Li Min meletakkan gulungan kertas usang dari balik bajunya ke atas meja, tepat di hadapan Xiu Zhangjian. Dengan lirih ia berkata, "Bacalah, itu pesan ayahmu."
Xiu Zhangjian mengambil gulungan itu dengan tergesa-gesa. Ia merentangkan kertas itu dengan napas tertahan.
Semua orang hanya diam menyaksikan manik coklat tua Xiu Zhangjian bergerak dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah, menggerayangi setiap karakter yang tertulis. Namun, dalam keheningan itu wajah mereka menegang ketika menyaksikan getaran hebat pada kertas tersebut akibat tangan Xiu Zhangjian yang bergerak-gerak sendiri.
"Ada apa?" tanya Feng Yin cemas.
"A-aku ... sang pewaris pedang?" kata Xiu Zhangjian seraya meletakkan gulungan kertas itu masih dengan tangan bergetar. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi, seolah tidak ada tenaga yang tersisa untuk tetap tegak.
Feng Yin yang sedari awal sudah dilingkupi penasaran, kini tidak mampu lagi membendung rasa ingin tahunya. Ia meraih dan membaca gulungan kertas itu. Matanya terbelalak seolah baru saja melihat sebuah rahasia besar. Sudah barang tentu hal itu memancing tetua lainnya untuk mengetahui apa yang dituliskan Xiu Jian untuk putranya.
Hening pun memenuhi ruangan. Semua orang sibuk bergelayut dengan pikiran masing-masing. Wajar saja jika mereka begitu terkejut. Faktanya, apa yang mereka baca bertentangan dengan yang mereka yakini sebagai kebenaran selama puluhan tahun.
"Jadi, Zhangjian adalah pewaris Pedang Naga Suci dan bukan ayahnya? Tapi, bagaimana bisa?" celetuk Feng Yin kemudian.
Li Min mengangguk mantap. Ia menjelaskan bahwa Xiu Jian memang sengaja menciptakan kesan di masyarakat bahwa dirinya adalah sang pewaris. Xiu Jian tidak ingin membuat putranya menjadi 'incaran' lawan. Gelar sang pewaris merupakan anugerah sekaligus bencana. "Guru Xiu selalu mengatakan bahwa gelar itu hanya meminta nyawa sebagai tumbalnya. Hingga pada akhirnya nyawanya ... terenggut juga," tuturnya dengan pandangan menerawang.
"Ayah ...." Bahkan ayahnya tidak pernah mengatakan apa pun padanya. Bukan, pasti Xiu Jian tidak hanya merahasiakan hal itu dari dirinya, melainkan dari semua orang. Hanya kepada Li Min rahasia itu tersingkap.
"Seperti yang tertulis dalam surat itu, semestinya Zhangjian mengetahui takdirnya ketika berusia 20 tahun. Tapi ... dengan situasi sekarang, aku terpaksa mengungkap ini lebih awal," terang Li Min tidak berdaya. "Seorang pewaris harus memiliki kekuatan fisik dan tenaga dalam yang cukup untuk menggunakan Pedang Naga Suci. Jika tidak, pewaris bisa tewas karena tidak mampu menopang kekuatan pedang, sebab setelah pedang keluar dari sarungnya, segel kekuatan itu akan terbuka. Sebenarnya, dengan kemampuan Zhangjian sekarang, tubuhnya sudah cukup kuat untuk menggunakan pedang itu. Tapi ...."
"Pedang itu berada dalam genggaman Kaisar Huang!" sahut Tetua Ho menyelesaikan kalimat Li Min.
Hening kembali merebak. Pikiran semua orang tersita pada sosok Huang Fu setelah berhasil mendapatkan Pedang Naga Suci. Bisa dikatakan, kekuatan dan kekuasaannya meningkat pesat. Namun, ada yang aneh! Peningkatan itu terjadi berkat besarnya dukungan dari para anggota maupun pejabat, bukan karena Huang Fu memiliki pedang pusaka tersebut.
"Huang Fu tidak pernah terlihat menggunakan pedang itu," ujar Li Min menyatakan keganjilan yang terselip dalam benak semua orang.
"Benar, dulu Huang Fu memang selalu membawa pedang itu, tetapi tidak pernah menggunakannya. Beberapa tahun terakhir, Huang Fu bahkan tidak pernah terlihat membawanya lagi."
"Itu karena hanya-"
Belum sempat Li Min menjelaskan, semua orang dikejutkan dengan pintu ruangan yang terbuka mendadak. Seorang gadis dengan kerut di keningnya berdiri di ambang pintu.
"Xinyue! Apa yang kau lakukan? Tidak bisakah tanganmu mengetuk pintu sebelum masuk?" sergap Feng Yin yang langsung berdiri dari duduknya.
Xinyue bergeming sesaat atas respons sang ayah. Belum pernah sekalipun Feng Yin membentak putrinya. Namun, Xinyue lekas tersadar. "Hormat pada Ketua Li dan para tetua. Maafkan aku karena sudah lancang."
Li Min tersenyum lembut dan berkata, "Tidak apa Nona Feng, tentu ada hal penting yang ingin kau sampaikan. Katakanlah!"
Xinyue menatap lekat ayahnya. Kerutan pun muncul di dahi gadis itu. "Utusan Aliansi Gongliao menunggu Tetua Feng di ruang tamu."
***
Feng Yin menuangkan teh pada dua cangkir putih dengan ornamen bunga di permukaannya. "Ini adalah teh hijau terbaik yang didatangkan langsung dari petani. Silakan, Tuan."
"Ah, Tuan Feng terlalu repot. Aku bisa menuang teh itu sendiri," balas lelaki di hadapannya.
"Tidak repot, sebuah kehormatan bisa menjamu Tuan Tong." Ia menyesap teh di cangkirnya. Lalu masih dengan senyum ramah ia bertanya, "Jadi ... apa yang membuat Tuan Tong sampai berkunjung ke markas sekte kecilku ini?"
Tong Mu meletakkan cangkirnya yang telah kosong. Sebuah senyum simpul terlukis di wajahnya. "Hahaha, ternyata rumor itu memang benar. Tuan Feng adalah seorang yang sangat rendah hati. Dengan kemampuan bela diri yang hebat, juga markas sebesar ini, bukankah Sekte Harimau Putih bisa melahirkan banyak pendekar sakti? Bahkan mungkin kekuatannya cukup untuk menandingi Aliansi Gongliao."
Feng Yin tersentak oleh ucapan Tong Mu yang mengandung maksud tertentu itu. Namun, ekspresi wajahnya tetap tenang. Ia kembali menuangkan teh ke cangkir Tong Mu. "Apa yang aku dengar selama ini juga benar, bahwa Tuan Tong seorang yang pandai bergurau. Tentu akan sangat membanggakan jika apa yang Tuan katakan sungguh terjadi. Kenyataannya, sekteku bukan apa-apa jika dibandingkan dengan Aliansi Gongliao. Bahkan Sekte Tengkorak Darah jelas lebih unggul dari Sekte Harimau Putih."
Tawa Tong Mu kembali terdengar. Ia meneguk teh hingga habis. Sesaat kemudian sorot matanya menajam. Dengan suara berbisik ia berkata, "Kalau begitu, bergabunglah dengan Aliansi Gongliao!"
"Ada apa, Tetua Feng?" "Aku telah menyinggung utusan Aliansi Gongliao. Ketua Li, berikan daftar itu pada Zhangjian!" "Baik, Tetua!" Li Min pun menyerahkan gulungan kertas dari lengan bajunya kepada Xiu Zhangjian. "Cepat kumpulkan mereka di sini!" Xiu Zhangjian membuka gulungan kertas dari Li Min. Di dalamnya tertulis 10 nama anggota muda Sekte Harimau Putih. Ia pun berlari keluar dengan jantung berdebar kuat. Sebenarnya Xiu Zhangjian masih belum mengerti apa yang terjadi. Namun, keadaan bahkan tidak memberi waktu padanya untuk sekadar bertanya. Beberapa saat kemudian, Xiu Zhangjian telah kembali ke dalam ruang pertemuan bersama 10 orang yang ada di dalam daftar. Kebingungan tampak jelas di wajah mereka semua. Akan tetapi, sama seperti Xiu Zhangjian, mereka juga tidak menanyakan apa pun dan hanya saling menatap. Melihat ekspresi wajah Li Min dan Feng Yin yang penuh kerut di dahi, cukup menunjukkan bahwa situasinya tidak sedang baik-baik s
Tong Mu tersenyum puas saat semua anggota Sekte Harimau Putih berhasil ditakhlukan. Ia mengikat sendiri tangan Feng Yin selagi para prajuritnya melakukan hal yang sama ke semua lawan. "Kaisar Huang benar, bukan hal sulit untuk melumpuhkan sektemu. Aku hanya perlu mengalahkanmu dan mereka akan menuruti ucapanku. Tapi ... tidakkah ini terlalu mudah? Kau terlalu lemah sebagai tetua dari sekte dengan pasukan pemanah yang hebat."*Beberapa saat sebelumnyaTong Mu memberi hormat pada Huang Fu. Ia bergegas kembali ke istana setelah hasil dari kunjungannya ke markas Sekte Harimau Putih mengecewakan."Bagaimana?""Sesuai dugaan Yang Mulia, Feng Yin menolak."Huang Fu meletakkan cangkir tehnya di atas meja dengan sedikit penekanan, membuat bunyi tertentu keluar akibat benturan itu. Tong Mu menelan ludah ketika melihat Huang Fu mencengkeram erat cangkir tersebut hingga pecah."Kerahkan ratusan prajurit untuk menyerang! Bawa tiga bola api bersamam
Penjara kerajaan Quzhou terdiri atas dua bagian besar, yakni bawah dan atas tanah. Penjara di atas tanah kondisinya lebih baik daripada yang ada di bawah tanah. Selain itu, perlakuan pada para tahanan juga sedikit lebih manusiawi. Sementara itu, penjara bawah tanah dihuni oleh orang-orang yang dinyatakan bersalah dalam kasus-kasus berat, seperti pembunuhan, pemberontakan, dan sebagainya. Itu sebabnya para anggota Sekte Harimau Putih ditempatkan di penjara bawah tanah. Kondisi penjara bawah tanah sangat pengap dan gelap dengan beberapa obor sebagai pelita. Setiap sel tahanan berukuran sangat sempit dan diisi paling tidak lima orang. Sementara menyoal makan, para tahanan hanya diberi jatah makan dua kali. Itu pun sangat terbatas jumlahnya. Satu sel penjara biasanya hanya mendapat jatah makan satu mangkok bubur. Makanan hanya akan diletakkan di luar sel sehingga para tahanan harus makan dengan jeruji besi sebagai pembatas. "Makanlah! Besok kalian harus mulai bekerja! Jangan sampai kal
Hari telah larut. Beberapa penjaga di sekitar paviliun itu bahkan tampak terangguk-angguk dengan mata enggan terbuka. Penjaga lain yang masih terang matanya mengingatkan dengan berbisik, "Bangunlah sebelum Yang Mulia memerintahkan prajurit lain untuk membuatmu tidak bisa bangun selamanya.""Hm ... kau berlebihan," sahut si penjaga dengan malas, lantas kembali memejamkan mata."Sialan! Benar-benar sialan!" Sebuah makian lantang dari seorang laki-laki diikuti suara bantingan keras terdengar dari dalam paviliun. Hal itu jelas membuat beberapa penjaga yang semula dihinggapi kantuk, langsung terbelalak matanya seperti baru saja melihat kematian. Sementara penjaga yang tadi mengingatkan, kini berusaha keras untuk tidak tertawa. Walau bagaimanapun ia masih ingin hidup juga.Adapun penyebab seseorang mengumpat di dalam paviliun tentu saja bukan lantaran penjaga yang mengantuk saat bertugas. Jika dilihat, tampak sebuah pedang dengan ukiran naga yang tergeletak di lantai.
"Minggir! Jangan bantu dia! Biarkan dia bangun sendiri!" suara seorang penjaga memekak di tengah terik matahari. Beberapa budak yang berada di sekitar menghentikan sesaat pekerjaan mereka, sebelum kemudian peringatan dari penjaga lainnya membuat mereka kembali bekerja.Sementara itu, penjaga wanita yang tadi didorong rekannya saat hendak membantu seorang budak berdiri, tampak berkerut dahinya. Tanpa takut ia berkata lantang, "Cao Yunding, apa kau tidak melihat?! Dia sudah tua dan kakinya terluka."Cao Yunding tidak lain adalah penjaga yang menendang salah seorang anggota Sekte Harimau Putih ketika jatuh dalam perjalanan menuju istana. Ia juga orang yang pertama kali memukul para budak karena tidak menjawab ketika Chen Long bertanya di lapangan penjara."Diam! Apa kau tidak tahu siapa dia?! Dia Feng Yin, tetua Sekte Harimau Putih. Dialah orang yang menolak kebaikan Kaisar Huang. Sekarang, biarkan dia bangun dengan kesombongannya!"Penjaga wanita itu hanya
"Kau tidurlah. Aku akan keluar sebentar.""Keluar? Ini masih terlalu pagi. Kau mau pergi ke mana?"Penjaga itu membiarkan pertanyaan rekannya menguap dan pergi begitu saja tanpa mengatakan apa pun. Setelah lonceng menggema, ia menyadari bahwa satu kuncinya hilang. Oleh sebab itu, usai memastikan semua budak masuk ke dalam sel masing-masing, penjaga itu bergegas mencarinya."Sepertinya kunci itu jatuh saat orang-orang bodoh membuat masalah. Hah ... Pasti karena orang menjijikan itu memelukku terlalu kuat!" gerutunya sambil berjalan menuju tempat yang ia duga bisa menemukan kuncinya di sana.Tepat sekali, penjaga yang berjalan sendiri menyusuri lorong penjara itu adalah Cao Yunding. Ia dan tiga orang temannya bertugas untuk membuka dan mengunci sel tahanan bawah tanah. Setiap penjaga memegang dua kunci yang sama. Saat waktu bekerja para budak telah selesai, ia melihat hanya ada satu kunci yang tergantung di ikat pinggangnya.Dengan langkah cepa
"Apa yang terjadi?""Aku dengar beberapa penjaga mengatakan ada mayat ditemukan di dekat pembangunan benteng.""Benarkah? Mayat siapa?""Aku tidak tahu pasti. Tapi sepertinya itu mayat penjaga."Pagi ini tahanan kerajaan Quzhou dibuat gempar oleh sesosok mayat penjaga yang tewas dengan keadaan mengenaskan. Meski tidak ada bekas luka sabetan senjata tajam, tampak jelas jika penjaga itu adalah korban pembunuhan. Lalu siapakah pelakunya?Melihat cara pembunuh mematahkan tulang si penjaga, bisa disimpulkan bahwa pelaku adalah seorang ahli bela diri yang kuat. Terlebih, orang yang tewas bukan penjaga biasa, melainkan salah seorang penjaga senior yang membawahi beberapa penjaga lainnya."Tenang!" teriak seorang penjaga sembari memukulkan batang besi pada besi lainnya, memicu suara nyaring yang memekak dalam lapangan penjara yang tertutup. Para tahanan pun lekas menghentikan perbincangan mereka sebelum mulut mereka tertutup selamanya.Di dep
Tunggu, apakah tahanan yang pingsan tadi Xiu Zhangjian?Sangat tepat! Faktanya, kini Xiu Zhangjian basah kuyup akibat guyuran dua ember air. Apakah tadi dia benar-benar pingsan? Ayolah ... sang pewaris tidak akan pingsan hanya karena kelelahan memikul batu! Lantas mengapa Xiu Zhangjian demikian?"Calon suamiku ... apa kau baik-baik saja?" Chen Yufei mengusap sisa air dari wajah pemuda di hadapannya. Sorot matanya memancarkan kecemasan yang tidak terbendung.Sejujurnya, ada banyak tahanan yang menjadi panas hatinya akibat tindakan Chen Yufei. Tahanan pria merasa iri dengan Xiu Zhangjian, sedangkan tahanan perempuan iri pada Chen Yufei yang berani memeluk budak paling rupawan di penjara Quzhou."No-nona Chen, apa yang kau-""Kau, berani-beraninya memperlakukan calon suamiku seperti ini?! sambar Chen Yufei dengan tatapan mengintimidasi."Ta-tapi, dia hanya seorang budak. Bagaimana mungkin dia bisa menjadi calon suamimu?" Sang penjaga nyaris tak