Beranda / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / 4. Insting Pertarungan

Share

4. Insting Pertarungan

last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-12 15:10:53

“Bagaimana bisa?”

“Apa yang sebenarnya terjadi?”

“Ini gila! Apa yang terjadi?!”

Beragam komentar bermunculan diantara penonton yang masih terperangkap dalam rasa kagetnya.

Sementara itu, Baraka dengan tenang terus berjalan kearah Kazikage, seakan-akan tidak terjadi apa-apa dalam beberapa waktu yang lalu.

“Kau bilang. Kecepatan adalah seni tertinggi dalam ilmu beladiri. Huh! Pengetahuanmu terlalu dangkal. Di atas langit masih ada langit, diatas kecepatan masih ada yang lebih tinggi, yaitu insting dalam pertarungan” jelas Baraka hingga membuat wajah Kazikage berubah.

“Insting dalam pertarungan...” Kazikage sampai harus mengulangi apa yang baru saja Baraka ucapkan.

“Lebih baik kau menyerah, kau tidak akan menang” ucap Baraka dengan sinis.

Kazikage menggeram penuh kemarahan, harga dirinya benar-benar telah dipermalukan oleh seorang pemuda yang menurutnya tadi, sangat mudah untuk dikalahkan. Kazikage bangkit kembali berdiri dengan wajah beringasnya.

“Sudah kubilang, hari ini. Kalau tidak kau yang mati, aku yang akan mati!” bentak Kazikage dengan hatinya yang keras.

Baraka hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kekeras-kepalaan lawannya. Kazikage sendiri terlihat kembali menghimpun kekuatannya.

Zlaap...!

Kedua mata Kazikage tiba-tiba saja membesar, saat melihat lawannya tiba-tiba saja menghilang, belum lagi hilang rasa terkejutnya, Kazikage kembali dikejutkan karena tiba-tiba saja sosok lawannya sudah berdiri tepat didepannya.

Cepat sekali!

PLAK!

Satu tamparan keras kembali menghempaskan sosok Kazikage.

Zlaap...!

Kembali sosok Baraka menghilang dalam pandangan setiap orang.

PLAK!

Sosok Kazikage yang masih terhempas terbang, kembali menerima tamparan keras oleh Baraka dengan punggung tangannya, hingga kembali menghempaskan sosok Kazikage.

Zlaap...!

PLAK!

Begitu seterusnya yang terjadi, sosok Kazikage terus dihempas terbang oleh tamparan Baraka. Kemanapun sosok Kazikage terhempas, kesana sosok Baraka menantinya. Sosok Kazikage seperti balon yang tengah dipermainkan oleh seorang anak-anak yang terus dihempaskan kesana kemari.

Zlaap...!

PLAK!

Bahkan sebelum tubuh Kazikage menyentuh tanah. Dirinya sudah kembali dihempaskan terbang.

“HENTIKAN!” tiba-tiba saja Kazikage berteriak dengan keras seraya mengangkat tangannya keatas, sebagai tanda dirinya menyerah. Baraka yang ada dihadapannya dengan tangan terangkat pula, sudah siap untuk menghempaskan kembali sosok Kazikage dengan tamparannya. Tapi melihat Kazikage menyerah, Baraka menghentikan tindakannya.

Sosok Kazikage benar-benar menyedihkan. Tersuruk dibawah telapak kaki Baraka dengan wajah yang sudah bengkak seperti ikan buntal. Sungguh mengenaskan sekali nasib Tuan Muda dari Kekaisaran Matahari tersebut.

“Kenapa?! Bukankah tadi kau bilang ingin mati! Apa sekarang kau menyerah! Sungguh memalukan” kata-kata Baraka membuat semua orang yang ada ditempat itu gempar.

Sombong!

Arogan!

Mendominasi!

Sungguh luar biasa! Mungkin itu kata-kata yang pantas disematkan untuk Baraka saat ini. Bahkan dalam pandangan Malagha. Sosok Baraka benar-benar sangat gagah dengan kharisma seorang Tuan Muda.

Tak dapat dibayangkan bagaimana perasaan Kazikage saat ini. Rasa benci dan malu bercampur menjadi satu dan hal ini bisa menimbulkan rasa nekat di diri seseorang. Inilah yang melandasi pemikiran Kazikage, melihat sosok lawannya begitu dekat dengannya, niat membunuh Kazikage menyeruak, tidak peduli bagaimana tanggapan orang-orang dengan tindakan pengecut yang dilakukannya. Saat ini dendam membara telah menyeruak didalam hatinya.

Sayang, Kazikage tidak mengetahui kalau hasrat membunuhnya yang besar telah dirasakan oleh Baraka. Maka ; “Mati kau! Khaa...!”

PLAK!

Belum lagi Kazikage menyelesaikan ucapannya untuk menyergap lawannya dalam jarak dekat. Tiba-tiba saja satu tamparan keras kembali membuat tubuhnya terbang. Kali ini hempasan tubuhnya sangat jauh hingga mencapai tempat dimana rombongannya berada. Bahkan beberapa orang pengikutnya yang mencoba menahan hempasan tubuhnya sampai ikut terhempas jatuh.

Selanjutnya sosok Kazikage terlihat terkapar tak sadarkan diri, wajahnya benar-benar bengkak lebih besar dari ikan buntal. Dari mata, hidung, telinga dan mulut. Semuanya mengeluarkan darah.

Seorang laki-laki berperawakan gagah yang memang sejak awal berada di rombongan Kazikage, dengan serta merta mendekati sosok Tuan Muda Kazikage, wajahnya yang semula memancarkan aura yang sangat luar biasa, kini terlihat panik melihat keadaan Tuan Muda Kazikage. Dia adalah orang kepercayaan Tuan Muda Kazikage yang dipercaya oleh Kekaisaran Matahari. Namanya Tn. Kinshiki.

Lelaki ini terlihat segera memeriksa keadaan Tuan Muda Kazikage dan terlihat dia menarik nafas lega saat merasakan Tuan Muda Kazikage masih hidup. Bila sampai Tuan Muda Kazikage sampai tewas dalam pertarungan, maka nyawanyapun akan ikut melayang sebagai bentuk pertanggung jawabannya kepada Kekaisaran Matahari.

Hal ini yang tadi sempat membuatnya panik. Setelahnya, Tn. Kinshiki memerintahkan orang-orangnya untuk segera membawa sosok Tuan Muda Kazikage untuk segera pergi meninggalkan tempat itu. Tuan Muda Kazikage harus segera mendapatkan perawatan, jika tidak. Keadaannyapun akan sangat berbahaya. Tapi baru beberapa langkah mereka mau beranjak pergi.

“Siapa bilang, kalian bisa pergi seenaknya dari tempat ini!” sebuah suara terdengar menggema ditempat itu.

Semua perhatian langsung beralih kearah asal suara, termasuk Tn. Kinshiki dan rombongannya. Ternyata suara itu berasal dari sosok, Baraka.

Tn. Kinshiki sendiri kini menatap Baraka dengan tatapan penuh kebencian. Lalu dengan tenang dia membalikkan tubuhnya kearah Baraka.

“Apa maumu, anak muda? Bukankah sudah cukup kau mempermalukan Tuan Muda Kazikage. Kekaisaran Matahari pasti tidak akan tinggal diam dengan masalah ini” kata Tn. Kinshiki dengan dingin. Aura dahsyatnya merembes keluar dari tubuhnya, membuat semua orang yang ada ditempat itu bergidik.

Beberapa orang yang ikut bersamanya, tampak meraih katana yang ada dipinggang mereka. Bersiap menerima perintah, bila Tn. Kinshiki memerintahkan mereka untuk membunuh Baraka.

“Kau kira aku perduli. Kekaisaran Matahari tidak ada apa-apanya bagiku” kata Baraka dengan sombong.

Huff..!

Hampir saja semua orang ditempat itu memuntahkan darah dari mulut mereka melihat kearogansian Baraka. Bahkan Tn. Kinshiki sendiri mengerutkan kening dengan mata yang berkedut. Baru kali ini ada orang yang tidak takut mendengar nama Kekaisaran Matahari.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1328. Part 3

    Dalam keadaan terluka berbahaya seperti itu, seandainya Dara Cupanggeni alias Perawan Tanpa Tanding itu lepaskan jurus 'Bias Dewa'-nya, pasti Baraka tak akan dapat menangkisnya lagi. Sinar merah itu akan menghantam leher Pendekar Kera Sakti, dan nasib si tampan akan berakhir sampai di situ saja. Itulah pertimbangan seorang tokoh yang menyambar Baraka.Sampai di suatu tempat, Baraka dibaringkan di bawah pohon. Ternyata keadaannya sudah semakin parah. Kulitnya mulai keluarkan bintik-bintik merah menyerupai ujung darah. Pandangan matanya kian buram, sehingga tak bisa melihat jelas siapa orang yang telah menyambarnya sampai ke situ. Kemudian Baraka dapat merasakan sesuatu yang hangat menyelimuti dirinya.Rupanya kepergian tokoh yang menyambar Baraka itu segera diikuti oleh si Bongkok Sepuh. Sampai di tempat itu, Bongkok Sepuh pandangi tokoh penolong Baraka yang mengenakan pakaian ketat ungu muda model angkin sebatas dada berhias benang emas di tepiannya. Tokoh itu adalah s

  • Pendekar Kera Sakti   1327. Part 2

    "Alasanku adalah demi perdamaian di antara sesama dan demi keselamatan jiwamu juga. Dewi Pedang dan Setan Bodong adalah dua tokoh yang tak bisa ditumbangkan dengan sekali-dua kali gebrak saja.""Kau salah duga," kata gadis itu sambil tertawa kecil."Justru aku akan memperlihatkan kepada mata para tokoh persilatan bahwa Dewi Pedang akan menjadi belatung dalam dua kejap netra saja oleh Perawan Tanpa Tanding!"Senyum Baraka mulai sinis karena menahan kejengkelan. "Sesumbarmu sangat berbahaya, Dara Cupanggeni. Dewi Pedang jangan disamakan dengan tokoh sakti lainnya. Sekalipun kau mempunyai ilmu 'Darah Gaib' dan 'Bias Dewa' tapi kau akan hancur lebih dulu sebelum bertemu dengan Dewi Pedang."Gadis itu mulai curiga. Mulutnya diam terkatup, matanya tajam memandang. Akhirnya terlontar pula pertanyaan dari kecurigaannya itu,"Kau tahu tentang dua jurus andalanku itu? Kau bersikap menghalangi niatku untuk melawan Dewi Pedang? Siapa kau sebenarnya?""A

  • Pendekar Kera Sakti   1326. Perawan Tanpa Tanding

    BARAKA melesat turun tebing gunakan Gerak Kilat Dewa Kayangannya. Dalam waktu sekejap ia sudah berdiri di depan Dara Cupanggeni. Kemunculannya membuat gadis itu terhenyak dan berhenti melangkah dalam seketika. Matanya memandang lembut dan tak berkedip. Baraka sengaja sunggingkan senyum menawan agar gadis itu tak lekas-lekas lakukan penyerangan berbahayanya.Di tempat persembunyian, di antara pohon dan semak, mata si Bongkok Sepuh memperhatikan pertemuan dua tokoh muda itu dengan hati berdebar-debar. Bahkan tokoh tua itu sempat membatin; "Moga-moga murid Setan Bodong mampu kalahkan kekuatan Dara Cupanggeni dengan caranya yang tak bisa kubayangkan. Jika pemuda itu gagal, maka keganasan Dara Cupanggeni akan melebar ke mana-mana dan menguasai dunia persilatan. Dia bisa menjadi tokoh lalim yang tak kenal belas kasihan kepada siapa pun."Bongkok Sepuh sering mendengar kehebatan ilmu murid si Setan Bodong, tapi hatinya masih saja berdebar-debar mengetahui siapa lawan

  • Pendekar Kera Sakti   1325. Part 25

    Brruk...! Brruk...! Gusraak...!Kapak Iblis terseret menjauh hingga membentur onggokan batu. Setan Akhirat tersedak satu kali ketika berusaha bangkit. Ternyata sedakan itu keluarkan darah kental dari mulutnya. Wajah dinginnya semakin pucat, mata tajam kian meruncing pandangannya. Ia tetap bangkit untuk lakukan pembalasan. Tetapi tiba-tiba Dara Cupanggeni kelebatkan tangan kanannya. Jari telunjuknya berdiri tegak dan mengeras, seperti lakukan totokan dari jarak jauh. Namun yang terjadi bukan jurus totokan, melainkan jurus maut yang menjadi andalannya. Ujung jari telunjuk itu lepaskan selarik sinar merah yang mampu bergerak cepat dan memanjang sampai sasarannya.Ciaaap...!Setan Akhirat tak bisa menghindar atau menangkis, karena pada saat sinar merah itu melesat dari jari gadis tersebut, tubuhnya diam tak bergerak, seakan menjadi patung di tempatnya berdiri. Tentu saja sinar merah itu dapat kenai sasaran dengan tepat. Leher Setan Akhirat adalah sasaran yang dituju

  • Pendekar Kera Sakti   1324. Part 24

    Suuut...!Gadis itu cepat palingkan wajah ke kiri dan gerakkan tangan kanannya dalam keadaan terbuka menghadap lawan.Wees...! Tenaga dalam besar yang dilepaskan Setan Akhirat itu membentur telapak tangan Dara Cupanggeni, bagai terkumpul jadi satu di tangan itu. Dara Cupanggeni segera menggenggam seakan menangkap tenaga dalam itu, lalu memutar tangannya dan menyentakkan kembali ke depan dalam keadaan telapak tangan terbuka ke atas dan disodokkan ke depan.Wuuut...! Baaahg...!"Heegh...!" Setan Akhirat mendorong mundur dengan mendelik, kakinya tak menyentuh tanah sampai akhirnya membentur sebongkah batu cadas.Buuhg...!Baraka bergumam lirih di samping Bongkok Sepuh, "Gila! Tenaga lawan dapat ditangkap dan dikembalikan seenaknya saja!"Bongkok Sepuh berujar, "Itu belum seberapa. Jurus-jurus yang dimainkan gadis itu masih merupakan jurus-jurus kecil yang kumiliki juga.""Mengapa ia tidak segera gunakan jurus mautnya?""Kur

  • Pendekar Kera Sakti   1323. Part 23

    "Apakah kesaktianmu tak mampu ungguli kesaktian gadis itu?"Bongkok Sepuh diam sebentar, matanya tetap memandang ke bawah, ke pertarungan antara Dara Cupanggeni dengan Kapak Iblis dan Setan Akhirat yang sudah dimulai walau baru secara kecil-kecilan saja. Mata itu menerawang dalam memandang, karena mulut Bongkok Sepuh berkata datar, "Sunti Rahim sebenarnya guruku sendiri.""Hah...!" Baraka jelas-jelas terperangah. "Ja... jadi usiamu dengan Nyai Sunti Rahim lebih tua dia?""Lima belas tahun lebih tua dariku," jawab Bongkok Sepuh. "Ilmu pengawet ayunya itulah yang membuatku jatuh cinta padanya ketika itu. Dia tokoh wanita yang sakti, mendapat warisan ilmu dari eyangnya sejak berusia tujuh tahun. Separo ilmunya sudah diturunkan kepadaku, tapi aku tergoda oleh Bibi Gurumu, dan akhirnya kami berpisah. Aku terpaksa berguru kepada tokoh sakti lainnya. Namun kesaktianku tetap saja tidak bisa mengungguli Sunti Rahim.""Kenapa waktu itu Sunti Rahim tidak melabrak Bi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status