"Berapa banyak punggawa Kerajaan yang telah Paman temui dan setuju dengan rencana ini?" lanjut tanya sang Pangeran.
"Tidak kurang dari seratus punggawa Kerajaan yang telah saya temui Nanda Pangeran, mulai dari yang ada di dalam Istana sampai yang berada di daerah setingkat Bekel dan Kuwu. Dan saya bisa pastikan kalau mereka semua siap mendukung dengan rencana kita ini," tutur Rakryan Dipasena dengan sangat yakin.
"Baguslah kalau begitu, saya sangat senang mendengarnya Paman Dipasena, dan saya juga sangat berterimakasih kepada Paman Dipasena karena telah memberi tahu tentang masalah ini," ucap Pangeran Cayapata sambil menatap kepada Rakryan Dipasena.
Merasa rencananya telah berhasil lalu Rakryan Dipasena pun bergumam dalam hati.
'Nampaknya rencana yang aku buat akan berjalan dengan lancar. Setelah Adhinata gagal jadi wakil Patih Kerajaan aku harus segera menyiapkan rencana selanjutnya, yaitu memanfaatkan Cayapata untuk menggulingkan
"Oh, maaf Gusti Prabu Jayantaka ... sungguh ini di luar dugaan saya. Kemarin waktu saya di sini, semua ini tidak ada Gusti, tapi Gusti Prabu tenang saja, habis ini akan langsung saya perintahkan para prajurit untuk segera membereskannya," tutur sang Patih dengan menundukkan muka ke bawah karena menahan malu. Lalu Patih Badrika pun bertanya-tanya dalam hati.'Kurang ajar! Siapa ini yang berani-berani mabok disini? Apa jangan-jangan ini perbuatan Pangeran Cayapata?' gumam sang Maha Patih sambil mengerutkan keningnya.'Yah, memang siapa lagi yang berani mabok di tempat ini kalau bukan Pangeran?' lanjut gerutu Patih Badrika dalam hatinya."Coba Paman Patih cari tau, ini semua perbuatan siapa?" perintah Prabu Jayantaka."Baiklah Gusti ..." setelah mengucapkan salam hormat Patih Badrika pun segera bergegas mencari seseorang untuk dia tanya."Oh, itu di sana ada Prajurit sebaiknya aku tanya saja kepadanya." Baru saja Patih Badrika mau m
Sementara itu beberapa Prajurit yang sejak tadi memang sudah mengawasi temannya yang sedang menghadap Gusti Patih itu pun langsung berlarian mendekat begitu tahu kalau dirinya dipanggil."Ayo kalian ikut bantu membersihkan ini semua!" ucap Patih Badrika dengan tegas."Siap Gusti Patih ...!" sahut para Prajurit dengan kompak, lalu mereka pun langsung membersihkan dan merapikan tempat itu bersama-sama.Dan tidak butuh waktu lama akhirnya para Prajurit itu pun selesai membereskan tempat itu dari sisa-sisa pesta mandiri Pangeran Cayapata. Dan sang Patih pun juga sudah memastikan bahwa keadaan di situ telah benar-benar bersih dan siap untuk digelarnya sebuah pesta.Menjelang malam tiba, nampak para Prajurit yang ditunjuk sebagai seksi perlengkapan terlihat pada sibuk mempersiapkan obor sebagai penerangan di alun-alun dan sepanjang jalan yang menuju ke Istana. Dan begitu malam tiba suasana meriah pun mulai terasa.Meskipun acara p
Prabu Jayantaka terus berjalan menaiki anak tangga yang berjumlah tujuh itu. Dan sebagai bentuk penghormatan nampak semua punggawa Kerajaan berdiri dengan menundukkan kepalanya hingga sang Prabu sampai di singgasananya."Duduklah," pinta sang Prabu dengan masih berdiri sambil menghadap para punggawanya, sebelum akhirnya beliau sendiri juga mengambil posisi duduk.Tidak lama setelah Prabu Jayantaka dan rombongannya duduk di kursinya masing-masing, acara pembuka pun dimulai dengan menampilkan para penari yang didatangkan dari seluruh Desa yang ada di wilayah Kerajaan Karma Jaya sebagai perwakilan dari masing-masing Desa tersebut."Hadirin, penduduk negeri Karma Jaya ..."ujar sang pemandu acara memulai."Selamat datang kembali di acara pesta tahunan kali ini, semoga kesejahteraan senantiasa menaungi kita semua ... saya selaku pemandu acara pesta sangat tahu, bahwa kalian semua sudah tidak sabar untuk menyaksikan dan mengikuti se
"Jangan sampai lupa Nanda Pangeran, sudah hampir tiba saatnya Nanda Pangeran angkat bicara," ujar Rakryan Dipasena."Tenang Paman Dipasena, saya sudah mempersiapkan semuanya," balas Pangeran Cayapata meyakinkan.Sementara itu setelah merasa cukup mengitari panggung untuk menyapa rakyatnya Prabu Jayantaka pun memulai pidatonya : "Seluruh rakyat Karma Jaya yang aku cintai dan aku banggakan ... sebelum aku menyampaikan pidatoku terlebih aku mengucapkan syukur kepada Shang Yang Widhi atas karunia yang dilimpahkan kepada kita semua ... Om ... Santi ... Santi ... Om ..."Demikianlah pembukaan pidato dari Prabu Jayantaka, dan selanjutnya beliau pun menyampaikan beberapa hal penting terkait kebijakan kerajaan yang tentunya membuat gembira bagi rakyat negeri Karma Jaya, seperti contoh pembebasan pajak dan pembukaan lahan pertanian baru yang nantinya akan dihibahkan kepada pejabat setingkat lurah untuk supaya dikelola dan hasilnya nanti akan diberikan un
Tidak terkecuali Gusti Prabu Jayantaka sendiri. Sang Raja yang baru saja sembuh dari penyakitnya itu juga langsung terkejut melihat sikap yang ditunjukkan oleh Putranya itu. Selagi semua masih tercengang melihat sikap sang Pangeran, tiba-tiba Gusti Prabu Jayantaka langsung menanggapi ucapan Putranya itu."Ada apa kamu ini Cayapata? Apa yang membuatmu sampai bilang begini?" tanya sang Raja sambil menatap tajam kepada Putranya itu.Lalu dengan beraninya sang Pangeran yang telah berdiri itu langsung turun dari panggung tempatnya duduk, kemudian melangkah menuju pentas pertunjukan, dan begitu Pangeran Cayapata telah berada di atas panggung dia langsung memberikan hormat pada Ayahnya tapi tidak pada Adhinata, kepada Adhinata dia terlihat hanya memandang dengan pandangan sinis.Melihat sikap Putranya seperti itu Prabu Jayantaka pun langsung bertanya."Ada denganmu ini Cayapata? Kenapa kamu menolak keputusan yang aku umumkan ini?"
Apa yang telah disampaikan oleh Adhinata cukup membuat para pendukung Dipasena itu kaget, bahkan ada beberapa diantara mereka yang berkata,"Ini sebenarnya siapa to yang bohong? Kata Tuan Dipasena Adhinata itu sangat menginginkan jabatan dan hadiah itu? Lha tapi ini dia malah bilang kalau tidak menginginkannya, bahkan meminta supaya hadiah itu ditarik kembali, aku kok jadi bingung?""Ah, kita lihat aja dulu ... siapa yang benar? Karena bisa jadi Adhinata saat ini sedang berpura-pura," sahut temannya."Pura-pura gimana maksudmu?" tanya satunya."Ya ... agar supaya dia terlihat teraniaya dan mendapatkan simpati dari Gusti Prabu gitu," timpal salah satu pendukung Dipasena yang terlihat sangat setia itu."Benar juga ya pendapatmu? Kalau memang benar begitu, berarti licik juga ya Adhinata?" sahut temannya tadi.Sementara itu Dipasena yang melihat reaksi datar dan
Selanjutnya Gusti Prabu Jayantaka juga menambahkan pidatonya."Dan sayembara ini sifatnya umum bagi siapa saja baik itu dari orang luar maupun orang dalam Istana, tak terkecuali untuk Adhinata sendiri," tutur sang Raja sambil menoleh dan menunjuk kepada Adhinata."Baiklah Rakyatku semua ... untuk selanjutnya saya persilahkan kepada Bapak dang Acarya Brahma untuk memimpin acara pengambilan sumpah bagi Adhinata," tutur sang Raja sambil memandang kepada lelaki tua berjubah itu."Hamba Gusti Prabu ..." ujar dang Acarya Brahma sambil bergegas naik ke atas pentas, setelah tadi sempat tertahan gara-gara diprotes oleh Rakryan Dipasena dan Pangeran Cayapata.Dan akhirnya Adhinata pun diambil sumpahnya untuk menjadi seorang wakil Patih Kerajaan Karma Jaya.Selagi Adhinata sedang diambil sumpahnya tiba-tiba Rakryan Dipasena langsung turun dari panggung tanpa permisi, melihat sikap dari Dipasena seperti itu Prabu Jayantaka p
Lalu dengan segera Pangeran Cayapata pun mengambil pedangnya, dan kemudian langsung melompat ikut turut menyergap Rakryan Dipasena."Hiya, hiya ...!" teriak Pangeran Cayapata sambil menyabetkan pedangnya.Sebagai seorang yang tidak pernah belajar ilmu bela diri, maka gerakan yang dilakukan oleh sang Pangeran terlihat seperti orang-orang yang sedang berkelahi, serangannya tidak terarah, tak teratur dan cenderung ngawur, bahkan sesekali malah membahayakan dirinya sendiri.Sementara itu Dipasena yang memang sudah mengetahui dengan serangan dari Pangeran Cayapata juga langsung segera berkelit untuk menghindari sabetan pedang itu, lalu terjadilah pertarungan yang terlihat tidak imbang sama sekali itu.Yah, meskipun secara usia Dipasena bisa terbilang sudah cukup uzur, namun kalau masalah bertarung dia memang bukan tandingan untuk dua orang Prajurit itu, apalagi Pangeran Cayapata yang memang tidak tahu ilmu silat sama sekali.Seme