LOGINArga Sena terbangun di tempat yang tidak dia kenali. Perlahan anak kecil itu turun dari ranjang bambu yang sederhana beralaskan jerami kering dan lembut agar nyaman digunakan untuk tidur. Terdengar samar suara orang yang sedang bercakap cakap di halaman rumah kayu itu. Kemudian anak kecil mendekati suara itu yang tidak lain adalah Bahureksa, Candraka dan guru mereka berdua Wicaksana. Setelah itu Arga Sena yang masih berumur 4 tahun itu duduk dipangkuan Bahureksa dan tertidur kembali. Bahureksa dengan kasih sayang penuh mengusap kepala Arga Sena.
"Suratan takdir akan mengubah jalan hidupmu cucuku."Batin Bahureksa.
Begitulah. Hari demi hari, minggu berganti bulan hingga berganti tahun. 12 tahun sudah Arga berlatih dibawah bimbingan tiga orang sakti. Genap usianya yang 16 tahun Arga Sena setelah cukup mempunyai tenaga dalam yang cukup tinggi dia mulai mempelajari Kitab Tombak Naga Hitam.
Dari umur 10 tahun Arga sudah mempelajari jurus jurus yang mengkhususkan untuk tombak. Kadang karena kepintarannya dia sering mengkombinasikan beberapa jurus yang dipelajarai dari ketiga gurunya itu.
Saat itu sore hari menjelang senja diteras rumah kayu itu. Arga duduk dengan khidmat dihadapan Bahureksa, Candraka dan Wicaksana.
"Arga." Ucap Wicaksana membuka pembicaraan itu.
"Semua ilmuku sudah kuturunkan kepadamu bahkan ilmu Angin Es sudah sepenuhnya kau kuasai. Tapi ingat ilmu yang aku turunkan tidak ada apa apanya dibandingkan dengan luasnya ilmu dari Maha Pencipta. Jangan sampain kau lupa diri cucuku." Ucap Wicaksana dengan aura kebijaksanaan.
"Begitupun dengan kami berdua Arga."Ucap Bahureksa sambil melirik ke arah adiknya Candraka.
"Sebelumnya saya ucapkan ke kakek Bahureksa, Kakek Candraka dan Eyang guru Wicaksana sudah sudi memberiku ilmu yang cukup tinggi." Ucap Arga dnega lembut dan penuh khidmat kepada ketiga gurunya.
"Hahaha, kau ini umurmu masih cukup muda tapi bawaanmu seperti orang dewasa. Cocok..cocok memang kau keturunan keluarga Sena." Ucap Wicaksana.
"Tapi walaupun kau sudah menguasai ilmu kami bertiga, kau tetap harus menjalani takdirmu sendiri Arga. Kau harus mempelajari dan berlatih Kitab dan Tombak Naga Hitam. Tempat ini tidak akan cukup kuat menahan kekuatan dari jurus jurus Tombak Naga Hitam. Kau harus pergi ke Gunung Suci dan berlatih disana. Aku dan kedua kakekmu ini tidak bisa membimbingmu, kau harus melakukannya seorang diri." Ucap Wicaksana.
"Dimengrti eyang guru." Balas Arga.
"Dan ingat Arga setelah kau menyelesaikan semua latihanmu.Kau harus mencari keberadaan kedua orang tuamu. Dari kabar yang aku terima beberapa pekan lalu. Kekuatan kegelapan masih mencari kedua orang tuamu setelah pembataian keluarga Sena beberapa tahun yang lalu." Ucap Bahureksa.
"Kami tahu tugasmu tidaklah ringan Arga. Bahkan lebih berat dari yang kami bayangkan."Timpal Candraka.
"Kapan aku harus ke Gunung Suci eyang Guru?" Tanya Arga kepada Wicaksana.
"Lebih cepat lebih baik Arga. Pagi ini kalau bisa. Nanti aku antarkan kau kesana."Ucap Wicaksana.
Maka setelah mereka berdua bersiap. Dengan ilmu Angin Es yang mereka miliki Arga dan Eyang Gurunya Wicaksana pergi menuju Gunung Suci.
Sebuah lubang cahaya beraura dingin sedikit demi sedikit membesar hingga dua orang keluar dari lubang cahaya itu. Ya mereka adalah Wicaksana Sena dan Arga Sena.
Ketika Arga Sena keluar dari lubah cahaya itu. Dia dibuat takjub bagaimana tidak Sekarang dia berada disebuah puncak gunung dengan pemandangan sekelilingnya dengan hamparan hijau seperti permadani yang tiada berujung.
"Eyang Guru, inikah Gunung Suci?"Tanya Arga matanya menatap kedepan dengan penuh kekaguman atas keindahan karya Sang Maha Pencipta.
"Betul Arga. Indah bukan?. Gunung ini tidak dapat dimasukin oleh sembarang orang bahkan dari keluarga kita, Keluarga Sena hanya 3 orang yang pernah kesini. Aku, kau dan Guruku Indrasakti. Sekarang ikuti aku." Ucap Wicaksana melesat ke arah lereng Gunung Suci sebelah barat.
Arga dengan ilmu meringankan tubuh yang sudah tinggi melesat megikuti Wicaksana. Mereka berdua tiba di sebuah mulut goa yang besar sekali seperti mulut goa yang dapat dimasuki makhluk makhluk yang luar biasa besarnya.
Setelah Arga menyelesaikan latihannya selama enam bulan di Gunung Suci dia kembali kediaman Wicaksana dan kedua kakeknya dengan ilmu Angin Es. Dengan tenaga dalam dan kekuatan yang dia miliki sekarang tentunya sangat berbeda dengan ilmu Angin Es sebelumnya.Ilmu Angin Es sekarang terasa lebih sempurna bahkan aura dingin yang keluar setiap menggunakan ilmu ini bisa ditekan sedemikian rupa sehingga orang lain tidak dapat merasakan kehadiran Arga.Hal itu tentu saja membuat Wicaksana,Bahureksa dan Candraka merasa lebih yakin pada kemampuan cucunya itu.Namun walaupun mereka yakin dengan kemampuan Arga tetap saja ketiga orang tua sakti itu tetap berat hati melepas Arga Sena untuk mengembara dan menyelediki pembantaian keluarga Sena. Pagi itu setelah Arga meninggalkan kediaman Wicakasana. Dengan saran dari Bahureksa agar Arga kembali kekediaman keluarga Sena untuk melihat keadaan rumahnya sekarang.Walaupun sudah belasan tahun terjadi namun samar samar Arga masih mengingat kejadian waktu i
Arga berjalan perlahan kearah orang itu. Orang itu pun berdiri dan melihat ke arah Arga dengan tangan kanan membawa senjata berupa tombak sepanjang lengan orang dewasa."Selamat datang di alam awan merah Arga."Ucap orang itu penuh hormat."Suatu kehormatan aku dapat berada disini Tuan." Balas Arga."Tentunya Huraga sudah menceritakan mengenai keadaan alam ini bukan?"Ucap Orang itu."Ya tentu saja. Menceritakan keadaan alam ini dalam penerbangan yang cukup menyenangkan." Ucap Arga dengan tersenyum."Dan siapakah tuan ini?" Tanya Arga."Aku? Aku adalah esensi kekuatan Haruga. Naga Hitam yang tadi bersamamu adalah bentuk fisik sedangkan aku adalah esensi atau inti sari dari kekutan naga hitam. Kami saling ketergantungan dan hanya bisa disatukan oleh pewaris senjata ini." Ucap orang itu sambil menjunjukan tombak di tangan kanannya."Alam awan merah ini mengurung kami berdua agar tidak sembarang orang menggunakan kekuatan kami. Perlu kamu ketahui gumpalan awan ini bukanlah kumpulan awan bi
Wicaksana dan Arga memasuki goa itu dengan langkah perlahan. Aura kekuatan yang cukup besar sangat terasa mengintimasi seolah olah sedang mengenali orang asing yang memasuki goa itu.Dinding goa yang awalnya gelap mulai terlihat serabut sinar kekuningan mengikuti kedua orang itu.Setelah berjalan cukup lama tibalah mereka di tengah goa yang cukup luas. Sinar kekuningan seolah merayap pada setiap celah dinding goa. Dihadapan mereka ada dua pintu yang berbetuk setengah lingkaran namun cukup untuk dimasuki dua orang sekaligus.Satu pintu di kiri mengeluarkan cahaya biru kehitaman sedangkan pintu di kanan mengeluarkan cahaya merah kehitaman."Aku hanya sampai disini Arga, selanjutnya jalan takdirmu yang akan membimbingmu. Aku akan kembali ketempat kakekmu Bahureksa dan Candraka." Ucap Wicaksana kemudian masuk kedalam lingkaran cahaya yang dingin karena reaksi Ilmu Angin Es.Arga Sena berdiri diantara dua lubang pintu itu. Berpikir pintu mana yang akan dia masuki terlebih dahulu. Dia menari
Arga Sena terbangun di tempat yang tidak dia kenali. Perlahan anak kecil itu turun dari ranjang bambu yang sederhana beralaskan jerami kering dan lembut agar nyaman digunakan untuk tidur. Terdengar samar suara orang yang sedang bercakap cakap di halaman rumah kayu itu. Kemudian anak kecil mendekati suara itu yang tidak lain adalah Bahureksa, Candraka dan guru mereka berdua Wicaksana. Setelah itu Arga Sena yang masih berumur 4 tahun itu duduk dipangkuan Bahureksa dan tertidur kembali. Bahureksa dengan kasih sayang penuh mengusap kepala Arga Sena."Suratan takdir akan mengubah jalan hidupmu cucuku."Batin Bahureksa.Begitulah. Hari demi hari, minggu berganti bulan hingga berganti tahun. 12 tahun sudah Arga berlatih dibawah bimbingan tiga orang sakti. Genap usianya yang 16 tahun Arga Sena setelah cukup mempunyai tenaga dalam yang cukup tinggi dia mulai mempelajari Kitab Tombak Naga Hitam. Dari umur 10 tahun Arga sudah mempelajari jurus jurus yang mengkhususkan untuk tombak. Kadang karena
Setelah Bahureksa menghabisi Gopar dan anak buahnya. Bahureksa kembali ke goa dimana Candraka dan Arga Sena berada. Setelah bertemu dengan Candraka kemudian Bahureksa menceritakan kabar yang dia dapat sepanjang perjalanan ketempat itu."Candraka, kita tidak mungkin akan terus menerus bersembunyi ditempat ini. Lambat laun orang orang yang ingin mendapatkan Tombak Naga Hitam dan Arga Sena akan menemukan tempat ini."Ucap Bahureksa."Aku setuju denganmu Kakang. Apalagi tokoh tokoh sakti mulai bermunculan. Arga Sena masih terlalu kecil untuk mengetahui dan memahami kejadian ini."Balas Candraka.Selesai mereka berbicara tiba tiba udara dalam goa itu berubah drastis. Hawa dingin menyelimuti goa itu. Bahureksa dan Candraka dengan sigap mengeluarkan tenaga dalamnya untuk menahan hawa dingin itu dan berjaga jaga apabila terjadi sesuatu yang membahayakan mereka dan Arga Sena yang saat itu sedang terbaring tidur. Namun anehnya hawa dingin itu tidak berpengaruh kepada Arga Sena. Malah anak itu masi
Seharian penuh Bahureksa memeriksa hutan sebelah timur namun tidak menemukan anak dan menantunya. Banyak titik bekas pertarungan yang meninggalkan kerusakan parah. Bahureksa dapat mengukur bahwa sebelumnya terjadi pertarungan hebat. Menjelang senja Bahureksa belum juga meninggalkan hutan itu. Dia memutuskan untuk meneruskan pencarian nya esok hari. Dipohon paling tinggi dihutan itu Bahureksa duduk bersila disalah satu dahan. Panca indera yang tajam ikut merasakan keadaan sekitarnya. ---Beberapa waktu sebelumnya. Tombak Naga Hitam memang dikenal dengan senjata pusaka yang sudah menjadi incaran para pendekar. Sudah beberapa generasi senjata pusaka ini dijaga oleh salah satu keluarga yang rata rata mempunyai ilmu kanurangan tinggi. Tombak Naga Hitam dibuat sekitar 300 tahun yang lalu oleh mpu yang sangat sakti hingga dia harus melakukan perjanjian dengan salah satu makhluk legendaris yaitu Naga Hitam untuk menyempurnakan senjata ini. Pada awal tujuannya senjata ini dibuat un







