“Saya merasa tersanjung karena dapat bertemu dengan tuan Yao yang terkenal akan kesaktiannya” Long Wan membungkuk untuk memberikan hormat kepada si Tongkat Setan, melihat sikap pemuda itu Yao Guai mengelus janggutnya yang memutih kemudian mengangguk pelan.
“Ternyata murid Pendeta To hanyalah seorang gembel” si Ceriwis dan teman-temannya tertawa cekikikan, akan tetapi Long Wan mengacuhkannya karena perhatiannya tertuju kepada Yao Guai, tampaknya orang tua sakti itu datang ke tempat ini hanya untuk mencari gara-gara saja.
“Jika tuan ada urusan dengan saya, mari kita selesaikan di luar sebab semua ini tidak ada hubungannya dengan tuan Kwe” kata Long Wan, mendengar perkataan pemuda itu Yao Guai atau si Tongkat Setan tertawa ngakak. “Kamu bilang tidak ada hubungannya? Sudah jelas adik seperguruanmu itu anaknya Kwe Ang!”
“Sebentar tuan-tuan” tuan Kwe berdiri untuk melerai ketegangan antara Long Wan dengan Yao Guai. “Putriku yang bernama Kwe Lin memang benar dahulu pernah menjadi muridnya Pendeta To, maka yang menyangkut dirinya tentu urusanku juga!” kata Tuan Kwe sambil melirik Kwe Lin.
“Ha .. ha, betul sekali masalah anak maka jadi urusan orang tua juga” sahut Yao Guai. Long Wan menarik napas panjang, tadinya ia datang ke tampat ini hanya sekedar mampir untuk melepas rindu dengan adik seperguruannya sekaligus menyerahkan kitab pusaka warisan gurunya.
Di sisi lain Dewa Pedang dan muridnya saling pandang, keduanya curiga bahwa kedatangan Yao Guai ke tempat ini selain untuk mengacau juga ada kaitannya dengan rumor setahun yang lalu tentang peta harta karun kerajaan Hua. Jika mengingat tragedi tersebut, hati si Raja Pedang tidak karuan sebab dirinyapun ikut terlibat akan kematian sahabatnya yang bernama Pendeta To.
“Baiklah aku tidak akan berbasa-basi lagi, kalian berdua sebagai murid-muridnya Pendeta To tentu mengetahui peta harta karun yang disembunyikan oleh gurumu!” mendengar perkataan Yao Guai emosi Lin Lin tersulut. Bagaimana tidak, ucapan si Tongkat Setan itu mengingatkan akan tragedi kematian gurunya yang tidak wajar.
“Kakek tua busuk, masalah ini sudah selesai setahun yang lalu dengan kematian guruku!” Kedua mata Lin Lin mendelik tajam “Jaga ucapanmu nona!” si Ceriwis terlihat marah karena gurunya dipanggil kekek busuk oleh Lin Lin.
“Maaf atas kemarahan adik seperguruanku, akan tetapi apa yang dikatakannya memang benar bahwa rahasia peta harta karun yang dahulu menjadi rebutan seluruh dunia persilatan kami berdua sama sekali tidak mengetahuinya!” kata Long Wan.
“Bohong!” bentak si Ceriwis “Kalian berdua pasti menyembunyikannya, dan kau tuan Kwe pasti bersekongkol dengan putrimu!” mendengar ayahnya difitnah, amarah Lin Lin tidak bisa ditahan lagi. Gadis itu melompat ke arah si ceriwis sambil melayangkan pukulan. “Hup!” si Ceriwis berkelit, dengan mudah serangan Lin Lin dapat ia hindarkan, bahkan lebih dari itu dengan senonohnya ia mencolek dagu Lin Lin. Sontak saja Lin Lin semakin murka.
“Jahanam!” Sumpah serapah keluar dari mulut Lin Lin, akan tetapi hal itu membuat si Ceriwis semakin genit. “Tolong jangan membuat keributan di tempat ini!” Dewa Pedang melompat untuk melerai pertikaian Lin Lin dan murid si Tongkat Setan.
“Paman, biarkan aku mengadu nyawa dengan dia!” bentak Lin Lin “Ho ho, sabar cantik. Kalau masu bersenang-senang saya siap melayanimu” ejek si Ceriwis. “Tuan, demi kebesaran namamu tolong jaga sikap muridmu!” Dewa Pedang menatap tajam ke arah Yao Guai, akan tetapi namanya kalangan hitam mana peduli akan tatakrama atau kesopanan.
“Begini saja, aku menantang kedua murid Pendeta To atau siapa saja juga yang membela mereka” kata Yao Guai, suaranya terdengar serak dan menyeramkan pertanda ia sedang serius. “Perlu kalian ingat, siapa saja yang menyembunyikan peta harta karun kerajaan Hua, maka akan dicap sebagai pemberontak oleh kaisar!” Mendengar perkataan Yao Guai, semua hadirin di tempat itu ribut. Mana mau mereka dianggap pemberontak oleh kaisar yang terkenal sangat kejam dan tidak pandang bulu.
Mereka semua mundur, bahkan Dewa Pedang pun tidak berani gegabah. Ia tahu bahwa Yao Guai sangat dekat dengan putera mahkota kerajaan Beng. Kwe Ang menarik napas panjang, kemudian melirik kepada Lin Lin. Ada penyesalan dalam hatinya kenapa dulu ia menyerahkan Lin Lin untuk belajar silat kepada Pendeta To.
“Tuan, masalah ini tidak ada hubungannya dengan semua yang hadir di tempat ini. Saya selaku murid tertua yang bertanggung jawab atas semua urusan mendiang guruku!” kata Long Wan. “Suheng!” lirih Lin Lin, ia mencemaskan keadaan kakak seperguruannya.
Lin Lin tahu bahwa ia dan Long Wan hanya mempelajari ilmu silat kacangan saja, mana mungkin bisa menandingi si Tongkat Setan. Sekedar menandingin Tianba saja Long Wan tidak sanggup!. “Tidak apa-apa sumoi, lebih baik kembali ketempatmu biar saya yang menghadapi komplotan si Tongkat Setan!”
“Bagus, berarti kamu berani menantangku?” tanya si Tongkat Setan. “Benar, dengan syarat jangan libatkan sumoi dan keluarganya. Jika saya kalah, maka tuan boleh membawa saya ke mana pun juga, akan tetapi sebaliknya jika tuan kalah maka tolong segera tinggalkan tempat ini!” kata Long Wan, kedua matanya menatap tajam ke arah Yao Guai.
“Baik, aku menerima semua persyaratanmu!” Yao Guai membalas tatapan tajam Long Wan. Suasana di tempat itu terasa hening karena tegang. Mereka mengkhawatirkan keadaan Long Wan, semuanya tahu kesaktian Yao Guai sangat tinggi, mungkin satu-satunya yang dapat menandingi si Tongkat Setan hanyalah si Dewa Pedang.
Akan tetapi Dewa Pedangpun tidak mau turun tangan, selain itu bukan urusannya diapun tidak mau dicap sebagai pemberontak atau orang yang bersekongkol dengan penghianat!.
“Kau?”Long Wan berusaha bangkit, namun pandangan matanya masih samar-samar akibat efek racun dalam tubuhnya. Wanita bercadar yang sejak semalam tadir tidur memeluknya terlihat terkejut, buru-buru melompat bangkit sambil membetulkan kain yang menutupi wajah bagian bawahnya. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, gadis itu mendorong batu besar yang menutupi goa.“Byar!”Cahaya matahari pagi menerangi dalam goa dan membuat Long Wan memicingkan matanya yang terasa silau.“Nona, siapa kamu sebenarnya dan apa yang telah kita lakukan di tempat ini?”Long Wan berteriak, namun seruannya diacuhkan oleh gadis tadi.“Tunggu!”Long Wan merangkak bangkit, dengan sempoyongan ia berusaha mengejar wanita bercadar hijau itu namun sesampainya di luar suasana di tempat itu sangat sepi dan tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain.“Ah apa aku bermimpi?”Long Wan memukul-mukul kepalanya yang terasa sangat pening, namun ketika meraba dadanya yang terasa sakit dan perih ia terperanjat karena mendapati dadanya
Daya tahan Long Wan memang luar biasa, walaupun dia terombang ambing di lautan lepas dan terkena tusukan pedang beracun para penghuni pulau hantu ia masih hidup, akan tetapi kondisinya sangat memprihatinkan.Tubuh Long Wan panas dingin terserang demam, berkali-kali ia merintih dan pingsan lagi akibat terlalu banyak mengeluarkan darah. Kalau tidak segera ditolong kemungkinan ia akan tewas. Saat itu suasana di Pulau Hantu mulai gelap karena matahari sudah terbenam di ufuk barat.“Li Mei, Lin Lin”Berkali-kali ia mengigau dan memanggil-manggil orang-orang terdekatnya.“Wur!”Gelombang ombak kembali mengamuk dan membasahi tubuhnya yang sedang terdampar di pesisir pulau. Tentu saja hal itu semakin menyiksa tubuhnya. Di saat yang kritis antara hidup dan mati, ada perahu kecil yang berlabuh di dekatnya. Tidak lama kemudian sesosok bayangan hitam segera menghampirinya.Bayangan hitam tadi rupanya seorang wanita, tubuhnya terlihat sangat ramping dan wajahnya ditutupi kain berwarna hijau. Untuk
“Byur!”Perahu yang ditumpangi Long Wan bergoyang dan hampir terbalik karena dihantam gulungan ombak yang sangat besar. Pemuda itu mengerahkan tenaganya untuk mengimbangi laju perahu yang sedang diombang-ambing air laut.“Gawat, kalau seperti ini terus aku bisa tenggelam!”Walaupun ia seorang pendekar hebat, namun ketika melihat gelombang air laut yang sangat dahsat bulu kuduknya merinding juga.Sudah setengah hari lamanya ia berlayar, dan daratan dibelakangnya tidak tampak lagi. Kini Long Wan terombang-ambing di tengah lautan lepas. Yang ada hanya kehampaan dan ketakutan yang sangat mencekam.Seumur hidup baru kali ini ia berlayar seorang diri cukup jauh ke tengah-tengah lautan. Sejak kecil Long Wan hidup di wilayah Selatan dan tidak mengenal laut, kemudian setelah Dewasa mengembara di dataran Gurun Gobi yang tandus dan gersang.Lautan menyimpan banyak misteri, dan entah mengapa semakin lama ia berlayar perasaannya diliputi oleh rasa takut yang sangat mencekam apalagi saat itu ia han
“Lepaskan!”Lelaki itu terus mengerahkan tenaganya, akan tetapi semakin ia bergerak, cengkraman tangan Long Wan semakin keras dan mengakibatkan pergelangan tangannya terasa sakit seperti dijepit besi baja panas.“Hei, apa yang kamu lakukan terhadap anak buahku, hah?”Si tengkulak menghampir Long Wan, namun ia mengurungkan niatnya saat melihat kedua mata pemuda itu mencorong tajam seperti seekor harimau.“Anak muda, tolong jangan membuat masalah, nanti urusannya semakin berabe”Nelayan tadi menepuk bahu Long Wan, ia tidak ingin pemuda yang telah menolongnya itu membuat keributan di pasar. Akan tetapi terlambat, sebab anak buah si tengkulak mengetahui keributan itu dan langsung berdatangan lalu mengerubuti Long Wan sambil mengacungkan golok besar yang biasa dipakai untuk memotong ikan.“Tangkap si pembuat onar ini!”“Sring!”Golok di tangan anak buah tengkulak terlihat berkilauan tersorot sinar matahari. Melihat itu, sontak saja semua orang yang sedang berjualan lari berhamburan meningg
“Ada apa dengan pulau-pulau di sana, paman?”“Di sana ada sesuatu yang sangat mengerikan”“Ada binatang buas?” Pancing Long Wan.“Bukan, seumur hidup menjadi nelayan sudah banyak menemukan binatang laut yang sangat ganas. Namun lagi-lagi tidak sebanding dengan sesuatu yang tersembunyi di pulau itu?”“Ada hantu?”“Kamu tahu?”Nelayan tadi melirik ke arah Long Wan, ia baru menyadari bahwa pemuda itu tidak kesulitan membawa bakul berisi ikan yang baru ia tangkap. Padahal barang tersebut sangat berat, dia saja yang sudah terbiasa bekerja keras sangat kesulitan namun pemuda di sampingnya walaupun badannya tidak kekar tapi sanggup memikulnya, bahkan tidak berkeringat sama sekali.Akhirnya si nelayan tadi sadar, bahwa Long Wan bukanlah pemuda sembarangan. Tentunya ia orang sakti yang sedang menyelidiki tempat ini. Ia teringat berbagai pengalamannya yang sering bertemu dengan orang-orang aneh dan sakti.Banyak jagoan ataupun pendekar yang sangat lihai, namun fisiknya terlihat biasa-biasa saja
“Paman, bolehkah saya menyewa perahu ini?”Nelayan yang sejak tadi sibuk mengeluarkan ikan dari jala sejenak menghentikan pekerjaannya, lalu menoleh ke arah Long Wan.“Tuan muda hendak ke mana?”“Saya ingin berpelesir ke sekitar lautan, kata orang-orang laut di sini sangat indah”“Berpelesir?”“Betul sekali, paman”“Lautan di sini ombaknya sangat ganas, saja tidak berani berlayar terlalu jauh, lagian di sini tidak ada pantai yang bisa dikunjungi, kecuali,”“Kecuali apa, paman?”“Sudahlah, saya tidak bisa menyewakan perahu ini”Nelayan tadi melanjutkan pekerjaannya, namun Long Wan dapat menangkap raut muka nelayan itu yang terlihat sedikit pucat, tampaknya ia sangat ketakutan.“Apakah di sekitar pantai ini ada pantai?”“Aku tidak tahu, lebih baik kamu pulang saja sebab semua orang di tempat ini tidak akan ada yang mau menyewakan perahunya kepadamu”“Kenapa begitu?” Long Wan sangat kecewa mendengar perkataan nelayan tadi.“Pulang saja, saya sedang sibuk!”“Saya sanggup membayar berapapu