Share

Pencarian Harta Peninggalan Serdadu Jepang

Hari sudah larut malam, sekitar Jam 12 malam ketika mereka sudah berada di lokasi yang dituju oleh Satya, sesuai ancar-ancar yang di berikan oleh serdadu Jepang dalam mimpinya.

Lokasi ini memang berada di pinggiran Desa Lambangan dan di kanan kiri jalannya di tumbuhi pohon-pohon Secang.

Desa ini berada di barat Kota Kecamatan Sulang dan kontur desanya berbukit-bukit walaupun tidak terlalu tinggi.

Bukit-bukit kapur yang ada di tempat ini menyebabkan desa ini hanya bisa ditanami dengan tanaman-tanaman tertentu. 

Beberapa waktu yang lalu, lokasi ini memang sudah di ubek-ubek oleh orang-orang Jepang menggunakan buldoser dan juga ekscavator, akan tetapi tidak mendapatkan hasil seperti yang di harapkan oleh orang-orang Jepang ini.

Dan dalam mimpinya, orang Jepang yang menemui Satya tidak menghendaki orang-orang Jepang sendiri menemukan peninggalan dari serdadu-serdadu Jepang.

Dia tidak menghendaki katana/ samurai peninggalan Jepang yang sudah berlumuran darah dan menyengsarakan orang-orang Indonesia kembali ke negeri Jepang lagi!

Dan Satya harus bisa menemukan Katana yang di tinggalkannya untuk berbuat kebaikan dan membela kebenaran! untuk membuat katana-katana ini menjadi bersih kembali dan membuat tenang serdadu Jepang ini.

Lokasi yang di tuju oleh Satya ini mirip sekali dengan yang ada di desanya, Desa Landoh!

Bukit-bukit kapur kecil dengan gua-gua peninggalan serdadu Jepang.

Dan di lokasi di sebelah barat kota kecamatan Sulang ini, Satya segera mengajak dua kawannya untuk mencari sebuah batu sebesar kerbau yang ada di sekitar lokasi yang telah di ubek-ubek orang-orang Jepang.

Sampai hari menjelang fajar, Satya, Bambang dan Tono masih belum juga menemukan keberadaan batu besar yang ditujukkan oleh orang Jepang dalam mimpi Satya.

"Hari sudah hampir pagi, kita pulang saja, besok siang kita kemari lagi," ajak Satya pada Bambang dan Hartono.

Mereka bertiga kemudian mengakhiri pencarian mereka, untunglah ini adalah hari minggu, sehingga begitu sampai di rumah dan sehabis sholat subuh mereka bisa balas dendam dalam tidur.

Ketika matahari sudah agak tinggi tiba-tiba Satya di kejutkan dengan suara sang Ibu yang membangunkannya.

"Satya, Satya! bangun nak, sudah siang! Itu ada Tono dan Bambang yang sudah menunggu di depan," kata sang ibu lembut sambil mengguncang-guncang tubuh Satya.

"Iya Bu!"  jawab Satya sambil mengucek kedua matanya yang masih terasa berat.

"Ojo kakean turu Sat, mengko Dinda gak gelem karo kowe lho!" seru Tono dari luar. (jangan banyak tidur Sat, nanti Dinda tidak mau sama kamu)

Mendengar suara Tono yang melengking ini, Satya tampak terkejut sekali .

"Dari mana Tono tau tentang Dinda ini ya," batin Satya.

Padahal dia tidak pernah bercerita tentang Dinda pada Tono dan Bambang, atau pada orang lain. Dia hanya menyimpan rapat rapat isi hatinya.

Setelah membersihkan dirinya, Satya segera menemui kedua sahabatnya yang sedang asyik mengobrol di teras rumah nya.

"Hmm,  kamu tahu dari mana tentang Dinda!" seru Satya sambil meraih telinga kiri Tono.

"Aduh, aduh, duh, duh!" teriak Tono kesakitan.

"Ampun, ampun Bos Satya! ampun Bang Jago!" rintih Tono jenaka.

Satya kemudian melepaskan jewerannya pada telinga Tono.

"Aku tadi malem kemari! penasaran saja kok ada mobil bagus berhenti di sini," terang Tono.

"Eh, tak di sangka tak dinyana, ternyata Dinda sang bidadari yang baik hati dan tidak sombong yang turun dari mobil," terang Tono sambil tersenyum.

"Jadilah aku nguping pembicaraan kalian," terang Tono lagi.

"Eh, kenapa uang banyak gitu gak kamu terima saja!? kan lumayan tuh buat makan makan sampai puas," lanjut Tono lagi.

"Huh, maumu Ton, aku juga punya harga dirilah!

nggak ada angin gak ada hujan, tiba-tiba saja ngasih uang banyak kayak gitu! nanti trus aku disuruh ngerampok  atau suruh berbuat jahat gimana!?" bantah Satya.

"Ah, tak mungkin Dinda berbuat jahat lah , Dinda adalah gadis paling baik di sekolah kita, gak mungkin!" bantah Hartono.

"Sudahlah, jangan bahas itu lagi," kata Satya.

"Ayo kita ke Desa Lambangan lagi!" ajak Satya mengalihkan topik.

Mereka kemudian berangkat mengendarai motor astrea prima milik Tono, karena Satya tidak memiliki motor, sedang Bambang pun tidak membawa motor.

Mereka kemudian berboncengan bertiga menuju Desa Lambangan.

Sesampai di tempat tadi malam,  mereka mencari cari-cari dengan teliti.

Beberapa saat mereka masih belum juga menemukan batu yang di lukisan oleh Satya.

"Cobalah di ingat-ingat lagi Sat , mungkin ada sesuatu petunjuk  yang terlewat kan !" kata Bambang.

"Benar Mbang, mungkin ada petunjuk  yang terlewatkan," kata Satya.

Satya segera mengingat Ingat lagi petunjuk yang di berikan oleh serdadu Jepang dalam  mimpinya.

Memang mimpi Satya ini terjadi beberapa kali.

Tadinya Satya tidak terlalu menghiraukan nya.. akan tetapi mimpi nya kali ini terjadi beberapa kali, sehingga mau tidak mau dia menjadi tertarik dan mengikuti petunjuk dari serdadu jepang dalam mimpinya itu.

"Ah, iya !"

Seru Satya gembira.

Satya segera mengarahkan pandangannya di sekeliling tempat itu.

Ketika pandangannya tertuju pada sebuah pohon randu alas yang sangat besar yang letaknya agak jauh dari tempat itu.

"Disana, Ton !  Mbang!" Seru Satya gembira,  seraya menunjuk kearah utara dari mereka berdiri.

Arah yang dituju adalah sebuah pohon randu alas raksasa  yang terlihat dari mereka berdiri.

Satya dan Bambang kemudian berlari kearah pohon randu alas raksasa, sedangkan Tono mengambil motornya dan mengendarai kearah pohon randu alas raksasa yang di tunjuk oleh Satya.

Sesampainya di bawah pohon Randu Alas raksasa ini, benar saja di bawah pohon randu alas raksasa ini terdapat sebuah batu berbentuk kerbau yang sedang duduk.. letaknya tidak persis di bawah Randu Alas raksasa ini, akan tetapi berada di sisi timur dan berjarak kurang lebih dua puluh lima meteran  dari pohon randu alas raksasa ini.

Satya Wiguna segera memeriksa batu berbentuk kerbau ini.

Dengan cangkul dan juga linggis yang memang sudah di persiapkan nya terlebih dahulu.

Mereka menggali di sekitar batu berbentuk kerbau duduk ini.

Dengan kekuatan Satya yang setara seekor kerbau jantan sebentar saja sudah tergali kurang lebih satu meter keliling batu besar ini.

Setelah beberapa saat mereka menggali.

Peluh bercucuran di leher Satya dan Bambang juga Tono.

Ketika penggalian sampai kedalaman satu meter.

"Satya, kesinilah!" seru Tono.

Satya dan Bambang segera mendekat.

Ternyata Tono menemukan sebuah lubang yang cukup besar dan dalam.

"Kelihatannya ini lah yang sedang kita cari !" seru Satya gembira.

"Kita lempar dulu obor ke dalam goa ini Satya, supaya kita tahu ada gas berbahaya ataukah tidak?" saran Tono.

Mereka segera membuat obor dan menyalakannya kemudian melemparkannya kedalam goa ini.

Goa yang ditemukan oleh mereka ini lebih mirip dengan sumur.

Obor ternyata tetap menyala di dasar goa yang hanya berkedalaman dua meteran saja, pertanda adanya oksigen di dalam goa ini.

Kemudian Satya segera turun ke dasar goa yang seperti sumur ini.

Sesampainya di dasar, Satya segera menemukan bahwa terowongan goa ini mendatar.

Satya kemudian menyusuri terowongan goa, yang ternyata tidak terlalu dalam, hanya kurang lebih lima meteran saja dan bercabang tiga, dengan masing masing ujungnya berbentuk ruangan berukuran kurang lebih dua kali dua meter saja!

Di dalam ruangan goa ini ternyata banyak di temukan oleh Satya berbagai perlengkapan dari serdadu Jepang.

Dengan penerangan seadanya, Satya dapat melihat ada berbagai macam senjata yang ada dalam salah satu ruangan di dalam goa peninggalan serdadu Jepang ini.

Ada pistol, senjata laras panjang, topi baja dan lain lain kelengkapan dari serdadu Jepang!

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Brmgun Drrrk
ada sedadu jepang
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status