Malam panjang yang diakhiri dengan kalahnya dua iblis suruhan dari Hiranyaksipu memberikan kesempatan baru bagi tiga anak yang berhasil dibebaskan oleh Arya Santanu, Dewi Sari Kencana dan Ki Janggan Nayantaka untuk memulai hidup baru."Ke mana kalian akan pergi? Kembali ke desa, 'kah?" Arya Santanu bertanya."Rumah kami telah dihancurkan. Kedua orang tua kami dan para warga desa telah tewas dibantai oleh para siluman. Kami tidak tahu mau ke mana?" Aska Narendra menundukkan kepalanya. "Apa mereka bisa tinggal di desa Kulon Anyar? Aku rasa desa tempat asal Arya Santanu yang paling cocok untuk mereka. Lagi pula di sana tingkat kejahatan rendah." Dewi Sari Kencana coba memberi saran."Tentu saja rendah. Desa Kulon Anyar adalah satu-satunya desa yang dilindungi oleh para Dewa. Ditambah lagi ada diriku yang dikurung di sana. Bagi para siluman dan iblis, desa itu akan menjadi tempat terakhir yang akan mereka datangi untuk merampok atau pun melakukan pembantaian." Asura menyela pembicaraan me
"Kau sudah datang rupanya. Bagaimana dengan para perampok itu? Apa sudah beres?" Ki Janggan Nayantaka begitu santai bertanya.Dewi Sari Kencana hanya melirik tajam di kakek tua itu. Ia justru menarik Arya Santanu untuk masuk ke dalam desa Pantai Selatan setelah berhasil membekukan pasukan siluman. "Kau tahu, saat wanita marah, amarahnya jauh lebih menakutkan dari pada iblis." Asura menyindir Ki Janggan Nayantaka. Ia melipir pergi mengikuti Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana."Aku tahu… karena itu aku yang memintanya melakukan pekerjaan itu." Ki Janggan Nayantaka tersenyum.Mereka mengendap-endap dan bersembunyi di belakang bangunan. Alun-alun desa begitu ramai oleh para siluman dan iblis. Mereka semua bersorak atas pesta pengorbanan puluhan anak kecil dan para wanita. Seluruh warga desa Pantai Selatan pun diminta untuk ikut serta dalam upacara persembahan untuk iblis kuno tersebut. Beberapa di antara mereka memasang raut wajah ketakutan. Ada juga yang panik dan bersedih. Dari kejau
Arya Santanu yang melihat kedatangan Hiranyaksipu langsung menghentikan bola api miliknya. Ia menapak di udara dan memusatkan energi miliknya. Tinju kanannya menyala-nyala bagaikan kobaran api merah. Tinju Braja Agni api merah segera dilayangkan ke arah bawah. Keduanya saling beradu senjata dan menyebabkan sebuah ledakan besar yang membuat sebuah gelombang kejut sangat besar.DUUUM!!!DUUUAR!!!Ki Janggan Nayantaka sampai terhempas dan menghantam dinding bangunan. Angin menggulung dan memporak-porandakan bangunan sekitar. Dewi Sari Kencana dan para tawanan lainnya sampai harus menunduk untuk menghindari kencangnya angin yang berembus. Tapi karena kejadian itu, Dewi Sari Kencana langsung menggunakan keahlian pedangnya untuk menghabisi lima iblis penjaga yang sedang lengah karena efek ledakan tadi. "Teknik pedang es; tarian bunga es!"SLASH! SLASH! SLASH!Secara cepat, kelima kepala dari iblis tersebut jatuh ke
Panah Agneyastra dipindahkan oleh Indrajit Maghanada menggunakan gerbang dimensi miliknya menuju ke tengah lautan. DUUUM!!!DUUUAR!!!Gelombang kejut menggerakkan air laut dan mengubahnya menjadi gelombang ombak besar yang menyapu area sekitar hingga merapat ke daratan. Sinar terang dari cahaya ledakan panah Agneyastra membias begitu silau hingga membuat langit menjadi sangat terang. Gemuruh suara dari ledakan itu pun hingga terdengar ke tempat Ki Janggan Nayantaka dan Dewi Sari Kencana. "Astaga, sebesar itu kekuatan dari Asura?" Rasa tidak percaya menghinggapi Dewi Sari Kencana."Energi ini, tidak salah lagi. Sang iblis yang telah mengotori pikiran dari raja Aji Kala Karna sudah berada di sini." Ki Janggan Nayantaka tidak jadi untuk pergi ke dalam hutan. Ia malah kembali menuju ke tepi pantai.Asura menatap tajam ke arah adiknya yang paling tua. Ia tahu bila tubuh yang sedang digunakan oleh adiknya bukanlah miliknya. Asura turun dan membiarkan roda api kembali ke asalnya di langit.
"Kau baru pulang?" Raja Aji Kala Karna menegur Indrajit Maghanada. Ia sedang menyirami bunga koleksinya di taman belakang."Aku sudah menyebarkan undangan ke para saudaraku. Mereka akan segera tiba." Indrajit Maghanada datang dengan menggunakan tubuh manusia lainnya. "Tubuhmu yang sebelumnya telah hancur? Sebenarnya ada apa, Indrajit?" Raja Aji Kala Karna menjadi penasaran."Asura telah bangkit dan kembali ingin menuntut balas kepada kita semua. Tiga adikku telah tewas di tangannya. Bahkan aku sampai terpojok dan keluar dari wadahku." Indrajit Maghanada merasa khawatir dengan kemunculan kakak tertuanya.Aji Kala Karna memberikan sebuah surat dari salah satu Senopati yang baru saja kembali melakukan ekspedisi di bagian barat Yawadwipa. Aji Kala Karna menegaskan tentang adanya manusia yang membuat kontrak darah dengan iblis. Aji Kala Karna tidak tahu bila Asura bisa melakukan kontrak darah dengan manusia. Ia malah berpikir bila hal itu pasti ada campur tangan dari seorang Dewa."Setiap
Purnama menerangi pantai selatan bersama para bintang disisinya. Arya Santanu mencoba untuk terlelap di perut empuk Asura yang berwujud seekor harimau. Keduanya terlihat tertidur pulas ditemani oleh satu api unggun hangat. Ki Janggan Nayantaka dan Dewi Sari Kencana memilih untuk tetap terjaga untuk mengantisipasi bila ada penyergapan. "Akan sangat berbahaya bagi kita untuk berjalan di muka umum, seperti melewati desa-desa besar. Kita harus menyamar dan menghindari pusat keramaian." Ki Janggan Nayantaka memiliki firasat buruk setelah diumumkannya sayembara itu. "Bagaimana pun juga kita harus mengakhiri dominasi iblis atas tanah Yawadwipa. Meski pun harus melawan seluruh pendekar kuat di seluruh penjuru Yawadwipa, aku tidak akan mundur." Dewi Sari Kencana menambah kayu bakar yang kian termakan oleh api."Aku harap alasan dibalik rasa semangatmu itu sebanding dengan perjuangan kita ke depannya. Karena bila tidak, maka kau sendiri yang akan mengalami kerugian." Ki Janggan Nayantaka meli
Arya Santanu dan Asura langsung terlempar oleh gelombang suara tinggi yang menekan mereka yang berubah bentuk menjadi sebuah gelombang kejut. Keduanya terhempas begitu jauh ke kedua arah. BRAK!!!Asura terlempar hingga ke pinggir laut. Apinya sempat padam. Tubuhnya seperti dilempar paksa oleh tekanan dari energi yang dihasilkan oleh suara kecapi itu. "Kau tidak apa-apa?" Dewi Sari Kencana sampai menahan tubuh Arya Santanu yang terlempar ke belakang menuju ke arahnya."Ke–keras sekali. Medan energi yang menyelimuti dirinya begi–," tiba-tiba ucapan Arya Santanu terpotong. Aseng keluar dari persembunyiannya dan langsung menghunuskan pedang bayangan miliknya ke arah Ki Janggan Nayantaka.JLEB!!!"Kakek!""Ki Janggan Nayantaka!" Keduanya berteriak ketika pedang bayangan yang memanjang telah menusuk punggung Petapa tua hingga tembus ke bagian perut. "Ku–kurang ajar! Aku lupa bila masih ada dirinya." Ki Janggan Nayantaka menghentakkan tongkat miliknya. Ia membuat bulan buatan sebesar tu
Di pagi buta, tiga kuda memacu kecepatan melewati jalanan utama antar kabupaten Nuswapala menuju ke arah utara Yawadwipa. Setelah menyelesaikan urusan mereka di Pantai Selatan, Arya Santanu dan dua orang temannya segera bergegas menuju ke arah pelabuhan utara. "Kenapa kita harus terburu-buru? Kita bisa melaju dengan santai dan sampai pelabuhan utara lusa, bukan?" Asura yang berlari paling depan dengan wujud harimau merasa kelelahan. "Kita sedang mengejar waktu agar tidak terlacak oleh para pendekar iblis hitam. Akan sangat bahaya bila keberadaan kita diketahui oleh mereka." Arya Santanu coba menjelaskan. "Ada daerah yang lumayan bersahabat di depan kita. Daerah itu dikenal sebagai Banda Indung. Kita bisa beristirahat di sana untuk makan dan membeli perbekalan." Ki Janggan Nayantaka menoleh ke arah kanannya. Ia melihat dari kejauhan matanya memandang. Dirinya seperti melihat seseorang yang terus melihat ke arah mereka bertiga.Dewi Sari Kencana menoleh ke arah kakek Petapa, ia melih