Share

Mulai Berkultivasi

Fu Xi yang kelelahan setelah menyerap energi alam segera tertidur setelah menutup mata, di dalam mimpinya Fu Xi kembali teringat semua yang dilakukan keluarga Xi padanya, semua terjadi sejak dirinya masih kecil hingga dewasa mimpi menjadi satu seperti mengingatkan Fu Xi tentang penderitaannya selama ini.

"Tidak!"

Fu Xi berteriak sangat keras saat di mimpinya dirinya dipaksa memakan makanan basi sisa beberapa hari lalu, Fu Xi yang membuka matanya melihat langit sudah terang, Pak tua Sung yang ada di samping nya terlihat duduk bersila dan menutup matanya.

Haaaaah, haaaaah, haaaaah.

Sambil mengatur nafasnya Fu Xi mengepalkan tangan penuh amarah, Fu Xi langsung bangkit berdiri tidak sabar ingin menjadi kultivator agar dirinya bisa membalaskan dendamnya.

"Pak tua mari kita mulai berkultivasi, semakin cepat aku menjadi kultivator semakin cepat aku bisa membalaskan dendamku, Aku ingin membuat mereka juga merasakan bagaimana rasanya makan makanan sisa yang sudah basi," ucap Fu Xi.

"Semangatmu sangat bagus, tapi sebelum kita memulai pelatihan dasar kamu harus menjadi lebih tenang dulu," sahut Pak tua Sung yang baru membuka matanya.

"Tarik nafasmu dan buang secara perlahan, ulangi berkali-kali sampai kamu merasa benar-benar tenang," sambung Pak tua Sung.

Fu Xi mengikuti saran dari Pak tua Sung, setelah mengatur nafas berulang kali Fu Xi bisa merasa lebih tenang dari sebelumnya, walau masih mengingat semua yang terjadi padanya.

"Karena kamu sudah merasa lebih tenang kita akan memulai pelatihan dasar mu kembali, kita akan membuka titik nadi spiritual lebih dulu dengan begitu energi yang kamu serap akan mengalir ke setiap titik dan berputar di sana," ucap Pak tua Sung.

"Baik, sekarang aku harus bagaimana?" Tanya Fu Xi.

"Sama seperti saat kamu menyerap energi, kamu harus bersila dan tetap tenang, setelah itu coba rasakan sepuluh titik nadi spiritual mu," ucap Pak tua Sung menjelaskan.

"Jika kamu sudah bisa merasakan keberadaan sepuluh titik nadi spiritual mu aku akan memberitahumu apa yang harus kamu lakukan," sambung Pak tua Sung.

Fu Xi yang menganggukkan kepala langsung mengikuti apa yang dikatakan Pak tua Sung, Fu Xi duduk bersila dan mencoba merasakan keberadaan titik nadi spiritualnya.

Bagi seorang pemula tanpa dibantu dari luar merasakan nadi spiritual sedikit sulit, Fu Xi yang berusaha sangat keras membutuhkan banyak waktu untuknya bisa merasakan titik nadi spiritualnya.

Setelah mencoba mencari selama lebih dari tiga jam, Fu Xi akhirnya bisa merasakan sepuluh titik nadi spiritualnya, walau sudah bisa merasakan nadi spiritualnya Fu Xi masih belum tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.

"Nadi spiritual mu yang berjumlah sepuluh berada dua di kaki, satu di perut, satu di dada, dua di tangan empat di bagian kepala karena kamu sudah merasakannya coba kamu buka satu persatu, caranya sangat mudah kamu hanya perlu memasukkan energi mu sedikit demi sedikit ke setiap titik nadi spiritual mu," ucap Pak tua Sung.

Fu Xi yang mendengar perkataan Pak tua Sung perlahan mencoba memasukkan energi nya ke dalam titik nadi spiritualnya yang pertama, saat energi nya menyentuh nadi spiritual Fu Xi tersentak, perasaan yang tidak bisa dijelaskan terasa di tubuhnya saat ini.

"Yang kamu rasakan adalah hal biasa bagi pemula, kamu harus menahan tidak peduli seberapa sakit yang kamu rasakan, karena jika gagal pertama tidak ada kesempatan untukmu mengulangi nya," ucap Pak tua Sung.

Pak tua Sung sengaja membohongi Fu Xi agar lebih bersemangat, walau gagal sekali mencobanya lagi dan lagi masih bisa, Pak tua Sung membohongi Fu Xi juga supaya Fu Xi mencoba lebih keras lagi dalam berusaha.

Fu Xi yang mendengar perkataan Pak tua Sung mencoba tetap tenang, tekadnya yang sudah bulat ingin membalas dendam sudah tidak bisa diruba, rasa sakit selama di keluarga Xi saja ditahan nya tidak mungkin rasa sakit membuka nadi spiritual tidak bisa ditahannya.

Setelah energi menyentuh titik nadi spiritualnya Fu Xi merasakan sakit seperti yang dikatakan oleh Pak tua Sung, Fu Xi menggigit bibirnya mencoba menahan rasa sakit, Fu Xi meyakinkan dirinya sendiri kalau saat ini dendamnya lah yang terpenting rasa sakit pasti bisa ditahan olehnya.

Perasaan lega dirasakan Fu Xi saat satu nadi spiritual yang ada di kakinya terbuka, langsung saja Fu Xi mengalirkan energinya lagi ke titik nadi spiritual lainnya.

Deg.

Deg.

Deg.

Rasa sakit yang silih berganti dirasakan oleh Fu Xi membuatnya terbiasa, Fu Xi tidak lagi menggigit bibirnya dan Fu Xi yang mulai terbiasa masih bisa lebih tenang.

Whuuuuuuuuuuussss.

Angin berhembus kencang saat Fu Xi berhasil menyelesaikan pembukaan nadi spiritualnya, merasakan sesuatu mengalir di tubuhnya Fu Xi terdiam dan malah menikmati nya.

"Yang saat ini mengalir diantara nadi spiritual mu adalah energi mu, dengan begitu energi yang akan kamu serap selain untuk ku akan langsung berputar di nadi spiritual mu," ucap Pak tua Sung.

"Tapi aku cukup terkejut kamu bisa menahan tanpa berteriak, apalagi tidak ada yang membantumu saat pembukaan nadi spiritual," sambung Pak tua Sung yang memperhatikan Fu Xi tanpa berkedip.

"Di keluarga aku bahkan pernah menerima pukulan kayu rotan ratusan kali, jika aku tidak bisa menahan rasa sakit ini bagaimana aku bisa membalas dendam pada mereka," sahut Fu Xi.

"Bagus, aku sangat menyukai semangat mu, karena nadi spiritualmu sudah terbuka mari kita beralih ke pelatihan lainnya," ucap Pak tua Sung.

"Selain dari penyerapan energi dan membuka nadi spiritual kamu juga harus menguasai bela diri, karena kamu pemula kamu harus memulainya dari cara berkuda-kuda atau biasa disebut pertahanan," sambung Pak tua Sung.

"Kuda-kuda, sepertinya aku sudah pernah melihat anggota keluarga Xi berlatih ini dari kecil, aku masih mengingat cara mereka melakukannya dengan sangat jelas," sahut Fu Xi.

"Kalau begitu kamu bisa memperlihatkannya padaku," ucap Pak tua Sung.

Fu Xi bergegas bangkit berdiri untuk memperlihatkan Kuda-kuda yang masih diingatnya, di keluarga Xi selain dirinya anak berusia tujuh tahun sudah dilatih dasar-dasar kultivasi termasuk Kuda-kuda teknik menyerang dan bertahan semua mengatakan dirinya yang dianggap sampah tidak pantas berlatih.

Pak tua Sung yang memperhatikan setiap detik kuda-kuda Fu Xi hanya menganggukkan kepala, dari tekukan di kaki dan kepalan tangan Fu Xi semua terlihat sempurna, Pak tua Sung membiarkan Fu Xi terus mempertahankan Kuda-kudanya agar lebih sempurna lagi.

"Sayang sekali kamu baru berlatih di usia segini, teruskan seperti itu kamu harus bertahan sampai benar-benar sempurna," ucap Pak tua Sung.

"Tenang saja, kalau hanya begini aku bisa bertahan sangat lama," sahut Fu Xi.

"Baguslah, lakukan seperti ini dan jangan ada yang berubah," ucap Pak tua Sung.

"Karena aku walau tidak berlatih berkultivasi aku masih melatih kekuatan tubuhku, aku melakukannya berjaga-jaga jika aku di serang di pukul dan dijadikan alat latihan," sahut Fu Xi.

Pak tua Sung hanya diam dan membiarkan Fu Xi sendirian, Pak tua Sung memperhatikan dari kejauhan agar Fu Xi tetap fokus pada kuda-kudanya dan tidak banyak bicara.

Setelah satu bulan berlatih Fu Xi diminta Pak tua Sung lebih banyak bermeditasi sedangkan Pak tua Sung sendiri pergi tanpa memberi kabar dan hanya kembali sesekali untuk membantu Fu Xi berlatih, selama satu bulan Pak tua Sung sebenarnya ada di sekitar Fu Xi Pak tua Sung ingin melihat sejauh apa keseriusan Fu Xi saat sedang berlatih tanpa dirinya.

Whuuuuuuuuuuuusss.

Satu pisau berhasil dihindari Fu Xi yang bermeditasi dan membuatnya membuka mata, Fu Xi langsung mengetahui dari mana asal pisau yang hampir saja mengenainya dan menatap tajam ke satu arah.

"Cepat keluar tunjukkan dirimu," ucap Fu Xi.

Seseorang berpakaian hitam memakai topi dengan penutup wajah muncul tidak jauh dari Fu Xi, orang itu hanya diam beberapa saat dan langsung menyerang Fu Xi.

Fu Xi walau tidak tahu apa tujuan orang yang menyerangnya tidak ingin tinggal diam, selama ini dirinya sudah berlatih dengan serius sudah waktunya menunjukkan kemampuan yang dilatihnya.

Serangan demi serangan terus di arahkan Fu Xi ke orang yang menyerangnya, setelah pertarungan sangat serius Fu Xi baru menyadari kalau orang itu sudah tidak lagi menyerang dan malah membiarkan dirinya terus menyerang.

Proook, proook, proook.

Setelah menghindar menjauh dari Fu Xi orang yang menyerang Fu Xi bertepuk tangan, orang itu juga membuka topinya membuat Fu Xi yang melihatnya sangat terkejut.

"Pak tua Sung," ucap Fu Xi.

"Bagus, latihan mu selama ini tidak sia-sia," ucap Pak tua Sung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status