Angin berhembus kencang di antara pepohonan ketika lima sosok muncul dari balik kabut. Mereka semua mengenakan jubah abu-abu dengan lambang kilat biru—anggota Sekte Langit Petir. Di depan, seorang pria tinggi bertubuh tegap dengan rambut perak berdiri dengan tangan terlipat di dada. Aura spiritual di sekelilingnya menggetarkan udara.
“Jadi, kau yang membuat dua muridku babak belur?” tanyanya dengan nada datar.
Qin Shan menatapnya tanpa gentar. “Mereka menyerang duluan. Aku hanya membalas.”
Pria berambut perak itu tersenyum kecil. “Hukum dunia kultivasi sederhana—yang kuat mengambil, yang lemah memberi. Tapi kau cukup berani melukai orang sekte kami di wilayah kami. Aku menghargai keberanianmu.”
“Tapi aku tidak tertarik pada
Malam itu belum sepenuhnya berlalu.Setelah mengucapkan kata-kata terakhirnya, Qin Shan masih berdiri di depan jendela, menatap kilatan petir yang sesekali menyambar di langit jauh. Tatapannya dingin, tapi ada bara kecil di balik matanya—tanda bahwa hatinya sudah menetapkan arah baru.Ia duduk bersila di lantai, mengatur napas, membiarkan Qi petir mengalir lembut di dalam tubuhnya. Suara detak jantungnya berpadu dengan aliran energi spiritual, menciptakan irama stabil yang membuat seluruh tubuhnya terasa ringan.Di dalam dantian, suara Naga Petir Ilahi bergema pelan.“Tiga inti petir, tiga nasib yang akan saling bertemu.Kau sudah memilih jalanmu, tuanku. Sekarang bersiaplah—dunia akan memperhatikan langkahmu.”Qin Shan membuka mata, menatap sisa malam di luar.“Biar saja. Aku tidak berniat bersembunyi lagi.”Ia menutup matanya sebentar, lalu beristirahat beberapa saat hingga langit mulai memudar.Fajar baru saja menyingsing ketika Qin Shan membuka matanya.Udara pagi di pinggiran Kot
Langit malam Kota Langit Selatan berubah menjadi lautan cahaya biru.Kilatan petir muncul di antara atap-atap rumah, membuat penduduk yang masih beraktivitas menjerit kaget.“Petir?! Tengah malam begini?!”“Bukan... itu aura seseorang! Ada pertempuran!”Qin Shan bergerak cepat di antara bayangan, langkahnya ringan seperti angin. Peti kecil berisi Inti Petir Surgawi ia genggam erat di tangan.Setiap kali tubuhnya melesat, kilatan biru menari di sekitarnya, meninggalkan jejak bercahaya di udara.“Naga Petir Ilahi,” gumamnya dalam hati.“Berapa lama aku bisa mempertahankan energi ini?”“Sekitar setengah jam sebelum intinya perlu distabilkan. Tapi kalau kau mau, aku bisa bantu menyerap sebagian energinya untuk menjaga keseimbangan.”“Baik, lakukan.”Energi petir di tubuhnya langsung terasa lebih terkendali. Tapi di belakangnya, tiga bayangan bergerak cepat—Tetua Keempat dan dua murid elit Sekte Langit Petir yang ikut bersamanya.“Berhenti, dasar bajingan berani!” teriak Tetua Keempat, aur
Malam itu, Kota Langit Selatan berubah seperti lautan cahaya.Jalan-jalan utama penuh orang berpakaian rapi—murid sekte, bangsawan, dan para alkemis terkenal.Di tengah kota, berdiri bangunan megah dengan atap berlapis batu roh emas: Paviliun Langit Emas, tempat diadakannya lelang terbesar dalam dua tahun terakhir.Qin Shan berjalan di antara kerumunan, mengenakan jubah hitam dan topeng perak sederhana.Ia menyembunyikan auranya sepenuhnya.Langkahnya tenang, tapi matanya awas, mengamati setiap sudut.“Naga Petir Ilahi,” bisiknya dalam hati.“Kau merasakan sesuatu?”“Ya. Ada tiga aura kuat di dalam paviliun itu. Dua berasal dari Sekte Langit Petir, satu lagi… lebih samar tapi sangat menekan. Mungkin seorang tetua dari keluarga besar.”Qin Shan mengangguk pelan. “Berarti aku harus berhati-hati.”Ia berhenti di depan gerbang utama Paviliun. Di sana berdiri beberapa penjaga berotot dengan mata tajam.Setiap tamu yang datang harus menunjukkan undangan kristal untuk bisa masuk.Masalahnya,
Matahari sore mulai condong ke barat saat Qin Shan melangkah keluar dari jalur berbatu menuju jalan besar.Di kejauhan, tembok raksasa menjulang dengan ukiran naga dan simbol-simbol spiritual.Itulah Kota Langit Selatan, salah satu kota terbesar di wilayah barat, tempat berkumpulnya para kultivator, pedagang, dan sekte-sekte besar.“Hmm…” gumam Qin Shan sambil menatap megahnya gerbang. “Sudah lama aku tidak masuk kota sebesar ini.”Puluhan orang berlalu-lalang di depan gerbang. Ada pedagang yang mendorong gerobak penuh batu roh, murid sekte yang memakai jubah khas, dan pengrajin yang membawa gulungan rune di punggung.Aroma rempah, logam panas, dan debu bercampur di udara.Saat ia melangkah mendekat, dua penjaga berpakaian hitam menatapnya curiga.“Hey, kau mau masuk kota?” tanya salah satu dari mereka.Qin Shan mengangguk santai. “Iya. Cuma mau beristirahat dan membeli beberapa bahan.”“Kalau begitu, tunjukkan token identitasmu.”Qin Shan membuka tangannya dan menampilkan medali batu
Langit di atas reruntuhan kembali bergetar.Awan hitam menumpuk cepat, mengelilingi area seperti pusaran raksasa. Suara gemuruh petir bergema, membuat batu-batu besar bergetar. Qin Shan menatap ke atas, matanya menyipit. Dari kejauhan, lima titik cahaya biru menyala terang—terbang mendekat dengan kecepatan luar biasa.Ia menarik napas pelan. “Sepertinya... mereka datang lebih cepat dari yang kuduga.”Di udara, lima sosok melayang berbaris rapi. Aura spiritual mereka begitu menekan hingga udara di sekitar berubah berat. Jubah mereka lebih megah—berwarna biru tua dengan garis emas di pinggirannya, dan di dada masing-masing terukir simbol petir bersayap ganda.Itu tanda dari Divisi Inti Sekte Langit Petir, kelompok elit yang hanya bergerak jika sekte benar-benar merasa terancam.Pemimpin mereka, seorang pria paruh baya dengan janggut rapi dan mata tajam, melangkah maju di udara. Suaranya bergema menembus angin.“Qin Shan.”Nada datarnya penuh tekanan spiritual.“Nama yang dulu kami horma
Langit di atas reruntuhan mulai menggelap. Awan petir bergulung-gulung, dan hawa tekanan spiritual menurun perlahan dari udara. Qin Shan berdiri di atas altar yang retak, memandangi tiga sosok yang melangkah keluar dari kabut.Jubah abu-abu dengan simbol kilat biru di dada mereka berkibar tertiup angin.“Seperti yang kuduga…” gumam Qin Shan dingin. “Sekte Langit Petir.”Pemimpin dari ketiganya adalah seorang pria paruh baya berambut perak dengan mata tajam seperti elang. Di pinggangnya tergantung kalung kristal biru yang terus bergetar—artefak pelacak spiritual.“Qin Shan,” suaranya berat dan dalam, “kau membuat masalah besar. Mengambil sesuatu dari wilayah sekte tanpa izin—itu sudah pelanggaran berat.”Qin Shan menyipitkan mata. “Wilayah sekte? Sejak kapan reruntuhan kuno yang dikubur ribuan tahun jadi milik kalian?”Pria itu menatapnya tajam. “Sejak Sekte Langit Petir menjaga tempat ini agar tidak dijarah oleh bocah serakah seperti kau.”Salah satu pengikutnya maju selangkah, suaran