Home / Pendekar / Pendekar Naga Siluman / Seorang petani dan putrinya

Share

Seorang petani dan putrinya

Author: Wong Jowo
last update Last Updated: 2023-07-14 08:15:07

Semua peninggalan tersebut berada pada beberapa buah peti kayu yang sudah lapuk, sehingga mudah saja bagi Satya untuk membukanya.

Dalam mimpinya, Satya di minta untuk mengambil beberapa buah katana / samurai untuk di pakai dalam mempertahankan diri dan juga membela kebenaran.

Dalam mimpinya tersebut katana yang harus di ambil adalah katana khusus milik sang serdadu dengan ukuran yang paling  panjang dan bergagang berwarna hitam berukirkan naga!

Dengan hati-hati di pilah nya katana-katana ini.

Dan diantara puluhan katana samurai ini ternyata ada satu bilah yang memang punya panjang lebih daripada yang lainnya.

Setelah di periksa, alangkah gembira nya Satya, ternyata apa yang di sampaikan oleh serdadu Jepang itu benar.

Katana yang paling panjang dan bergagang hitam ada terukir gambar Naga!

Satya segera mengambil katana itu serta mengambil dua lainnya yang nantinya akan di berikan kepada Tono dan Bambang.

Ketika dia kembali ke mulut goa, Satya segera menunjukkan kepada dua sahabatnya ini.

"Wow,, Samurai ! seru Hartono  yang segera saja menimang emang senjata yang sangat menakutkan ini pada masa lampau.

"Ini namanya katana Ton, kadang orang sering salah menyebut!" Terang Satya.

"Katana adalah senjatanya, sedang samurai adalah pemilik dari senjata ini," terang Satya.

Sedangkan Bambang memang agak penakut di banding Tono.

"Ih, buat apa senjata kayak ini Sat, takut banget, bisa motong manusia kayak ayam.... Syereeemm!" Serunya.

Demikian, ketiganya kemudian menimbun mulut goa ini kembali seperti sedia kala. Satya tidak ingin tempat ini di temukan oleh orang lain, karena demikianlah pesan dari serdadu Jepang itu dalam mimpinya.

Dengan gembira, mereka kembali ke desa.

***

Hari itu sehabis pulang sekolah Satya berjalan beriringan dengan kedua sahabatnya, Bamb dan Tono.

Mereka melangkah menyusuri lorong-lorong sekolah yang sudah mulai sepi.

Dan ketika mereka sedang berjalan di sebuah sudut lorong yang sudah sepi,

Mendadak...

Beberapa siswa tampak muncul menghadang langkah Satya,  Hartono dan Bamb.

"Huh, tak jera-jeranya kamu ngadu ke mana-mana yaa..! Seru Galang.

Ternyata yang menghadang mereka adalah Galang dan kawan-kawannya!

"Wajahmu saja yang terlihat kalem dan tanpa dosa! Ternyata kamu hanya penjilat besar!" Seru Galang geram!

"Aku sudah di hukum ayahku gara-gara aduanmu! Satya!" Geram Galang lagi.

"Ma, maaf Galang... Maaf... Aku tidak mengadukanmu pada siapapun!" Bantah Satya gugup.

Ya, walaupun Satya adalah seorang yang sudah mendapatkan gemblengan dari Mbah Wiguno, tapi selama ini dia belum pernah menggunakan kemampuannya untuk berkelahi ataupun berbuat jahat pada orang lain!

Apalagi Galang adalah anak seorang yang sangat berpengaruh di kota kabupaten ini.

"Hmm,  kamu memang pantas untuk di hajar!" Seru Galang seraya mengayunkan tangan menggampar kearah pipi Satya!

Satya tidak mengelak ataupun menangkis walaupun dia mampu melalukan itu,

"Plak!"

Suara tamparan cukup keras!

Bekas lima jari tercetak dengan jelas di pipi Satya.

Satya pun berpura-pura kesakitan.

Kemudian di ikuti beberapa pukulan dari kawan-kawan Galang ke arah perut Satya.

"Bug, bug,  bugh....!"

"Itu, pelajaran bagimu Satya, awas ya kalau lain kali kau mengadu pada guru ataupun Dinda! Aku tak akan segan segan memberi pelajaran yang lebih berat lagi!" Ancam Galang.

Setelah puas menghajar Satya, Galang dan kawan-kawannya segera pergi meninggalkan tempat itu.

"Kenapa tidak kau lawan saja anak sombong itu Satya?!" Seru Tono geram.

"Benar Satya, apa gunanya kita belajar ilmu beladiri kalau ujung-ujungnya harus mengalah seperti ini!" Tambah Bamb.

"Kita harus belajar menahan diri Ton, Mbang!" Kata Satya kalem.

"Untuk menghadapi anak-anak seperti mereka tidak harus dengan kekerasan!

Jika keras di lawan dengan keras maka akan menyebabkan permusuhan berkepanjangan dan akan saling balas membalas!" Kata Satya pada dua sahabatnya ini.

Walau terkesan naif,  tapi memang demikianlah karakter dari Satya ini.

Bertiga kemudian mereka melangkah menuju tempat parkir kendaraan yang sudah sepi, tinggal motor milik Tono saja yang ada di sana.

Satya dan Bambang kemudian pulang naik angkot.

Hari itu, sehabis pulang dari sawah nya pak Jamin, ada ada saja yang di bawa oleh mereka.

Kali ini pak jamin membawa kacang tolo muda dan juga kacang  panjang, juga koro putih dan juga daun lompong  yang  cocok untuk sayur asem.

Sebagian bawaan itu di berikan pada Satya.

Dan ketika mereka sampai di teras, tidak seperti biasanya anak gadis pak Jamin telah menyambut kedatangan mereka.

Terlihat rantang makanan ada di tangannya.

"Mas Satya, ini kolak buatan Nia, buat ibu Mas Satya di rumah," kata Nia lembut sambil menyodorkan rantang yang di pegang nya pada Satya.

"Ehm,  ehm, ayah pulang gak di sambut, malah Satya yang di sambut!" Celetuk pak Jamin.

"Ihh, Ayah! Gak begitu juga..."

"Tadi ibu yang pesen pada Nia, supaya ngasih rantang ini pada mas Satya," jawab Nia malu, karena Satya masih berdiri di situ.

"Berarti yang buat kolak bukan kamu dong, tapi ibu?" Sergah pak Jamin.

"ya sudah pak Jamin, Nia! Aku pamit dulu ya,  sudah sore.

Assalamualaikum," kata Satya yang segera berbalik badan dan melangkah cepat meninggalkan kedua ayah dan anak tersebut yang memandang kepergian sang pemuda.

"Gimana Satya  menurut pendapatmu Nduk!" Bisik Pak Jamin pada anak gadisnya ini.

"Maksud Ayah?" Tanya Nia pura- pura tidak tahu dengan arah perkataan ayahnya.

Setelah berkata demikian, Nia segera berbalik arah dan masuk ke dalam rumah.

Pak Jamin memandang kepergian anak gadisnya dengan tersenyum simpul.

***

Malam selepas Maghrib, Satya Wiguna  tampak bersantai di teras rumahnya bersama Hartono, karena memang rumah Hartono ini hanya berjarak lima puluh meteran saja dari rumah Satya Wiguna.

Mereka bersenda gurau sambil duduk-duduk di atas lincak buatan tangan-tangan Satya yang terampil.

Ibu Satya membawakan ketela pohon rebus untuk pemuda-pemuda tanggung ini,  serta jahe hangat untuk mengusir udara malam yang dingin.

"Ayo sambil dimakan ketelanya! Mumpung masih hangat," kata ibu.

Setelah itu, ibupun kembali kedalam meneruskan pekerjaannya.

"Sat, seharusnya kau beri pelajaran saja Si Galang itu! makin lama makin menjengkelkan tahu," kata Hartono dalam suatu percakapan.

"Atau aku saja yang akan memberinya pelajaran?" Kata Tono.

"Kita sabar dulu Ton, nanti juga ada saatnya dia akan sadar dengan kelakuannya yang salah itu," jawab Satya.

"Iya, tapi mau sampai kapan?" Bantah Tono.

Ketika sedang asyik- asyiknya mereka berbincang, tiba-tiba saja ada sebuah mobil sedan yang masuk ke halaman rumah Satya

Pandangan Satya dan Hartono tampak memandang ke arah mobil Honda Civic Genio yang masih terlihat baru. ( Civic Genio pada jamannya adalah sebuah mobil yang cukup mewah, apalagi di kota kecil seperti di Kota Rembang ini)

Sesosok tubuh gadis muda yang semampai dengan rambut panjang segera turun dari mobil tersebut.

Satya segera berdiri menyambut tamunya ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pendekar Naga Siluman    cerita perlawanan

    Ki Mangun Surosentiko menarik nafas panjang. Pandangan nya menerawang jauh .. mengingat -ingat lagi masa lalu . Sebatang rokok yang berada di sudut bibir tuanya hampir sudah hampir habis. Dan tangan tangan tuanya yang masih nampak cekatan dengan terampil meracik dan melinting rokok. Dan sesaat kemudian rokok hasil lintingan Ki Mangun sudah menggantikan rokok yang tinggal pendek di ujung bibir tuanya. Setelah satu kali hisapan, kemudian Ki Mangun kembali melanjutkan ceritanya... "Untuk membakar semangat sepanjang perjalanan dari desa kemadu menuju desa Landoh, kami selalu menyanyikan lagu- lagu masa kecil! Lagu perjuangan yang membakar semangat! Bukan lagu- lagu perjuangan yang dikenal seperti sekarang ini! Lagu ini hanya di nyanyikan di kalangan kami sendiri... Ki Mangun berdiam sejenak.. Dan tiba -tiba terdengar suaranya yang serak dan berat.. .. "Ben aku kuru mergo aku kurang m

  • Pendekar Naga Siluman    Ki Mangun

    Sohaling Ilat, yang artinya gerakan lidah. Tidak boleh berbicara sembarangan dan berkata bohong, karena lidah lah sumber malapetaka jika tidak di gunakan secara benar.Selain itu ajaran Samin adalah ; Ono Iro Mergo Ingsun, Ono Ingsun mergo Iro yang artinya adalah Ada kamu karena aku dan ada aku karena Kamu yang mengandung pokok ajaran untuk saling tolong menolong dan welas asih antar umat manusia.Orang orang Samin menyebut dirinya Wong Sikep yang mempunyai arti orang yang suka damai.***Ketika malam agak larut, Ki Warso menawarkan Ratih dan dua kawannya untuk beristirahat di sebuah kamar sederhana di rumah Ki Warso.Sedangkan Satya, Galang, Tono dan Bamb melanjutkan njagong bersama Ki Warso dan orang orang di pendopo tersebut.Ketela pohon , Talas, pisang godok (rebus) yang masih hangat telah di keluarkan sang tuan rumah! demikian pula tembakau linting sendiri juga di sediakan.Ketika asik njagong ( nongkrong sambil ng

  • Pendekar Naga Siluman    Samin

    Satya segera menggamit lengan Galang dan memberi kode pada Bamb dan Tono untuk mengikuti langkahnya. Satya bergerak cepat dan menuju ke arah sebuah pohon jati yang paling besar yang berjarak kurang lebih seratusan langkah dari tempat nya sekarang ini. Tiba di balik pohon jati besar tersebut segera di dapatinya Ratih dan dua orang kawannya duduk berjongkok ketakutan. "Siapa itu!" Tegur Ratih begitu terdengar suara gemerasak ketika kaki- kaki menginjak daun- daun jati kering yang banyak terhampar di bawah pepohonan jati. "Kami Ratih!" Jawab Satya. "Satya!" Sahut Satya . "Oh, syukurlah kalian!" Seru Ratih gembira. Ratih tahu, Satya dan Galang serta Tono dan Bamb telah berusaha mati matian tanpa perduli keselamatan diri sendiri berusaha menyelamatkan dirinya. Kini, Ratih sadar, dia telah salah menilai Satya. Begitu Satya yang menggamit Galang muncul di depannya, Ratih

  • Pendekar Naga Siluman    pertolongan

    Detik berikutnya , Satya mulai menambah kekuatan wadag dan batinnya ..Pelan dan pasti, tenaga batin mulai membentengi tubuhnya !Kembali pertarungan berlangsung lebih berimbang, Jantur pun merasakan semakin kuatnya pertahanan dari Satya Wiguno .Beberapa kali gesekan kekuatan membuat Jantur menyadari bahwa ternyata lawannya ini benar- benar kuat seperti apa yang di katakan oleh Suro Gotho.Pertarungan antara Satya melawan Jantur, sedikit demi sedikit meningkat tatarannya!Dari yang tadinya hanya mengandalkan tenaga wadag, pelan tapi pasti mulai mengambah pada pengerahan aji Jaya Kawijayan.Dari yang tadinya hanya lingkup beberapa meter saja pengaruh pertarungan di antara keduanya, kini pertarungan menyebabkan perluasan Arena pertarungan!Dan mendesak Suro Gotho yang bertarung melawan Galang agak menjauh , demikian pula pertarungan antara dua anak buah Suro Gotho melawan Bamb dan Tono.Sementara itu tidak jauh d

  • Pendekar Naga Siluman    padepokan di tengah hutan

    Jika pada beberapa saat yang lalu, Galang menjadi bulan-bulanan dari Gotho dan kawan kawannya, kali ini dalam serangan pertama Gotho sudah merasakan bahwa Galang yang menjadi lawannya ini terasa sangat kuat tenaganya, gerakannya juga sangat cepat.Kali ini Gotho harus mengeluarkan segenap kemampuannya untuk mengatasi perlawanan Galang.Sementara dari Galang sendiri, dia mulai merasa bahwa kali ini dia mampu mengimbangi Gotho yang bertarung dengan kekuatan penuhnya .Gerakan Gotho penuh kekuatan dan membuat suasana pertarungan berubah keras dan mendengarkan .Galang yang merasa mampu mengimbangi Gotho pun bertarung dengan penuh semangat.Tak sia- sia dia berlatih di bawah tebing kelamping di desa Ladoh di bawah bimbingan orang-orang sakti dari dunia lain.Ketika pertarungan semakin seru dan mendebarkan, tiba-tiba saja suasana di arena seperti berubah.Ternyata Gotho telah mengerahkan tenaga batin nya untuk bisa segera men

  • Pendekar Naga Siluman    hutan angker

    Dengan cepat dua unit mobil sudah keluar dari lingkungan permandian kartini dan melaju dengan cepat ke arah kota Blora.Dan Galang dengan sigap juga memacu mobilnya kencang, menguber dua mobil di depan yang membawa Ratih dan dua orang kawannya.Kejar-kejaran terjadi di jalan raya yang menghubungkan kabupaten Rembang Dan kabupaten Blora.Beberapa saat Galang masih belum mampu mendekati dua mobil di depannya.Sementara itu di dalam mobil Suzuki Esteem warna hijau metalik.Ratih dan dua kawannya tampak sangat ketakutan ..Wajah judes dan galak yang biasa ditampilkan Kali ini terlihat takut dan gelisah.Dua orang pria tampak mengapit di kanan dan kiri Ratih dan seorang kawannya, sedangkan seorang di antaranya berada di depan, di sebelah pengemudi tapi dalan ke adaan yang sangat ketakutan, karena dari belakang ada sebuah pisau belati yang mengancamnya.Demikian pula dengan Ratih dan seorang kawannya yang harus berimp

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status