Dalam ruangan itu, keheningan terpecah oleh suara ketukan kuku pada meja. Tampak seorang lelaki dengan mahkota di kepalanya tengah menatap tajam ke arah meja. Di sana tergeletak sebilah pedang yang dihiasi ukiran naga keemasan pada pegangan dan selongsongnya.
"Yang Mu-"
Belum sampai ucapan itu selesai, lelaki dengan tatapan membunuh dan aura mencekam itu mengangkat tangan kirinya. "Kasim Bao," panggilnya membuat pria yang dipotong ucapannya menelan ludah.
"Sa-saya, Kaisar Huang ...." Kasim Bao semakin menunduk, menyadari bahwa suasana hati sang kaisar sedang buruk.
"Menurutmu, apa yang harus aku lakukan dengan pedang ini? Apa aku perlu membakarnya?" tanya Huang Fu sambil meraih pedang di hadapannya.
"Jawab Yang Mulia, setahu saya, Kaisar sangat menginginkan pedang itu. Selain itu, Yang Mulia Kaisar juga mendapatkannya dengan susah payah. Jadi ...." Kasim Bao tidak berani menyelesaikan kalimatnya. Ia tidak mengerti apa yang diinginkan sang kaisar, apakah ingin menyimpan atau menghancurkan pedang itu. Yang Kasim Bao tahu, kepalanya bisa saja menggelinding tanpa badan, jika Huang Fu tidak suka dengan jawabannya.
"Pergi! Kalian semua pergi!" bentak Huang Fu lantang dengan mata nyaris keluar dari soketnya. Sudah pasti hal itu membuat tubuh Kasim Bao dan para pelayan bergetar, lantas bergegas keluar dari ruangan itu.
Setelah tinggal dirinya seorang, Huang Fu menggebrakkan pedang ke meja, memicu suara nyaring memekak dalam sunyi. Napasnya berembus kasar, terengah-engah. "Bagaimana mungkin dia datang di mimpiku!" desisnya. Huang Fu menatap pedang di mejanya kembali. Dalam batin ia berkata, "Siapa sebenarnya sang pewaris itu? Bagaimana bisa aku terkecoh oleh sandiwara Xiu Jian? Tidak bisa! Aku harus memastikan semuanya!"
***
Saat pintu terbuka, mata Xiu Zhangjian bergerak perlahan dari kiri ke kanan, menyisiri orang-orang di dalam ruangan. Ada empat orang yang kini menatapnya.
Meski Xiu Zhangjian menangkap gusar dari sorot mata mereka, masih terlukis senyum ramah untuknya. Terkecuali satu orang dengan tatapan tajam dan raut wajah dingin, membuat Xiu Zhangjian menundukkan kepalanya. "Sepertinya Kak Li Min benar-benar akan membunuhku kali ini," benaknya.
Li Min beranjak dari kursinya. Ia berjalan menghampiri Xiu Zhangjian yang masih berdiri di ambang pintu. Tiap derap langkahnya menambah kadar kecemasan dalam hati Xiu Zhangjian. "Dari mana saja kau?" sergap Li Min seolah tak tahu. Meski itu jelas-jelas sebuah pertanyaan, di telinga Xiu Zhangjian terdengar seperti sesuatu yang memojokkan.
"Aku ... aku tadi pagi merasa sangat lapar. Jadi ... ah!" Xiu Zhangjian mengerang akibat jentikan keras yang mendarat di dahinya. Seketika ia mengusap-usap tengah keningnya yang memerah. Lalu, saat matanya kembali bertemu dengan mata Li Min, pemuda itu hanya bisa menunjukkan barisan giginya yang rapi.
"Beri hormat pada tetua!" bentak Li Min. Xiu Zhangjian memang belum sempat memberi hormat. Ketika ia membuka pintu, benaknya mulai dipenuhi dengan prasangka setelah melihat semua petinggi Sekte Harimau Putih di hadapannya.
"Maafkan adikku yang membuat para tetua menunggu," ucap Li Min sambil membungkuk, setelah Xiu Zhangjian memberi hormat. Suaranya begitu lembut dan tidak berdaya.
Sontak saja hal itu membuat Xiu Zhangjian menoleh dan memandangnya. Ia menggerutu dalam batin, "Manis sekali! Apa ini sungguh orang yang sama dengan yang membentakku tadi?"
"Ketua Li tidak perlu sungkan, mari kita mulai saja pembicaraan ini," ujar Feng Yin diikuti anggukan dua tetua lainnya.
Li Min mengangguk. Ia meminta Xiu Zhangjian duduk di sampingnya. "Beberapa waktu lalu, seorang utusan dari istana datang membawa surat dari Kaisar Huang. Surat itu berisi perintah untuk tunduk pada Kaisar Huang," tuturnya.
"Maksudnya, Kaisar Huang menginginkan Sekte Harimau Putih menjadi pendukungnya?" sahut seorang tetua dengan alis bertaut. Itu adalah Tetua Ho, yang biasa memimpin latihan pagi. Ia jelas terkejut dengan apa yang disampaikan Li Min.
Ekspresi yang sama juga ditunjukkan oleh lelaki dengan bekas luka sayat di pipinya, yakni Tetua Kang. Akan tetapi, hal berbeda tampak dari Feng Yin. Melihat air muka Feng Yin yang tenang, Xiu Zhangjian mengerti bahwa perintah 'konyol' dari Kaisar Huang itu telah diketahuinya.
"Benar, Tetua. Tidak hanya Sekte Harimau Putih, tetapi juga sekte-sekte aliran putih lainnya di Quzhou," imbuh Li Min setelah menghela napas.
"Apa?" pekik Xiu Zhangjian refleks, membuat perhatian semua orang langsung tertuju padanya. Setelah menyadari responsnya berlebihan, Xiu Zhangjian membungkam sendiri mulutnya dengan kedua tangan. "Maafkan aku."
Hal yang membuat Xiu Zhangjian demikian sudah jelas, ia mencemaskan pembalasan dendam pada Huang Fu dan pendekar Aliansi Gongliao lainnya. Selama ini para pembunuh ayahnya itu sudah sangat kuat, apalagi kalau sampai mendapat dukungan dari sekte aliran putih. Benarkah ia masih memiliki kesempatan untuk membalas dendam?
"Jika kita menolak perintah itu, mereka akan menyerang," jelas Feng Yin menambahkan. Ia menggertakkan gigi-giginya, mengutuk Huang Fu dalam hati.
"Kurang ajar! Mereka jelas tidak memberi kita pilihan. Sekte mana yang berani melawan pasukan kerajaan dan Aliansi Gongliao? Jika mereka menyerang, hanya ada dua kepastian sebagai hasil akhir, menjadi budak ... atau mati! Huang Fu sudah melampaui batasan!" kata Tetua Kang yang menahan tangannya agar tidak sampai menggebrak meja.
Mendengar ucapan para tetua, Xiu Zhangjian mengepalkan tangannya kuat-kuat. Rahangnya mengeras dan napasnya terasa sesak. "Bahkan jika aku harus mati, itu lebih baik daripada menyerah atau menjadi budak," batinnya.
"Kita tidak boleh menyerah, apalagi menjadi budak mereka! Kalaupun mati adalah jalan terakhir untuk mempertahankan kehormatan, itu lebih baik," tegas Tetua Kang menambahkan lagi, seolah mendengar kata hati Xiu Zhangjian.
"Tidak, Tetua Kang. Jika kita mati, mereka tidak memiliki alasan lagi untuk menahan diri dari berbuat sewenang-wenang. Meskipun selama ini Kaisar Huang sudah menyengsarakan rakyat dengan pajak yang mencekik, dia masih membatasi diri karena tidak ingin mendapat protes keras dari sekte aliran putih," tukas Feng Yin tidak ingin gegabah.
"Lalu apa yang harus kita lakukan? Apa kita harus menuruti perintah itu hanya demi mempertahankan nyawa? Semua orang tahu tidak ada sekte yang lebih kuat dari Sekte Naga Suci. Jika saat itu Sekte Iblis Merah hanya bergerak sendiri, Huang Fu tidak akan menang. Sekarang, dengan posisinya sebagai kaisar sekaligus ketua Aliansi Gongliao, siapa yang akan tetap hidup setelah melawan mereka? Kalau sang pewaris Pedang Naga Suci saja tewas terpenggal, apalagi ...." Tetua Kang langsung menghentikan ucapan frustrasinya. Ia baru ingat kalau putra dari Xiu Jian ada di antara mereka. Matanya beralih pada Xiu Zhangjian untuk memastikan apakah perkataannya menyinggung pemuda itu atau tidak.
Xiu Zhangjian tidak bisa menyembunyikan amarahnya, tampak jelas dari wajahnya yang merah padam dan begitu dingin. Bahkan aura membunuh dirasakan orang-orang di dalam ruangan itu. Xiu Zhangjian berdiri dan membungkuk. Dengan suara parau ia berkata, "Tanpa mengurangi rasa hormat, aku mohon undur diri."
Melihat hal tersebut, ruangan terasa semakin panas akibat suasana yang menegang. Tetua Kang ingin sekali meminta maaf atas ucapannya, tetapi entah bagaimana aura membunuh yang dipancarkan Xiu Zhangjian begitu kuat hingga membuatnya membeku.
"Tunggu!" pekik Li Min menghentikan kaki Xiu Zhangjian. "Duduk kembali ke tempatmu sekarang!"
Xiu Zhangjian menggertakkan gigi lebih kuat. Tenggorokannya terasa seperti tercekik. Ia berusaha keras untuk tidak melampiaskan dendamnya pada orang yang salah. Maka, akhirnya helaan napas kabur dari mulutnya. Dengan tenang ia berkata, "Maafkan aku, Ketua Li. Aku tidak bisa." Xiu Zhangjian kembali melangkah mendekati pintu.
"Berhenti! Kau harus kembali untuk mendengarkan takdirmu!" teriak Li Min sangat keras. Suaranya yang jauh lebih lantang dari sebelumnya bahkan sampai memekakkan telinga.
Xiu Zhangjian yang telah menyentuh pintu, menoleh ke belakang dan berkata lirih, "Takdirku?"
Begitu keluar dari ruang rahasia, Xiu Zhangjian disambut oleh Feng Xinyue yang terlihat menunggunya. Yuan Shi dan Wang Tian Lin segera pamit dan pergi dari tempat itu. Xiu Zhangjian mendekati Feng Xinyue dengan wajah dipenuhi senyuman. Entah mengapa, kakinya terasa berat menyebabkan dia tidak bisa bergerak dengan cepat. Sementara Feng Xinyue, wajahnya sudah merona saat melihat senyuman di wajah suaminya. Feng Xinyue tidak tahu apakah ini sungguh terjadi atau matanya yang salah, Xiu Zhangjian terlihat lebih tampan dari biasanya. Mengangkat wajah Feng Xinyue dengan ujung jarinya, Xiu Zhangjian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sekarang sudah menjadi istrinya. Cup! Keduanya hanya bisa memejamkan mata karena merasa hal ini terasa lain. Apakah setelah menikah semuanya menjadi lebih nikmat? Xiu Zhangjian membuka matanya dan melepas ciumannya. Tubuh Xiu Zhangjian membungkuk sementara kedua tangannya meraih kaki dan punggung wanitanya. !! Pasangan yang baru saja meresmikan pe
Malam tahun baru dilewati dengan meriah. Setelah sesi makan pangsit dilalui, banyak orang yang menunggu malam pergantian tahun dengan bermain kembang api, bermain catur dan lainnya. Ketika tengah malam hampir tiba, satu rombongan pria berkuda memasuki wilayah Aliansi Naga Suci yang membuat beberapa anggota Aliansi yang berjaga menjadi waspada. Namun, begitu melihat plakat kekaisaran yang rombongan tersebut bawa, mereka langsung dipersilakan masuk. Dalam tradisi kekaisaran Quzhou, Kaisar akan mengirimkan kudapan kepada para pejabatnya yang tahun itu bekerja dengan giat dan menyelesaikan tugas penting. Dalam hal ini, makanan yang dikirimkan bukanlah hal yang paling utama, tetapi gengsi saat menerimanya yang begitu tinggi. Orang-orang yang menerima hadiah tahun baru dari kaisar adalah orang yang begitu berjasa dan bekerja keras sepanjang tahun. Tidak heran, pada pemerintahan sebelumnya, ada banyak pejabat yabg suka menjilat Huang Fu demi hadiah tahun baru ini.Xiu Zhangjian setelah m
Setelah berjalan beberapa saat, Xiu Zhangjian akhirnya mendapat sebuah penginapan. Seorang pelayan menyambut kedatangan mereka dengan ramah. "Selamat malam, Tuan dan Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" "Aku memesan satu kamar biasa dan satu kamar terbaik." Pelayan tersebut mengangguk dan memberikan dua plakat kecil. "Penjaga akan mengantar kalian." Feng Xinyue mengangguk dan meraih dua plakat tersebut. "Terima kasih." Xiu Zhangjian tersenyum tipis ketika menyadari kekasihnya sedang merasa cemburu. "Xinyue, jangan berpikiran sempit." "Aku tidak berpikiran sempit, aku hanya mengantisipasi gadis itu patah hati." Xiu Zhangjian mengangguk dengan senyuman. "Baiklah ... tetapi kau harus ingat satu hal, jangankan pelayan, seorang kaisar saja tidak berhasil merebut hatiku." "Huh ... sombong." Seorang penjaga mengantar Xiu Zhangjian dan Feng Xinyue ke kamar terbaik sebelum mengantar kusir kereta ke kamar yang Feng Xinyue pesankan untuknya. "Satu minggu lagi perayaan tahun baru, kira-
Jantung Kaisar Xiang berdebar kencang. Ini adalah belati Naga dan Phoenix yang pernah menjadi miliknya selama belasan tahun. Dia masih begitu ingat jika belati ini dia berikan kepada Xiu Zhangjian dan Li Min beberapa waktu lalu ketika mereka akan mengambil Pedang Naga Suci di istana Tian Shang. Yuan Shi yang melihat keterkejutan di wajah Kaisar Xiang langsung bisa menebak isi dari pikiran sang kaisar. "Yang Mulia ... Belati Naga dan Phoenix merupakan warisan keluarga kekaisaran. Jika Yang Mulia menginginkannya, saya dengan senang hati akan menyerahkannya pada Yang Mulia." Alih-alih mengangguk, Kaisar Xiang menggeleng dengan senyuman. "Beberapa waktu lalu aku sudah memberikan belati ini pada seseorang. Tetapi, sepertinya orang itu sudah menyukai barang yang lain." "Terima kasih karena kemurahan hati yang mulia." "Sudahlah ... di mana Nona Chen?" tanya Kaisar Xiang seraya mengedarkan pandangannya untuk mencari pengantin wanita yang belum terlihat batang hidungnya. "Chen Yufei menya
Butiran-butiran putih turun dari langit, begitu lembut, terasa dinging dan mencair seketika saat menyentuh tangan. Ini adalah hari di mana puncak musim dingin sedang berlangsung. Namun, dinginnya udara hari ini seolah tak terasa di kediaman keluarga Chen yang sedang bahagia.Kediaman mewah keluarga Chen dihiasi kain-kain berwarna merah, banyak orang berlalu-lalang dengan mantel bulu yang melingkar di leher mereka. Asap putih mengepul dari mulut setiap orang, menandakan jika udara benar-benar dingin.Sebuah kereta kuda berwarna coklat yang terlihat polos tetapi elegan berhenti di depan gerbang kediaman keluarga Chen. Tirai kereta dibuka, muncul seorang pemuda yang mengenakan jubah hitam, membawa sebuah kotak kayu dengan ukiran cantik yang mengelilinginya. Tangan lain pemuda itu menggenggam tangan seorang gadis cantik dengan begitu erat, seolah takut kehilangan gadis itu. "Xinyue, berhati-hatilah, jalanan sedikit licin.""Aku tidak perlu khawatir selama ada Kakak Jian di sampingku."S
"Aku bersedia, Yang Mulia."Wajah Kaisar Xiang merah merona. "Kalau begitu, berhenti memanggilku Yang Mulia.""Lalu?" "Panggil aku Shuang'er."Wang Tian Lin mengangguk pelan. "Baiklah Shuang'er. Lalu kapan pernikahan kita akan digelar?""Mungkin setalah kondisi Quzhou menjadi jauh lebih baik dan rakyat bisa hidup dengan tenang. Apa kau mau menunggu?" tanya Kaisar Xiang.Wang Tian Lin mengangguk sekali, "Tentu saja. Selain itu, aku juga harus memperkuat fondasi paviliun langit dan menanam akar di banyak tempat demi menunjang kemudahanmu di masa depan."Di dalam ruang rahasia, Qu Lingfeng dan Yang Guo tidak tahan untuk tidak tertawa sehingga Wang Tian Lin bisa mendengarnya walau suara tersebut terdengar begitu pelan."Ada yang menguping pembicaraan kita."Dia adalah Wang Tian Lin, penguasa Paviliun langit yang begitu misterius. Sejak kecil, dia sudah menelan begitu banyak informasi dan memecahkan ratusan sandi rahasia milik beberapa kekaisaran, membuatnya menjadi jauh lebih oeka dari k
Di bawah kepemimpinan Kaisar Xiang, Quzhou mulai berkembang dan para rakyatnya tidak menderita seperti dulu. Tentu saja hal ini bukan karenana Kaisar Xiang seorang, tetapi karena kerja keras para pejabatnya yang menginginkan Quzhou menjadi wilayah makmur seperti dulu.Dalam kerja keras ini, Wang Tian Lin juga mengambil peran cukup besar. Karena hal itu juga, Kaisar Xiang mau menggelontorkan sedikit hartanya untuk membantu meringankan beban para bangsawan dan pedagang yang membeli gandum-gandum serta beras rakyatnya dengan harga tinggi dan menjualnya dengan harga yang sangat rendah.Hari itu, Kaisar Xiang mengundang Wang Tian Lin untuk mengunjungi tempatnya. Wang Tian Lin walaupun dia sibuk, tetapi dia tidak ada niatan untuk menolak sedikit pun. Dengan diantar oleh kasim pembawa pesan, Wang Tian Lin bisa masuk dengan mudah ke kediaman pribadi kaisar.Udara yang sangat dingin karena sebentar lagi puncak musim dingin datang membuat Wang Tian Lin sesekali menarik jubahnya untuk melindung
Sebuah kereta kuda membelah jalanan hutan dari Sekte Harimau Putih menuju ke timur, tempat dulunya Sekte Naga Suci berdiri. Xiu Zhangjian berangkat bersama Feng Yin dan Feng Xinyue serta satu orang anggota Aliansi Naga Suci sebagai kusir. Tirai kereta dibuka, tampak hutan yang dipenuhi pohon-pohon besar yang tinggi menjulang seolah mereka ingin menembus sang cakrawala biru. Setelah setengah hari menaiki kereta, akhirnya mereka sampai di Boushan. Xiu Zhangjian turun dari kereta, pemuda itu berdiri memunggungi kereta dengan mata terpejam dan kedua tangan yang terbuka. Menghirup napas dalam, Xiu Zhangjian mengembuskannya perlahan. 'Setelah sekian lama ... akhirnya aku kembali.'Feng Xinyue membantu ayahnya menuruni kereta sementara Xiu Zhangjian berjalan mendekati gundukan tanah yang dikelilingi batu-batu berukuran sebesar kepala manusia yang sudah ditumbuhi rumput liar hingga setinggi pinggang manusia dewasa.Tangan Xiu Zhangjian tidak tahan untuk tidak mencabut rumput yang tumbuh d
Satu per satu anggota Aliansi Naga Suci yang sudah pulih mulai kembali ke markas Sekte Harimau Putih. Di antara mereka, ada banyak yang kehilangan anggota tubuh seperti tangan, kaki, atau mata. Meskipun begitu, mereka tidak kehilangan semangat hidup dan harga diri mereka sebagai pendekar. Melihat Xiu Zhangjian sedang sibuk mengurusi pembangunan kuil, mereka tidak tinggal dan segera membantu sang ketua."Kalian sudah benar-benar sembuh?" tanya Xiu Zhangjian saat melihat beberapa orang mendatangi dengan membawa banyak peralatan."Jangan khawatirkan kami, Ketua. Walau kami tidak bisa bergerak secepat sebelumnya, tetapi semangat kami masih membara.""Benar, Ketua. Kami sudah sangat ingin menggerakan badan. Tolong jangan halangi kami."Xiu Zhangjian tersenyum tipis, "Baiklah jika seperti itu. Namun, jangan memaksakan diri. Jika kalian sudah tidak kuat, maka istirahatlah.""Baik, Ketua."Beberapa orang mulai mengambil posisi dan mengerjakan apa yang bise mereka kerjakan. Ada yang memecah b