"Menakjubkan! Akhirnya kau datang juga!" Indrajit Maghanada sangat menunggu kehadiran Yang Maha Kuasa.
"Ada apa? Kau terlihat senang sekali dengan kehadiranku? Yang Maha Kuasa merasa Indrajit aneh."Aku akhirnya bisa membunuh-Mu! Aku bisa menjadi Yang Maha Kuasa dan menduduki takhta tertinggi dari seluruh penciptaan!" Indrajit Maghanada menjadi begitu bersemangat."Tunggu sebentar, kambing gila! Kau berpikir bisa mengkudeta diriku?" Yang Maha Kuasa merasa pikiran makhluk kotor satu ini sudah tidak bisa dibersihkan.Indrajit Maghanada mencengkeram tubuh Yang Maha Kuasa dengan elemen ruang dan membuatnya tidak berdaya melawan gravitasi super kuat yang mengekang tubuh Dzat nomor satu di multisemesta itu."Aku adalah pengendali ruang dan waktu. Aku yang lebih pantas memimpin multisemesta dan para dunia bawah dan dunia para dewa!" Indrajit Maghanada mengulurkan tangan kirinya ke depan.Dari telapak tangannya, ia menciptakan sebuah jBenteng besar perak dan semua penduduk, pasukan serta raja Swarnabhumi yang terhapus oleh jarum waktu milik Indrajit Maghanada telah kembali hidup. Mereka semua saling melihat satu sama lain dengan tatapan bingung."Raja? A–apa yang terjadi? Kenapa kita semua kembali hidup?" Tanya seorang prajurit."Arya Santanu, apa ini perbuatanmu?" Raja Swarnabhumi masih sangat bingung.Yang Maha Kuasa telah mengembalikan orang-orang itu, namun ia tidak bisa mengembalikan mereka yang tewas sebelum Indrajit Maghanada menggunakan teknik ruang dan waktunya. Beberapa daerah yang hancur oleh sepuluh Rakshasa Buto juga kembali pulih. Namun tidak dengan orang-orangnya yang tewas akibat kejadian itu. Dewi Sari Kencana dan Larasati juga tidak bisa dihidupkan kembali karena mereka tewas sebelum Indrajit Maghanada menggunakan elemen waktu.Yang Maha Kuasa memisahkan dirinya dari tubuh Arya Santanu. Pemuda itu kembali mendapatkan dirinya dan berubah menjadi Arya
"Kakak ingin ke hutan?" tanya seorang bocah berusia 12 tahun."Jangan ke mana-mana. Kakak harus mencari jamur dan beberapa tanaman obat yang bisa dijual. Kakak akan kembali sebelum tengah malam." Arya Santanu berpamitan dengan adik kesayangannya yang bernama Raka Caraka. Desa tempatnya tinggal bernama desa Kulon Anyar. Tempatnya berada di bagian barat dari pulau besar, Yawadwipa. Ia harus melewati jalan setapak dan keluar dari desa menuju ke sebuah hutan lebat di kaki gunung Kulon yang berada tidak jauh dari desanya. Arya Santanu hanyalah petani jagung yang bekerja juga sebagai pencari tanaman obat, jamur dan beberapa pekerjaan serabutan lainnya. Ia tinggal hanya berdua dengan adiknya, Raka Caraka. Kesehariannya yang sederhana membuatnya tidak pernah merasakan hidup di ibukota kerajaan. "Rembulan malam ini begitu terang. Aku harap bisa menemukan banyak tanaman obat." Arya Santanu mendaki jalan setapak dan mulai menyusuri semak-semak tinggi. Ia meraba area bagian bawah pohon dan per
Ia tidak menyangka bisa bertemu dengan sosok iblis di sebuah gua yang akan memberikannya semua hal. Namun, bayaran yang berat harus disanggupi oleh Arya Santanu. Sekali saja ia melanggar, maka nyawanya menjadi taruhan. Pikirannya berputar, ia mengambil semua kemungkinan yang terjadi bila dirinya harus membuat perjanjian dengan Asura. Namun kebutuhan yang ia miliki begitu mendesak. Arya Santanu bisa menjadi kaya raya hanya dalam waktu semalam. Ia tidak perlu berjuang untuk bertani jagung dan sayuran, atau pun mengambil beberapa tanaman obat dan jamur yang kemudian dijual dipasar. Adiknya, Raka Caraka pun bisa menempuh pendidikan yang ia inginkan di ibukota kerajaan. "Apa yang kau minta dari perjanjian itu? Jelaskan semuanya kepadaku." Arya Santanu mengambil pilihannya. Ia memilih untuk mendengarkan dahulu semua isi perjanjian itu."Aku adalah iblis yang setingkat dengan jenderal dari neraka. Suatu hari, aku dikhianati oleh para saudaraku. Mereka memilih untuk tinggal bersama para manu
Asura mencengkeram erat para bandit yang tidak membiarkan Arya Santanu berdiri. Ia membakar habis wajah dan sekujur tubuh bandit itu hingga hancur menjadi abu. Para bandit memilih untuk mundur dari tubuh Raka Caraka. Mereka semua ketakutan saat melihat sosok tinggi besar dan berperawakan sungguh mengerikan. Baru pertama kali ini, mereka melihat bentuk iblis yang sesungguhnya. Bahkan di antara mereka ada yang terjatuh ke tanah dengan mulut menganga. "Apa yang kau minta, Arya Santanu?" Asura menoleh ke arah temannya.Arya Santanu mendekap dan memeluk erat tubuh adiknya. Tangis menetes bagai rintik hujan. Ia berteriak dan terus memanggil sosok adiknya. Ia menyadari bila hidupnya telah berubah ketika Raka Caraka tewas tepat di hadapannya. Tujuan hidup yang semula untuk bahagia bersama sang adik telah berubah menjadi benih dendam yang bergejolak. Tunasnya kian tumbuh saat bisikan Asura semakin menggema di telinga Arya Santanu. Ia memiliki pilihan untuk membantai para bandit itu. "Asura,
Hujan turun begitu deras di sekitar wilayah selatan kerajaan Nuswapala. Tidak begitu jauh dari pantai selatan, sebuah gunung api besar mengeluarkan kepulan asapnya. Gunung api tersebut dipercaya oleh para masyarakat desa Ratubumi sebagai tempat bersemayamnya sebuah pusaka milik para Dewa. Beberapa pendekar mencoba untuk menjelajahi bagian dalam gunung api, namun tidak satu pun dari mereka yang berhasil menemukan pusaka yang dimaksud. Semuanya berakhir tewas oleh penjaga yang menjaga gua di gunung api tersebut. "Sebaiknya kita melanjutkannya dengan berjalan kaki." Arya Santanu mendarat tepat di sebuah tebing berbatu dekat dengan kaki gunung api. "Kita harus mencari tempat berteduh. Aku merasakan hawa keberadaan beberapa manusia tidak jauh dari sini. Sepertinya ada desa di ujung hutan itu." Asura berbisik, ia menunjukkan keberadaan sebuah perkampungan."Baiklah, ayo ke sana." Arya Santanu berjalan menahan kesadarannya yang kian memudar. Efek samping dari penyatuan diri antara ia dan
Para pasukan mayat hidup mengitari area hutan yang masih lembab akibat hujan tadi. Mulai dari semak-semak, pepohonan dan area air terjun semua ditelusuri oleh mereka. Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana tidak bisa bergerak untuk sementara waktu. Mereka memilih untuk diam ditempat dahulu sampai mereka pergi dari sekitar mereka berdua. Namun, jenderal pemimpin para mayat hidup itu merasakan keberadaan hawa para manusia yang berada tidak jauh dari tempat mereka berada."Semuanya! Ikuti aku! Kita menuju ke desa diujung hutan!" Jenderal para mayat hidup berteriak lantang.Deru suara dari dua ribu tapak kuda bergerak membuat permukaan tanah bergetar. Mereka meninggalkan tempat persembunyian Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana tanpa tahu keduanya sedang berada di sana."Mereka pergi? Tapi mau ke mana?" Dewi Sari Kencana merasa penasaran."Mereka pasti mengincar desa di ujung hutan. Warga desa itu tidak memiliki salah apa pun. Bila kita biarkan, mereka semua akan dibantai oleh para mayat hidup.
"Tuan Ketu, salam." Sang jenderal dan semua pasukannya menundukkan kepalanya. Ia terkejut saat iblis Ketu mendatangi dirinya. "Jenderal, tarik pasukanmu mundur. Berikan kami tempat luang untuk bisa mengobrol sebentar." Iblis Ketu berdiri di hadapan Arya Santanu dan Dewi Sari Kencana.Wujudnya masih menjadi manusia. Namun di dahi kanan hingga ke wajah bagian kanan adalah muka asli dari iblis tersebut. Ada tanduk menjulang begitu lancip di dahi sebelah kanan. Mata sebelah kanannya pun hanya terlihat berwarna merah tua saja. "Lama tidak berjumpa, Ketu, sang pengendali mayat hidup." Asura berganti tempat dengan Arya Santanu. Ia menyapa saudara paling bungsu."Kak Asura, kau terlihat sehat. Apa pemuda itu adalah salah satu mangsamu?" Iblis Ketu menyindir."Lalu bagaimana denganmu? Apa pemuda yang sedang kau gunakan jasadnya itu masih layak pakai? Wajahmu terlihat jelek sekali." Asura tersenyum mengejek saudaranya.Iblis Ketu begitu gusar. Ingin sekali rasanya ia meremukkan tubuh kakaknya
Arya Santanu menyandarkan tubuhnya di sebuah batang pohon. Ia sangat kelelahan setelah berjalan mendaki jalan setapak yang lumayan curam. Puncak gunung api masih berada jauh di atas. Hari pun hampir gelap. Dewi Sari Kencana yang menemaninya memilih untuk mencari beberapa kayu bakar dan iman di danau yang tidak jauh dari tempat mereka beristirahat. "Seharusnya kita bisa menggunakan sayap api dan langsung mendarat tepat di pinggir kawah." Arya Santanu mengeluh."Kau kira kekuatanku itu tidak terbatas?! Aku juga butuh istirahat untuk bisa mengeluarkan sayap itu!" Asura merasa kesal."Sebenarnya, di mana letak pusaka itu? Apa ia berada di tengah kawah yang dikelilingi oleh kolam lahar?" Arya Santanu merasa penasaran."Jangan terlalu banyak berkhayal! Bagaimana mungkin pusaka itu di letakkan di tempat yang mudah terlihat, hah?!" Asura memarahi pemuda bodoh itu."Kukira dewa agak sedikit malas, jadi ia berpikir untuk meletakkannya di sembarang tempat yang mudah untuk diambil." Arya Santanu