Share

532. Part 9

last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-07 01:02:20

"Kaukah yang bernama Baraka?!"

"Tak salah dugaanmu, Perawan Sesat."

"Kau harus ikut aku menghadap guruku sekarang juga!"

"Aku tidak bisa sebelum kau sembuhkan orang-orang ini dan sebelum kau bangkitkan mereka yang mati!"

"Kalau begitu aku perlu menyeretmu, Baraka!"

"Jika itu yang terbaik bagimu, lakukanlah!"

Baraka angkat bahu seakan pasrah.

"Kau tidak takut dengan pedangku ini, Baraka?!"

"Pedang apa?! Kau tidak memegang pedang!"

Perawan Sesat mendongak ke atas memandang pedangnya. Ia terperanjat setengah mati melihat pedang itu hilang lenyap tanpa bekas. Yang tinggal hanya bagian gagangnya yang masih dengan kuatnya digenggam memakai kedua tangan.

Seketika itu wajah Perawan Sesat pucat pasi merasa kehilangan pedang. Ia tak menyadari saat Baraka melompati atas kepalanya, Baraka sempat meniup dari mulutnya. Memang hanya sebentar, tapi punya kekuatan ilmu yang mampu menghilangkan benda yang tersentuh tiupan Baraka. B

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1350. Part 5

    Tak heran jika tubuh gemuk Mulut Petir itu tahu-tahu terkapar di samping semak dalam jarak enam langkah dari tempatnya berdiri tadi."Aaaow...!" Mulut Petir mengerang kesakitan sambil pegangi kaki kanannya. Ia masih duduk di tanah dengan mata terpejam menahan rasa sakit yang luar biasa itu. Keadaan tersebut ganti membuat Sangkur Balang terperanjat heran, matanya terbuka lebar memandangi temannya.Mulut Petir segera membuka mulutnya dan berteriak, "Huaaah...!"Dari mulut itu keluar sinar biru bagaikan kilatan guntur yang meleset dan menerjang Baraka.Clap, clap, clap...!Pendekar Kera Sakti tidak menangkis melainkan sentakkan kaki dalam gerakan miring dan tubuhnya melompat ke samping, bersalto dua kali hingga mendarat di sebelah kanan Sangkur Balang. Sedangkan tiga cahaya kilatan petir itu menghantam tiga pohon yang ada belakang Baraka.Duaaar...! Deeer...! Blegar...!Tak ayal lagi, tiga pohon itu terbelah dan hancur. Hanya asap sisa t

  • Pendekar Kera Sakti   1349. Part 4

    "Ha, ha, ha, ha, ha."Bbbrrr...!Daun-daun berguguran, tanah berguncang, getaran tanah sampai membuat pohon-pohon terjungkal nyaris tumbang. Sangkur Balang sendiri terbanting jatuh karena sikap berdirinya sedang garuk-garuk kaki kiri memakai kaki kanannya saat tawa itu terdengar. Sangkur Belang cepat berdiri dan menabok punggung Mulut Petir,Ploook...!"Lain kali kalau tak ada bahaya jangan tertawa!" sentaknya dalam geram.Baraka membatin, “Hebat! Rupanya tawa si Mulut Petir selalu disertai dengan gelombang tenaga dalam yang menggetarkan bumi? Padahal tawanya tadi tidak keras. Bagaimana jika ia tertawa keras dan terbahak-bahak? Pohon di belakangku itu pasti bisa tumbang."Pikiran itu segera dilupakan sesaat, karena Baraka Sining melihat si kurus Sangkur Balang itu maju dekati Dewi Angora. Gadis itu mundur satu tindak, merasa takut disentuh atau jijik melihat kulit Sangkur Bajang yang burik itu. Berbeda dengan kulit tubuh gemuknya Mulut

  • Pendekar Kera Sakti   1348. Part 3

    "Aku dikejar-kejar oleh orangnya Tuanku Nanpongoh..."Pendekar Kera Sakti memutus kata, “Siapa Tuanku Nanpongoh itu?”Gadis mungil itu memandang Baraka dengan sikap protes, "Jangan berlagak bodoh. Kau sudah tahu siapa orang itu."Mau tak mau Baraka hanya sunggingkan senyum berkesan canda. Padahal dalam hatinya membatin, “Sumpah mati aku belum tahu siapa Tuanku Nanpongoh itu. Tapi kalau aku ngotot, pasti gadis ini tidak percaya dan akan semakin ngotot, ia merasa sudah mengenalku. Perdebatan tak akan menjadi ada habisnya kalau aku ngotot menyatakan diri belum mengenalnya. Sebaiknya kuselidiki sendiri dari ceritanya nanti."Baraka segera ajukan tanya, "Kenapa kau dikejar-kejar oleh orangnya Tuanku Nanpongoh?"Gadis itu memandang lagi dengan sikap kesal. "Pura-pura tidak tahu!" ucapnya dalam gerutu.“Anggap saja aku tidak tahu, Tolong jelaskan."Tapi sebejum gadis itu bicara, tiba-tiba dua kelebat bayangan melintas

  • Pendekar Kera Sakti   1347. Part 2

    Dengan masih belum berani melirik ke arah benda yang dipegangnya, tangan itu bergerak pelan sekali. Seakan meraba untuk menjajagi apa sebenarnya dipegangnya itu. Rabaannya sampai ke lima jari kaki Baraka. Terdengar gadis itu berkata lirih, “Wah, benar... pasti ular! Ular bermata lima, Celaka! Mati aku kalau begini. ini mata ular apa jalu ular?"Si gadis segera meraih gagang pedangnya untuk dicabut. ia akan tebas ular yang dipegangnya itu dengan pedang. Tetapi sebelum pedang terhunus, Baraka yang takut dipotong kakinya segera berkata menegur sopan, "Aku bukan ular kok, Neng...!""Hahhh...!" gadis itu kaget dan memekik, segera memandang ke atas, menatap pemuda tampan sesaat, matanya menjadi redup, tubuhnya melemas dan ia pun jatuh melayang karena pingsan."Lho...? Kok malah pingsan?!" Baraka segera bergerak turun dengan gunakan ilmu ‘Kelana Indra’-nya. Baraka bergerak dengan sangat ringan dan cepat.Wuuusss..,! Tubuh gadis yang he

  • Pendekar Kera Sakti   1346. Pendekar Kera Sakti Kembar?

    LANGIT berwarna merah tembaga. Matahari fajar memantulkan sisa cahayanya yang semakin menipis. Lalu sang matahari pun pelan-pelan tersembul dari balik bukit sebagai tanda bahwa pagi kian menua. Matahari itu terlihat jelas dari ketinggian sebuah pohon. Di pohon itu sepasang mala mula memandangi alam pagi. Pemuda tersebut berambut agak pendek dengan poni yang menghiasi jidadnya. Wajah tampannya bersih tanpa kumis dan jenggot. Pakaiannya masih itu-itu saja rompi kulit ular emas tanpa lengan, entah berapa hari sekali dicucinya. Di punggung lengan kirinya, terlihat rajah naga emas melingkar. Tak lupa sebuah seruling berwarna keemasan tampak tersampir di sabuk pinggangnya yang juga berwarna keemasan, juga gelang-gelang keemasan yang ada dikedua lengan tangannya. Ciri-ciri itu sangat dikenal di kalangan para tokoh persilatan. Hanya ada satu orang berciri tampan dan berwajah sedikit polos, yaitu Pendekar Kera Sakti muridnya si Setan Bodong. Orang lebih sering memanggilnya Baraka. T

  • Pendekar Kera Sakti   1345. Part 20

    "Coba kau periksa gua itu, dan aku akan mengikutinya dari belakang!" kata Angin Betina, lalu ia melesat berpindah pohon tanpa timbulkan suara. Baraka segera melesat ke arah gua dengan melintasi dahan-dahan pohon lainnya. Dara Cupanggeni berjalan dengan gontai, seperti orang putus asa.Baraka terkejut melihat gua dalam keadaan kosong. Dewa Rayu tak ada di tempat, tapi baju dan celananya tertinggal di sana, juga suling mustikanya."Ke mana perginya? Apakah dia pergi tanpa kenakan pakaian apa-apa?"Baraka segera susul kepergian Perawan Tanpa Tanding. Tapi pada waktu itu Perawan Tanpa Tanding sudah terhenti langkahnya karena Angin Betina nekat menghadang dari arah depan. Perawan Tanpa Tanding segera tegakkan badan dan pasang lagak sebagai orang yang tidak mengalami duka apa pun."Siapa kau?" sapanya dengan ketus kepada Angin Betina."Angin Betina! Aku kekasih Baraka! Kau ingat saat bertemu dengan Sumbaruni? Akulah yang dihajar habis-habisan oleh peremp

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status