Share

Bab 7_ Menjadi Budak atau Mati?

Dalam ruangan itu, keheningan terpecah oleh suara ketukan kuku pada meja. Tampak seorang lelaki dengan mahkota di kepalanya tengah menatap tajam ke arah meja. Di sana tergeletak sebilah pedang yang dihiasi ukiran naga keemasan pada pegangan dan selongsongnya.

"Yang Mu-"

Belum sampai ucapan itu selesai, lelaki dengan tatapan membunuh dan aura mencekam itu mengangkat tangan kirinya. "Kasim Bao," panggilnya membuat pria yang dipotong ucapannya menelan ludah.

"Sa-saya, Kaisar Huang ...." Kasim Bao semakin menunduk, menyadari bahwa suasana hati sang kaisar sedang buruk.

"Menurutmu, apa yang harus aku lakukan dengan pedang ini? Apa aku perlu membakarnya?" tanya Huang Fu sambil meraih pedang di hadapannya. 

"Jawab Yang Mulia, setahu saya, Kaisar sangat menginginkan pedang itu. Selain itu, Yang Mulia Kaisar juga mendapatkannya dengan susah payah. Jadi ...." Kasim Bao tidak berani menyelesaikan kalimatnya. Ia tidak mengerti apa yang diinginkan sang kaisar, apakah ingin menyimpan atau menghancurkan pedang itu. Yang Kasim Bao tahu, kepalanya bisa saja menggelinding tanpa badan, jika Huang Fu tidak suka dengan jawabannya.

"Pergi! Kalian semua pergi!" bentak Huang Fu lantang dengan mata nyaris keluar dari soketnya. Sudah pasti hal itu membuat tubuh Kasim Bao dan para pelayan bergetar, lantas bergegas keluar dari ruangan itu.

Setelah tinggal dirinya seorang, Huang Fu menggebrakkan pedang ke meja, memicu suara nyaring memekak dalam sunyi. Napasnya berembus kasar, terengah-engah. "Bagaimana mungkin dia datang di mimpiku!" desisnya. Huang Fu menatap pedang di mejanya kembali. Dalam batin ia berkata, "Siapa sebenarnya sang pewaris itu? Bagaimana bisa aku terkecoh oleh sandiwara Xiu Jian? Tidak bisa! Aku harus memastikan semuanya!"

***

Saat pintu terbuka, mata Xiu Zhangjian bergerak perlahan dari kiri ke kanan, menyisiri orang-orang di dalam ruangan. Ada empat orang yang kini menatapnya. 

Meski Xiu Zhangjian menangkap gusar dari sorot mata mereka, masih terlukis senyum ramah untuknya. Terkecuali satu orang dengan tatapan tajam dan raut wajah dingin, membuat Xiu Zhangjian menundukkan kepalanya. "Sepertinya Kak Li Min benar-benar akan membunuhku kali ini," benaknya.

Li Min beranjak dari kursinya. Ia berjalan menghampiri Xiu Zhangjian yang masih berdiri di ambang pintu. Tiap derap langkahnya menambah kadar kecemasan dalam hati Xiu Zhangjian. "Dari mana saja kau?" sergap Li Min seolah tak tahu. Meski itu jelas-jelas sebuah pertanyaan, di telinga Xiu Zhangjian terdengar seperti sesuatu yang memojokkan.

"Aku ... aku tadi pagi merasa sangat lapar. Jadi ... ah!" Xiu Zhangjian mengerang akibat jentikan keras yang mendarat di dahinya. Seketika ia mengusap-usap tengah keningnya yang memerah. Lalu, saat matanya kembali bertemu dengan mata Li Min, pemuda itu hanya bisa menunjukkan barisan giginya yang rapi.

"Beri hormat pada tetua!" bentak Li Min. Xiu Zhangjian memang belum sempat memberi hormat. Ketika ia membuka pintu, benaknya mulai dipenuhi dengan prasangka setelah melihat semua petinggi Sekte Harimau Putih di hadapannya.

"Maafkan adikku yang membuat para tetua menunggu," ucap Li Min sambil membungkuk, setelah Xiu Zhangjian memberi hormat. Suaranya begitu lembut dan tidak berdaya. 

Sontak saja hal itu membuat Xiu Zhangjian menoleh dan memandangnya. Ia menggerutu dalam batin, "Manis sekali! Apa ini sungguh orang yang sama dengan yang membentakku tadi?"

"Ketua Li tidak perlu sungkan, mari kita mulai saja pembicaraan ini," ujar Feng Yin diikuti anggukan dua tetua lainnya.

Li Min mengangguk. Ia meminta Xiu Zhangjian duduk di sampingnya. "Beberapa waktu lalu, seorang utusan dari istana datang membawa surat dari Kaisar Huang. Surat itu berisi perintah untuk tunduk pada Kaisar Huang," tuturnya.

"Maksudnya, Kaisar Huang menginginkan Sekte Harimau Putih menjadi pendukungnya?" sahut seorang tetua dengan alis bertaut. Itu adalah Tetua Ho, yang biasa memimpin latihan pagi. Ia jelas terkejut dengan apa yang disampaikan Li Min. 

Ekspresi yang sama juga ditunjukkan oleh lelaki dengan bekas luka sayat di pipinya, yakni Tetua Kang. Akan tetapi, hal berbeda tampak dari Feng Yin. Melihat air muka Feng Yin yang tenang, Xiu Zhangjian mengerti bahwa perintah 'konyol' dari Kaisar Huang itu telah diketahuinya.

"Benar, Tetua. Tidak hanya Sekte Harimau Putih, tetapi juga sekte-sekte aliran putih lainnya di Quzhou," imbuh Li Min setelah menghela napas.

"Apa?" pekik Xiu Zhangjian refleks, membuat perhatian semua orang langsung tertuju padanya. Setelah menyadari responsnya berlebihan, Xiu Zhangjian membungkam sendiri mulutnya dengan kedua tangan. "Maafkan aku."

Hal yang membuat Xiu Zhangjian demikian sudah jelas, ia mencemaskan pembalasan dendam pada Huang Fu dan pendekar Aliansi Gongliao lainnya. Selama ini para pembunuh ayahnya itu sudah sangat kuat, apalagi kalau sampai mendapat dukungan dari sekte aliran putih. Benarkah ia masih memiliki kesempatan untuk membalas dendam?

"Jika kita menolak perintah itu, mereka akan menyerang," jelas Feng Yin menambahkan. Ia menggertakkan gigi-giginya, mengutuk Huang Fu dalam hati.

"Kurang ajar! Mereka jelas tidak memberi kita pilihan. Sekte mana yang berani melawan pasukan kerajaan dan Aliansi Gongliao? Jika mereka menyerang, hanya ada dua kepastian sebagai hasil akhir, menjadi budak ... atau mati! Huang Fu sudah melampaui batasan!" kata Tetua Kang yang menahan tangannya agar tidak sampai menggebrak meja.

Mendengar ucapan para tetua, Xiu Zhangjian mengepalkan tangannya kuat-kuat. Rahangnya mengeras dan napasnya terasa sesak. "Bahkan jika aku harus mati, itu lebih baik daripada menyerah atau menjadi budak," batinnya.

"Kita tidak boleh menyerah, apalagi menjadi budak mereka! Kalaupun mati adalah jalan terakhir untuk mempertahankan kehormatan, itu lebih baik," tegas Tetua Kang menambahkan lagi, seolah mendengar kata hati Xiu Zhangjian.

"Tidak, Tetua Kang. Jika kita mati, mereka tidak memiliki alasan lagi untuk menahan diri dari berbuat sewenang-wenang. Meskipun selama ini Kaisar Huang sudah menyengsarakan rakyat dengan pajak yang mencekik, dia masih membatasi diri karena tidak ingin mendapat protes keras dari sekte aliran putih," tukas Feng Yin tidak ingin gegabah.

"Lalu apa yang harus kita lakukan? Apa kita harus menuruti perintah itu hanya demi mempertahankan nyawa? Semua orang tahu tidak ada sekte yang lebih kuat dari Sekte Naga Suci. Jika saat itu Sekte Iblis Merah hanya bergerak sendiri, Huang Fu tidak akan menang. Sekarang, dengan posisinya sebagai kaisar sekaligus ketua Aliansi Gongliao, siapa yang akan tetap hidup setelah melawan mereka? Kalau sang pewaris Pedang Naga Suci saja tewas terpenggal, apalagi ...." Tetua Kang langsung menghentikan ucapan frustrasinya. Ia baru ingat kalau putra dari Xiu Jian ada di antara mereka. Matanya beralih pada Xiu Zhangjian untuk memastikan apakah perkataannya menyinggung pemuda itu atau tidak.

Xiu Zhangjian tidak bisa menyembunyikan amarahnya, tampak jelas dari wajahnya yang merah padam dan begitu dingin. Bahkan aura membunuh dirasakan orang-orang di dalam ruangan itu. Xiu Zhangjian berdiri dan membungkuk. Dengan suara parau ia berkata, "Tanpa mengurangi rasa hormat, aku mohon undur diri."

Melihat hal tersebut, ruangan terasa semakin panas akibat suasana yang menegang. Tetua Kang ingin sekali meminta maaf atas ucapannya, tetapi entah bagaimana aura membunuh yang dipancarkan Xiu Zhangjian begitu kuat hingga membuatnya membeku.

"Tunggu!" pekik Li Min menghentikan kaki Xiu Zhangjian. "Duduk kembali ke tempatmu sekarang!"

Xiu Zhangjian menggertakkan gigi lebih kuat. Tenggorokannya terasa seperti tercekik. Ia berusaha keras untuk tidak melampiaskan dendamnya pada orang yang salah. Maka, akhirnya helaan napas kabur dari mulutnya. Dengan tenang ia berkata, "Maafkan aku, Ketua Li. Aku tidak bisa." Xiu Zhangjian kembali melangkah mendekati pintu.

"Berhenti! Kau harus kembali untuk mendengarkan takdirmu!" teriak Li Min sangat keras. Suaranya yang jauh lebih lantang dari sebelumnya bahkan sampai memekakkan telinga.

Xiu Zhangjian yang telah menyentuh pintu, menoleh ke belakang dan berkata lirih, "Takdirku?"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Asep Sukmana
bagus ceritanya jadi oenasaran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status