“Kalian sudah siap?” tanya Yao Chen pagi itu.Ketiga istrinya mengangguk tegas.Garuda Nirwana melesat di langit pagi, membelah kabut tebal dan mendung kelabu yang menggantung di ujung timur benua.Di atas punggungnya yang lebar dan berbulu keemasan, Yao Chen berdiri di depan, matanya tajam menatap cakrawala. Sima Honglian, Sheng Meiyu, dan Putri Suci duduk di belakangnya dalam keheningan penuh kewaspadaan.“Berapa jauh lagi?” tanya Sheng Meiyu, angin dingin meniup rambutnya.Putri Suci membuka gulungan peta kuno yang dijaga erat. “Jika arah kita benar, maka Biara Darah Leluhur terletak di celah Lembah Hitam, di antara dua pegunungan iblis. Tempat itu tersembunyi oleh formasi kabut ilusi. Tak ada yang bisa masuk tanpa izin darah murni atau restu biara.”Yao Chen mengangguk. “Bagus. Semoga mereka belum dikuasai oleh pasukan iblis.”Sima Honglian meletakkan tangannya di bahu Yao Chen. “Apa kau benar-benar yakin saudaramu masih hidup?”Yao Chen terdiam sejenak. “Saat aku mencapai Tingkat
“Ya, aku sudah mencapai Tingkat 11.” Yao Chen tersenyum.Aura membakar menyembur dari tubuh Yao Chen, lalu hilang seketika—terkondensasi sempurna ke dalam intinya.Yao Chen kini berada di Tingkat 11—Ranah Tinggi Formasi Jiwa.Dia membuka mata. Tatapannya lebih dalam, lebih tenang, dan matanya menyala keemasan seperti bintang kuno. Kemudian mengangguk pada ucapan Sima Honglian.“Sebenarnya, kenaikan tingkatku belum selesai saat itu. Hanya karena aku ingin menjumpaimu, makanya kutahan di Tingkat 10 Puncak,” jelas Yao Chen.Sima Honglian menghela napas panjang. Untuk pertama kalinya, dia benar-benar merasa sangat dicintai.‘Kini aku yakin, dunia ini memiliki satu titik terang yang bisa kupercayai tanpa ragu. Dan titik terang itu … adalah Chen, suamiku.’ batinnya sambil tersenyum memeluk lengan Yao Chen.* * *Langit di luar gua masih redup saat Yao Chen membuka matanya. Energi di sekitarnya tenang, namun mengalir kuat—bukti bahwa dia telah mantap menapaki Tingkat 11, Ranah Tinggi Formasi
“Kau bisa kembali, Gao Long.” Yao Chen berkata ke naga kunonya.“Hmph! Bocah bau pemaksa! Kau berhutang padaku!” Gao Long mendengus dan masuk kembali ke tubuh Yao Chen.Yao Chen hanya bisa terkekeh canggung.Udara malam masih menyisakan bara dari pertempuran yang barusan usai. Langit gelap dihiasi bintang-bintang kecil yang berkelip samar.“Tian Niao,” panggil Yao Chen pada Garuda Nirwana.“Ya, Tuan.” Binatang roh milik Yao Chen itu menjawab sambil terbang rendah.Sayapnya membentang sepanjang puluhan meter, dan tubuhnya memancarkan aura angin yang lembut.“Kalian semua, naiklah! Kita tak bisa tinggal di tempat ini terlalu lama,” ucap Yao Chen, membantu Sima Honglian yang masih sedikit terhuyung, lalu mengangkat Sheng Meiyu yang masih lemah ke punggung garuda.Mereka terbang melesat menuju arah timur laut, menuju hutan terpencil yang tersembunyi dari penglihatan dunia.
“Gongsun … Yichen? Kau seharusnya sudah mati!” Zhong Hu membatu.Matanya membelalak saat melihat siluet pria bertopeng emas berdiri gagah di atas reruntuhan.Aura tekanan dari tubuh Yao Chen bagaikan gelombang tsunami, menghantam dada siapa pun yang menyentuhnya.“Aku takkan mati sebelum kau!”Yao Chen melangkah turun perlahan, setiap langkahnya menggetarkan tanah. Pedang Keseimbangan menyala terbalut api murni di punggungnya mengalirkan aura api Tasbih Semesta.Di belakangnya, Gao Long dengan mata merah menyala menyemburkan lidah api yang melilit pilar-pilar hancur.Sima Honglian menatapnya. “Chen .….”Yao Chen mendekat ke istri pertamanya. Dengan suara lembut, dia bertanya, “Kau baik-baik saja?”Sima Honglian mengangguk cepat, menahan air mata bahagia. “Aku baik-baik saja. Dia hendak mencelakai Meiyu .…” Tangannya terarah ke Zhong Hu.Tanp
"Kau ... kau bajingan busuk!" pekik Sheng Meiyu.Wajahnya mulai memucat membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya. Entah dia akan direnggut kehormatannya dalam kultivasi ganda paksa, atau dia akan diserap sampai kering dan mati.Kini dia mengerti wajah asli Zhong Hu. Rasa sesalnya menjalar saat teringat peringatan yang diberikan Sima Honglian. Tapi sudah terlambat. Dia berada di ruang bawah tanah yang pastinya tidak terjangkau Sima Honglian. Dia berusaha menjerit, tapi suaranya melemah.Zhong Hu menatapnya dingin. "Aku tidak pernah berbohong, Nona. Aku memang membantumu mencari suamimu. Tapi aku berubah pikiran. Kurasa aku tidak berniat membiarkanmu menemukannya. Setelah semua kekuatanmu menjadi milikku, mungkin aku yang akan mendatanginya … sebagai wujud barumu."Tangan Zhong Hu terangkat, siap menyentuh wajah Meiyu yang kini tak mampu bergerak.Namun sebelum dia bisa melakukannya—Dua kilat cahaya merah menyilang di pintu ruangan. Ledakan terjadi, formasi di lantai terguncang.
Zhong Hu terkekeh. "Lalu siapa yang akan menenangkan hatinya? Kau? Kau bahkan tak mungkin bisa menahan jika dia menangis di malam hari.""Cukup!" teriak Meiyu tiba-tiba. Aura dingin menyembur dari tubuhnya. Mata air mulai membeku di sekitar mereka. "Aku ... akan ikut dia. Sendiri. Kalau kau tak mau, itu urusanmu!"Sima Honglian terpaku. Hatinya remuk. Dia tak habis pikir kenapa Sheng Meiyu sebodoh itu. Madunya bukan anak kecil, kan? Yang gampang diiming-imingi gulali dan langsung luluh begitu saja?Zhong Hu mengangkat tangan. "Jangan khawatir, Nona Phoenix. Aku akan menjaminnya aman. Tapi kalau kau berubah pikiran, istanaku akan selalu terbuka."Dan dengan satu gerakan, Zhong Hu membuka portal bercahaya ke arah langit barat.Sheng Meiyu memandang Sima Honglian satu kali lagi. Lalu melangkah masuk ke dalam cahaya itu.Sima Honglian menggenggam tinjunya erat, api berkobar di sekelilingnya. Dia ingin melakukan sesuatu, tapi dia paham … S
“Kenapa aku masih juga belum merasakan aura Chen?” keluh lirih Sima Honglian.Sheng Meiyu diam dan tertunduk. Batinnya juga mengeluhkan hal sama seperti Sima Honglian.Langit yang semula dipenuhi hawa pertempuran kini terasa tenang, tapi tak benar-benar damai. Aura kehadiran seseorang yang luar biasa kuat mendadak turun dari angkasa, menindas udara dan membuat debu-debu beterbangan ke segala arah.Tap. Tap. Tap.Langkah kaki berat terdengar dari balik reruntuhan. Seorang pria paruh baya dengan jubah panjang berwarna hitam-emas muncul perlahan. Wajahnya tampan namun tajam, penuh wibawa. Di sisi kanan dan kiri kepalanya tumbuh helaian rambut putih mencolok yang disatukan dengan tatanan rapi, menambah kesan agung dan mengintimidasi.Matanya tajam seperti elang, menatap lurus ke arah dua wanita yang baru saja meratakan belasan pria."Aku tidak menduga akan melihat pemandangan seindah ini di tempat seburuk ini." Pria itu tersenyum samar. Suaranya dalam dan bergema, membuat beberapa burung
"Nona, kau terlalu kejam!" Seorang pria menyeru ke Sima Honglian.Namun, ucapan itu hanya mendapat tanggapan tawa mengejek dari Sima Honglian.Sedangkan pria lainnya menyahut dengan bentakan, "Jalang sialan! Apa yang kau tertawakan?"Sikap Sima Honglian masih tenang menanggapi hardikan tersebut."Aku menertawakan kalian yang tak tau apa-apa dan salah." Sima Honglian menyeringai."Kesalahan macam apa sehingga kau sekejam itu memotong tangan kawanku?" Teman dari pria yang dimutilasi Sima Honglian mendelik tak terima."Kesalahan pertama, kalian menghadang aku dan adikku." Sima Honglian melirik Sheng Meiyu. "Kesalahan kedua, kami bukan lagi nona, karena kami sudah memiliki suami! Jadi bersikaplah yang benar!"Usai mengatakan itu, Sima Honglian mengumpulkan energinya pada telapak tangan.Semua pria yang mengganggu mereka segera siaga. Ada juga yang mulai menyalurkan energi Qi mereka di kepalan tinju.Dhaarrr!Sima Honglian meledakkan energi apinya sehingga ada beberapa pria pengepungnya ya
“Ja…ngan harap!” Dengan suara lemah, Yao Chen berkata sebelum dia berteriak, “Api Murni!”Swooosshh!Langsung saja keluar semburan api murni dari tubuhnya yang berlari cepat menyambar Raja Iblis Mo.“Tidak! Jangan!” Raja Iblis Mo terkesiap bukan kepalang.Dia sama sekali tidak mengira akan ada api jenis lain muncul menyergapnya. Jika tadi api Gao Long masih bisa ditangani, kali ini dia tak bisa meremehkan.“Arghhhh!” Raja Iblis Mo menjerit keras ketika tangan kanannya mulai dijilat api murni.Dia sudah secepat mungkin menghindari terjangan api murni yang mengejutkan, tapi rupanya masih belum cukup dan ujung tangan kanannya terjilat.Di tengah kepanikannya, Raja Iblis Mo memotong tangan kanannya sambil hatinya berdarah.Namun, Yao Chen masih belum selesai.Swoosshhh!Ketika Raja Iblis Mo sedang memotong tangan kanannya, Yao Chen menggunakan kesempatan sekian detik yang ada untuk menyemburkan api murni lagi.“Aaarrkkkhhhhh!” Jeritan Raja Iblis Mo semakin kencang ketika api murni berikut