LOGINSetelah Bahureksa menghabisi Gopar dan anak buahnya. Bahureksa kembali ke goa dimana Candraka dan Arga Sena berada. Setelah bertemu dengan Candraka kemudian Bahureksa menceritakan kabar yang dia dapat sepanjang perjalanan ketempat itu.
"Candraka, kita tidak mungkin akan terus menerus bersembunyi ditempat ini. Lambat laun orang orang yang ingin mendapatkan Tombak Naga Hitam dan Arga Sena akan menemukan tempat ini."Ucap Bahureksa.
"Aku setuju denganmu Kakang. Apalagi tokoh tokoh sakti mulai bermunculan. Arga Sena masih terlalu kecil untuk mengetahui dan memahami kejadian ini."Balas Candraka.
Selesai mereka berbicara tiba tiba udara dalam goa itu berubah drastis. Hawa dingin menyelimuti goa itu. Bahureksa dan Candraka dengan sigap mengeluarkan tenaga dalamnya untuk menahan hawa dingin itu dan berjaga jaga apabila terjadi sesuatu yang membahayakan mereka dan Arga Sena yang saat itu sedang terbaring tidur. Namun anehnya hawa dingin itu tidak berpengaruh kepada Arga Sena. Malah anak itu masih nyenyak dalam tidurnya.
Kejadian aneh terjadi dinding goa yang keras mulai mengeluarkan cahaya setitik kemudian melebar sebesar orang dewasa. Dari lubang cahaya itu keluar satu sosok tua renta dengan pakaian putih lusuh dan membawa tongkat bambu kuning ditangan kanannya.
"Dasar tua tak berguna. Kalian berdua kenapa tidak memberitahuku ketika terjadi sesuatu dengan keluarga Sena." Ucap orang itu menggerutu kemudian menatap kepada Bahureksa dan Candraka yang saat berdiri mematung.
Melihat orang tua itu Bahureksa dan Candraka segera berlutut.
"Guru!" Ucap mereka berdua.
Namun acuh orang tua itu tidak memperdulikan mereka berdua malah berjalan mendekati Arga Sena yang sedang tertidur. Orang itu menarik napas panjang seperti melepaskan beban berat.
"Bagaimanapun, tega ataupun tidak tega, suka tidak suka kau harus tetap menjalani takdirmu anak kecil."Ucap orang tua itu sambil mengusap rambut Arga Sena.
Kemudian orang tua itu berbalik.
"Kalian berdua duduklah dihadapanku." Perintah kepada Bahuraksa dan Candraka.
"Maafkan kami Guru. Kami tidak bermaksud menyembunyikan kejadian ini. Namun kami tidak ingin mengganggu semedi guru terlebih guru sudah mengundurkan diri dari hituk pikuk dunia persilatan." Ucap Bahureksa bicara dengan penuh hormat.
"Heeeh. Kalian ini." Ucap orang tua itu sambil menggaruk kepala nya yang tidak gatal.
"Guru, kenapa kali ini aura tenaga dalam guru cukup berbeda sehingga kami tidak mengenali ketika guru datang tadi?"Tanya Candraka.
"Tujuh hari yang lalu di alam semediku. Aku bertemu dengan seseorang yang tidak aku aku kenal sebelumnya. Berpakaian seperti ksatria dan memegang sebuah tombak. Kami berbicara cukup lama hingga akhirnya dia menceritakan Tombak Naga Hitam yang sekarang menjadi rebutan di dunia persilatan. Dari dia lah aku mendapatkan ilmu Angin Es. Sebuah ilmu yang harus aku turunkan kepada pewaris Tombak Naga Hitam. Dari dia juga yang menuntunku menuju tempat ini." Ucap orang tua itu yang bernama Wicaksana salah satu dari keluarga Sena yang sudah sepuh.
"Kalian berdua ikut ketempatku, berada ditempat ini hanya akan membahayakan anak itu. Anak itu harus tetap selamat karena dimasa yang akan datang dia bisa melawan kekuatan kegelapan akan semakin merajalela." Ucap Wicaksana.
"Aku juga mendengar ketika dalam perjalanan ke tempat ini. Bahwa yang menyerang Braja Sena adalah salah satu makhluk dari dunia kegelapan guru." Ucap Bahureksa.
"Nampaknya ketamakan orang orang akan kekuatan membuat mereka buta sehingga membuat perjanjian darah dengan dunia kegelapan. Sangat disayangkan mereka tidak tahu dampaknya sangat besar kepada dunia kita."
"Berjanjilah kalian berdua akan melatih Arga Sena dengan semua kemampuan kalian."Ucap Wicaksana tajam.
"Kami berjanji Guru."Ucap Bahureksa dan Candraka bersamaan.
Kemudian mereka bertiga dengan membawa Arga Sena meninggalkan tempat itu melalui lubang cahaya yang sebelumnya dipakai oleh Wicaksana.
Hawa dingin masih menyelimuti goa itu ketika beberapa bayangan memasuki goa itu. Seorang tinggi besar dengan jubah berbulu dengan menggengam kapak besar nya masuk dengan langkah yang tegap. Matanya menyapu ke seluruh ruangan dalam goa.
"Mereka baru saja meninggalkan tempat ini, namun lewat mana. Aura tenaga dalamnya masih terasa tipis."Guman orang itu.
"Kalian berpencar geledah goa dan semua wilayah terdekat dengan tempat ini." Perintah orang tinggi besar itu.
Setelah Arga menyelesaikan latihannya selama enam bulan di Gunung Suci dia kembali kediaman Wicaksana dan kedua kakeknya dengan ilmu Angin Es. Dengan tenaga dalam dan kekuatan yang dia miliki sekarang tentunya sangat berbeda dengan ilmu Angin Es sebelumnya.Ilmu Angin Es sekarang terasa lebih sempurna bahkan aura dingin yang keluar setiap menggunakan ilmu ini bisa ditekan sedemikian rupa sehingga orang lain tidak dapat merasakan kehadiran Arga.Hal itu tentu saja membuat Wicaksana,Bahureksa dan Candraka merasa lebih yakin pada kemampuan cucunya itu.Namun walaupun mereka yakin dengan kemampuan Arga tetap saja ketiga orang tua sakti itu tetap berat hati melepas Arga Sena untuk mengembara dan menyelediki pembantaian keluarga Sena. Pagi itu setelah Arga meninggalkan kediaman Wicakasana. Dengan saran dari Bahureksa agar Arga kembali kekediaman keluarga Sena untuk melihat keadaan rumahnya sekarang.Walaupun sudah belasan tahun terjadi namun samar samar Arga masih mengingat kejadian waktu i
Arga berjalan perlahan kearah orang itu. Orang itu pun berdiri dan melihat ke arah Arga dengan tangan kanan membawa senjata berupa tombak sepanjang lengan orang dewasa."Selamat datang di alam awan merah Arga."Ucap orang itu penuh hormat."Suatu kehormatan aku dapat berada disini Tuan." Balas Arga."Tentunya Huraga sudah menceritakan mengenai keadaan alam ini bukan?"Ucap Orang itu."Ya tentu saja. Menceritakan keadaan alam ini dalam penerbangan yang cukup menyenangkan." Ucap Arga dengan tersenyum."Dan siapakah tuan ini?" Tanya Arga."Aku? Aku adalah esensi kekuatan Haruga. Naga Hitam yang tadi bersamamu adalah bentuk fisik sedangkan aku adalah esensi atau inti sari dari kekutan naga hitam. Kami saling ketergantungan dan hanya bisa disatukan oleh pewaris senjata ini." Ucap orang itu sambil menjunjukan tombak di tangan kanannya."Alam awan merah ini mengurung kami berdua agar tidak sembarang orang menggunakan kekuatan kami. Perlu kamu ketahui gumpalan awan ini bukanlah kumpulan awan bi
Wicaksana dan Arga memasuki goa itu dengan langkah perlahan. Aura kekuatan yang cukup besar sangat terasa mengintimasi seolah olah sedang mengenali orang asing yang memasuki goa itu.Dinding goa yang awalnya gelap mulai terlihat serabut sinar kekuningan mengikuti kedua orang itu.Setelah berjalan cukup lama tibalah mereka di tengah goa yang cukup luas. Sinar kekuningan seolah merayap pada setiap celah dinding goa. Dihadapan mereka ada dua pintu yang berbetuk setengah lingkaran namun cukup untuk dimasuki dua orang sekaligus.Satu pintu di kiri mengeluarkan cahaya biru kehitaman sedangkan pintu di kanan mengeluarkan cahaya merah kehitaman."Aku hanya sampai disini Arga, selanjutnya jalan takdirmu yang akan membimbingmu. Aku akan kembali ketempat kakekmu Bahureksa dan Candraka." Ucap Wicaksana kemudian masuk kedalam lingkaran cahaya yang dingin karena reaksi Ilmu Angin Es.Arga Sena berdiri diantara dua lubang pintu itu. Berpikir pintu mana yang akan dia masuki terlebih dahulu. Dia menari
Arga Sena terbangun di tempat yang tidak dia kenali. Perlahan anak kecil itu turun dari ranjang bambu yang sederhana beralaskan jerami kering dan lembut agar nyaman digunakan untuk tidur. Terdengar samar suara orang yang sedang bercakap cakap di halaman rumah kayu itu. Kemudian anak kecil mendekati suara itu yang tidak lain adalah Bahureksa, Candraka dan guru mereka berdua Wicaksana. Setelah itu Arga Sena yang masih berumur 4 tahun itu duduk dipangkuan Bahureksa dan tertidur kembali. Bahureksa dengan kasih sayang penuh mengusap kepala Arga Sena."Suratan takdir akan mengubah jalan hidupmu cucuku."Batin Bahureksa.Begitulah. Hari demi hari, minggu berganti bulan hingga berganti tahun. 12 tahun sudah Arga berlatih dibawah bimbingan tiga orang sakti. Genap usianya yang 16 tahun Arga Sena setelah cukup mempunyai tenaga dalam yang cukup tinggi dia mulai mempelajari Kitab Tombak Naga Hitam. Dari umur 10 tahun Arga sudah mempelajari jurus jurus yang mengkhususkan untuk tombak. Kadang karena
Setelah Bahureksa menghabisi Gopar dan anak buahnya. Bahureksa kembali ke goa dimana Candraka dan Arga Sena berada. Setelah bertemu dengan Candraka kemudian Bahureksa menceritakan kabar yang dia dapat sepanjang perjalanan ketempat itu."Candraka, kita tidak mungkin akan terus menerus bersembunyi ditempat ini. Lambat laun orang orang yang ingin mendapatkan Tombak Naga Hitam dan Arga Sena akan menemukan tempat ini."Ucap Bahureksa."Aku setuju denganmu Kakang. Apalagi tokoh tokoh sakti mulai bermunculan. Arga Sena masih terlalu kecil untuk mengetahui dan memahami kejadian ini."Balas Candraka.Selesai mereka berbicara tiba tiba udara dalam goa itu berubah drastis. Hawa dingin menyelimuti goa itu. Bahureksa dan Candraka dengan sigap mengeluarkan tenaga dalamnya untuk menahan hawa dingin itu dan berjaga jaga apabila terjadi sesuatu yang membahayakan mereka dan Arga Sena yang saat itu sedang terbaring tidur. Namun anehnya hawa dingin itu tidak berpengaruh kepada Arga Sena. Malah anak itu masi
Seharian penuh Bahureksa memeriksa hutan sebelah timur namun tidak menemukan anak dan menantunya. Banyak titik bekas pertarungan yang meninggalkan kerusakan parah. Bahureksa dapat mengukur bahwa sebelumnya terjadi pertarungan hebat. Menjelang senja Bahureksa belum juga meninggalkan hutan itu. Dia memutuskan untuk meneruskan pencarian nya esok hari. Dipohon paling tinggi dihutan itu Bahureksa duduk bersila disalah satu dahan. Panca indera yang tajam ikut merasakan keadaan sekitarnya. ---Beberapa waktu sebelumnya. Tombak Naga Hitam memang dikenal dengan senjata pusaka yang sudah menjadi incaran para pendekar. Sudah beberapa generasi senjata pusaka ini dijaga oleh salah satu keluarga yang rata rata mempunyai ilmu kanurangan tinggi. Tombak Naga Hitam dibuat sekitar 300 tahun yang lalu oleh mpu yang sangat sakti hingga dia harus melakukan perjanjian dengan salah satu makhluk legendaris yaitu Naga Hitam untuk menyempurnakan senjata ini. Pada awal tujuannya senjata ini dibuat un







