saja rahangnya jatuh ke tanah melihat bagaimana Baraka memberikan tamparan beruntun dan keras kepada Tn. Kinshiki. Orang yang memiliki kedudukan yang sangat tinggi di Kekaisaran Matahari. Bahkan Baraka sampai tak memberikan kesempatan kepada Tn. Kinshiki untuk mengangkat kepalanya. Apa yang Baraka lakukan benar-benar membuat geger tempat itu. Bahkan para pengikut Kekaisaran Matahari yang ada ditempat itu sampai gemetar karena ketakutan melihat tindakan Baraka yang tidak memberikan rasa kasihan sedikitpun kepada lawannya.
Tn. Kinshiki tampak langsung pingsan dengan wajah sebelah yang bengkak seperti ikan buntal. Sementara Baraka sendiri terlihat membersihkan telapak tangannya dengan pakaian Tn. Kinshiki sendiri, seakan-akan tangannya terlalu jijik untuk menyentuh lawannya.
Melihat kedua lawannya pingsan, Baraka terlihat tersenyum puas, lalu tatapannya beralih kearah para pengikut Kekaisaran Matahari yang tersisa, tampak mereka semua gemetaran, bahkan tak sanggup untuk mengangkat kepala mereka.
“Pergi! Bawa kedua orang ini” ucap Baraka dengan tegas.
“B-B-Baik, Tuan” ucap salah seorang pengikut Kekaisaran Matahari dengan gugup.
“Sampaikan pesanku kepada pemimpin kalian. Mulai detik ini, Kekaisaran Matahari tidak akan bisa bertindak sewenang-wenang lagi di negeri ini. Jika itu mereka lakukan, maka aku sendiri yang akan mengusir kalian dari sini!”
Sungguh Arogan!
Mendominasi!
Berani!
Semua yang berada ditempat itu sampai tak bisa berkata apa-apa, sebagian kagum melihat kearah Baraka, tapi sebagian lagi terlihat takut akan balasan yang akan diberikan oleh Kekaisaran Matahari.
-o0o-
Siapakah Baraka sebenarnya?
Dia adalah PEWARIS PARA DEWA yang telah diramalkan kelahirannya sejak ribuan tahun Yang Lalu. Dan inilah kisah perjalanannya....
Seraut wajah cantik yang pandangi Baraka tanpa kesan terpikat itu segera didekati oleh sang pendekar beruban. Wajah berhidung mancung dan bermata bening ditatapnya lebih dalam lagi, kemudian barulah Baraka perdengarkan suaranya yang bergetar bagai suara orang lanjut usia."Siapakah dirimu, Nona Cantik?""Namaku Teratai Kipas. Kurasa Nyai Sapu Lanang mengenal namaku. Dan sekarang pun aku ingin bertemu dengannya.""Untuk apa kau ingin menemuinya, Nona?""Bikin perhitungan dengannya! Kuharap kau jangan menghalangi niatku, Kakek Tua. Aku tak ingin melibatkan dirimu dalam urusanku dengan Nyai Sapu Lanang!" kata Teratai Kipas dengan nada tegas. Dari ucapannya yang tegas itu terpancar dendam yang tersembunyi di dalam dada wanita cantik berkulit putih itu."Boleh kutahu masalahnya, Nona?" tanya Baraka dengan sikap ramah."Siapa dirimu sebenarnya? Sebutkan dulu!""Namaku Baraka. Aku bukan kakeknya Nyai Sapu Lanang."Wanita itu tercenung
"Sebelum kau mau melayani hasratku, kau tak akan kuberi obat penawar 'Racun Lanang Sepuh'.""Nyai, sekalipun aku mau melayani gairahmu, belum tentu akan membuatmu hamil dan mempunyai keturunan dari benihku, Nyai. Jangan terlalu yakin bahwa aku bisa memberikan keturunan padamu. Siapa tahu kau memang ditakdirkan hidup tanpa keturunan. Biar semua lelaki memberikan benihnya padamu, kau belum tentu bisa menjadi hamil, Nyai. Jadi sebaiknya lepaskanlah aku dari pengaruh racunmu itu!" bujuk Pendekar Kera Sakti kala itu."Memang belum tentu. Tapi setidaknya aku ingin mencoba menanamkan benihmu dalam rahimku. Siapa tahu justru benihmu itulah yang mampu menjadikan aku berketurunan, Baraka. Karenanya aku hanya memohon padamu untuk membuktikan kebenaran dugaan kita masing-masing. Mencoba beberapa kali tak ada jeleknya daripada tidak mencoba yang berarti tidak berusaha!"Pendekar Kera Sakti tetap gelengkan kepala. Sekalipun 'Racun Lanang Sepuh' selalu membangkitkan gairah Pen
"Oh, kau mengecewakan hatiku jika selalu menolak, Baraka.""Kau tak perlu kecewa karena pada dasarnya kita memang bukan pasangan bercinta, Nyai. Kita hanya saling bertemu di perjalanan dan tidak harus melakukan perbuatan yang hina dan rendah di mata hati kita sendiri.""Aku inginkan dirimu, Baraka. Aku inginkan sekarang juga!" bisik Nyai Sapu Lanang dalam desah tipisnya. Tapi Baraka gelengkan kepala sambil tetap sunggingkan senyumnya."Jangan paksa aku, Nyai. Berbahaya bagi dirimu jika aku meronta!""Tak akan mungkin berbahaya!" kata sang nyai, lalu tiba-tiba dari pandangan mata sang nyai melesat sinar biru bening yang amat tipis dan menghunjam masuk ke mata Baraka.Claaap...! Baraka tak sempat menghindar karena jaraknya teramat dekat. Baraka hanya rasakan adanya kejutan yang menyentakkan kepala ke belakang dan matanya terpejam seketika. Ketika ia buka mata kembali, tiba-tiba jantungnya berdetak-detak karena memandang segalanya serba gelap. Tetapi
Tetapi Nyai Sapu Lanang bukan orang berotak udang yang bisa dibuat rempeyek. Nyai Sapu Lanang cukup cerdas dalam menyimpulkan sesuatu masalah, sehingga dengan tegas ia pun berkata, "Kau tak mungkin hanya anak desa biasa! Gerakan larimu kulihat begitu cepat. Itu sudah menandakan kau berilmu tinggi. Ketika kukirimkan jurus 'Gelombang Badai' kau bisa menghentikannya dengan kekuatan batinmu. Jelas lagi bahwa kau orang yang bukan sekadar anak desa biasa, Baraka!"Pendekar Kera Sakti tarik napas. Meninggalkannya tiga langkah. Di sana ia menggaruk-garuk pantatnya. Sikapnya seakan acuh tak acuh kepada Nyai Sapu Lanang, sehingga wanita itu membatin dalam hatinya, "Agaknya ia sukar ditundukkan dengan penampilanku ini. Tak biasanya seorang lelaki yang kudekati akan menjauh. Pasti akan mendekat. Tapi kali ini agaknya pemuda itu kebalikannya, justru aku yang mendekatinya dan merasa terjerat dalam khayalanku sendiri. Oh, kali ini agaknya kau harus berjuang lebih keras lagi untuk tundukkan
PENDEKAR KERA SAKTI gunakan ilmu 'Gerak Kilat Dewa Kayangan' yang mampu berlari cepat melebihi kecepatan kilatan petir dari langit. Kecepatan gerakannya itu membuat ia bagaikan bayangan keemasan melesat terhempas angin.Sekali gerakan cepat itu bisa ditangkap oleh pandangan mata seseorang dari kejauhan. Tentunya orang yang bisa melihat gerakan cepat itu adalah orang berilmu tinggi. Jika bukan orang berilmu tinggi tak mungkin bisa melihat wujud Pendekar Kera Sakti bergerak secepat itu.Claaap...!Seberkas sinar hijau melintas di depannya. Baraka hentikan gerakan larinya karena sinar hijau itu menghantam pohon dan pohon itu langsung tumbang menghadang jalan. Jelas orang yang keluarkan sinar hijau itu bukan bermaksud melukai Pendekar Kera Sakti melainkan hanya sekadar ingin menghentikan langkah sang pendekar semata. Segera pandangi keadaan sekeliling-nya. Luka di pundak telah lenyap. Kini ia siap hadapi bahaya sebesar apa pun dan tak ingin main-main lagi.
"Siasatmu memang licik. Kau sengaja tidak keluarkan golok itu karena kau ingin mengelak dari tuduhanku! Kau pikir aku tak bisa meraba jalan pikiranmu, Maling Ganteng!"Mendengar sebutan 'maling ganteng', hati Sumbaruni dibakar oleh kecemburuan. Apalagi dilihatnya Menak Goyang tersenyum tipis dengan mata nakal memandangi Baraka. Bocah Sumbaruni makin diremas rasa cemburu, sehingga ia segera mengambil batu dan melemparkannya ke arah Menak Goyang.Wuusss...!Menak Goyang tetap diam dengan menggerak-gerakkan pinggulnya ke kanan-kiri. Lemparan batu itu segera dihadang dengan kibasan dua jarinya yang berkelebat keluarkan tenaga dalam tanpa sinar.Wuuut...! Praak...!Batu itu pecah sebelum mencapai tempatnya."Adikmu nakal sekali, Maling Tampanl Rupanya kau memang bekerja sama dengan adik kecilmu itu. Atau barangkali golok pusaka itu tersembunyi di balik tubuh adikmu itu?""Menak Goyang, percayalah padaku! Kami tidak mencuri pusaka itu. Tapi