Share

Bab 3 Lembah Sepuluh Iblis

Penulis: J Shara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-28 08:50:56

Napas Jing Wu terdengar tersengal-sengal, entah sudah sejauh mana ia berlari yang pasti ia sudah tak ingat jalan pulang lagi. Langit sudah mulai gelap dan hutan cukup mengerikan untuk anak seumur Jing Wu.

Jing Wu berjongkok di bawah pohon. Perutnya mulai lapar dan ia pun menangis menyesali perbuatannya yang telah melukai Yang Zi, anak dari Yang Zhao.

"Bagaimana kalau Paman Yang dan Bibi Shu tidak memaafkanku?" gumam Jing Wu gamang.

Ia mengingat kembali apa yang Yang Zi ucapkan, benarkan ayahnya seorang pembunuh? Tiba-tiba terdengar suara tawa iblis di atas pohon.

Jing Wu langsung berdiri dan melihat sang iblis. Anak itu panik karena ia tersesat dan sudah pasti tak akan ada orang yang bisa menolongnya. Iblis itu loncat dan kini berdiri di hadapan Jing Wu.

Jing Wu menyeka air matanya sebelum memasang kuda-kuda perlawanan.

"Ku akui, kau benar-benar pemberani, Bocah!" puji iblis itu. "Tapi, anak laki-laki tidak seharusnya menangis!" Iblis itu tampak tertawa mengejek ke arah Jing Wu.

Jing Wu teringat lagi akan ulahnya. Karena dia, Yang Zi mungkin dalam keadaan sekarat sekarang. Jing Wu menegakkan tubuhnya, tidak lagi memasang kuda-kudanya yang membuat iblis itu keheranan.

"Ada apa denganmu, Bocah?" tanya sang iblis, "mana keberanianmu yang selalu kau perlihatkan itu?"

"Silahkan Paman makan aku saja kalau Paman lapar!"

Iblis itu makin keheranan dengan ucapan Jing Wu, apalagi sorot mata Jing Wu tampak begitu serius. Tapi, sang iblis cemberut, rasanya tak seru jika mangsanya berserah diri begitu saja tanpa ada perlawanan. Seorang kanibal kejam sepertinya tentu ada rasa kepuasan jika melihat ketakutan di wajah mangsanya.

"Kau serius mau aku makan?" tanya Iblis.

Jing Wu mengangguk pasrah namun tampak tegar. Sang iblis malah tampak malas.

"Bagaimana kalau kau ikut saja ke Lembah Sepuluh Iblis?" ajak sang iblis.

"Lembah ... Sepuluh Iblis?" tanya Jing Wu.

"Ya, di sana tempat tinggal sepuluh iblis terhebat di dunia ini dan aku adalah salah satunya. Di sana kau bisa bertemu dengan 4 iblis hebat lainnya, kebetulan mereka adalah kawanku."

Jing Wu terdiam tapi dia tak ada tempat lain lagi. Meminta iblis itu untuk mengantarkannya kembali ke rumah Yang Zhao itu tidak mungkin mengingat apa yang ia lakukan ke Yang Zi.

"Ngomong-ngomong ... siapa namamu, Bocah?"

"Jing Wu."

"Kau ... anaknya Jing Huei?"

"Paman tahu siapa ayahku?" Jing Wu tampak penasaran, "katakan, benarkah ayahku pembunuh?"

Iblis itu diam sejenak sebelum bersuara. "Aku hanya pernah mendengar namanya saja," ucapnya, "perkenalkan, namaku adalah Huan Gui, di lembah iblis aku dijuluki Kanibal, kau bisa memanggilku Paman Kanibal atau Paman Kan."

"Baik, Paman Kan."

"Nanti di lembah kita bisa main sepuas-puasnya," kata iblis itu seraya mengajak Jing Wu pergi dari hutan itu.

***

Di lembah Sepuluh Iblis, angin bertiup begitu kencang hingga pasir di lembah itu beterbangan. Lembah itu begitu sepi dan pondok penduduk saling berjauhan.

Jing Wu yang baru saja bepergian jauh dan melihat pemandangan lembah yang benar-benar gersan, hanya bisa mengedarkan pandangannya. Ada rasa ketakutan menyelimutinya, baginya tempat seperti lembah iblis itu bukan tempat yang layak untuk dihuni.

"Hehe ... Bocah, kau takut?" tanya Kanibal.

Jing Wu terdiam, entah bagaimana ia mengespresikan dirinya. Yang jelas dia tak bisa percaya bahwa ia berada di tempat seperti lembah iblis.

"Hehehe ... nanti kau akan merasa beda jika sampai di pondok iblis."

"Anak siapa yang kau bawa itu, Kan?" seorang pria bertubuh gemuk dengan wajah tersenyum menyapa mereka.

Jing Wu memandang pria yg kini duduk di atap penduduk itu. Wajahnya tersenyum namun malah memperlihatkan aura membunuh.

"Coba tebak siapa yang aku bawa ini!" seru Kanibal, "dia adalah keponakan Yang Zhao!"

Walaupun tersenyum, keterkejutan tampak di wajah pria bertubuh besar itu. "Mau kau apakan keponakan Yang Zhao ke sini?" tanyanya tajam.

"Menurutmu?"

"Apa dia mangsamu?" tanya pria itu sambil tersenyum.

"Bukan! Ah, nantilah aku ceritakan, biar aku bawa anak ini ke pondok iblis dulu."

Mereka berdua kembali berjalan menuju pondok iblis. Saat di luar pondok, Jing Wu bisa merasakan aura yang tak biasa dengan pondok yang sangat besar itu. Entah karena di sana adalah sarang iblis atau apa, tapi Jing Wu bisa merasakan ada ancaman di sana.

Jing Wu menghentikan langkahnya. "Paman Kan, aku bisa merasakan di dalam sana berbahaya," kata Jing Wu ragu, "seperti sarang ... penjahat."

Kanibal malah tertawa. "Memang benar, kau pikir aura apa yang dikeluarkan oleh iblis?"

"Tapi ... ini berbeda dengan aura Paman Kan."

"Kanibal, tampan sekali bocah yang kau bawa!" seru seorang wanita. Dengan gemulainya ia menghampiri Kanibal dan Jing Wu. "Wah, benar-benar gagah dan bersih, kasihan sekali kamu, Nak, jadi mangsa Kanibal." ucapnya prihatin.

Kanibal malah tertawa. "Ini adalah ponakannya Yang Zhao."

"Yang Zhao? Bisa-bisanya kau membawa keponakannya ke sini? Kau mau cari masalah dengan dia?"

"Hermi, kau tenang saja ...." Kanibal lalu membisikkan sesuatu ke wanita cantik bernama Hermi itu dan wanita itu tersenyum licik.

"Huh, bagus juga idemu," kata Hermi, "tapi kau tau sendiri, si Tangan Racun dan Assasin tak akan senang kau membawa keluarga dari Yang Zhao, apalagi mau mengajari anak ini jurus iblis."

"Kau tenang saja, biar aku yang urus!"

Kanibal lalu membawa Jing Wu menemui Assasin, di sana juga ada Tangan Beracun sedang membicarakan sesuatu dengan pria berwajah kejam bernama Assasin.

"Siapa yang kau bawa itu, Kan?"

"Anak ini bernama Jing Wu," jawab Kanibal, "dia adalah keponakan Yang Zhao."

Mendengar nama Yang Zhao disebut, Assasin dengan cepat hendak mencekik leher Jing Wu namun Kanibal dengan cepat mengambil Jing Wu dan melindunginya dari serangan Assasin.

"Kanibal, berani-beraninya kau!" hardik Assasin.

"Kenapa kau malah melindungi anak itu, Kan? Apa aku juga harus turun tangan untuk membunuh anak itu?" kata si Tangan Beracun.

"Biar aku jelaskan!" tegas Kanibal. "Jing Wu, keluarlah sebentar dan tutup rapat pintunya!" kata Kanibal.

Jing Wu patuh dan langsung keluar dari sana dan menutup pintu ruangan itu rapat-rapat.

"Kau ini gila, Kan? Membiarkan keluarga Yang Zhao masuk ke lembah iblis," kata Tangan Beracun.

"Sebenarnya, aku tertarik dengan bocah itu dan hendak mengajarkan dia beberapa jurus iblis."

" Gila, kau mau mengajarkan jurus ke musuh kita?" umpat Tangan Beracun.

"Ya," ucap Kanibal, "sebenarnya, dia adalah anak dari Jing Huei."

Assasin dan Tangan Beracun agak terkejut tapi mereka menunggu Kanibal melanjutkan kalimatnya.

"Jing Wu punya bakat dan cepat mempelajari jurus dan dia tidak sengaja sudah melukai anak Yang Zhao makanya aku mengajaknya ke lembah iblis."

"Lalu, apa rencanamu?"

"Kita semua di sini akan menua," kata Kanibal, "kita butuh seorang penerus yang bisa melanjutkan visi misi kita, terutama membunuh Yang Zhao."

"Aha, aku suka ide licikmu itu, Kan!" seru Tangan Beracun.

"Ahahaha, tentu saja!" Kanibal berbangga diri.

Assasin tersenyum sejenak. "Kau benar, kita butuh seorang penerus, "tapi ingat, Kan, yang jelas aku tidak mau anak itu menyusahkanku di sini!"

"Ya, aku bisa saja mengajarkan jurus tangan beracunku tapi kau yang mengasuh anak itu!" Tangan Beracun ikut berkomentar.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mr 7601 Slengean
buku baru ya ini, semoga happy ending.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 51 Perpisahan di Senja

    Langit mulai berubah warna, semburat jingga membalut awan tipis yang perlahan ditelan bayang-bayang malam. Udara di sekitar hutan itu semakin dingin, seolah ikut merasakan getir yang menggantung di antara para sahabat yang berdiri di sana.Tanpa aba-aba, kedua orang misterius yang sejak tadi memburu mereka tiba-tiba menghilang. Seakan angin senja menelan kehadiran mereka tanpa suara. Jing Wu yang sedari tadi waspada, langsung berlari ke arah Li Shuwang yang terkapar dengan darah mengalir dari luka di dadanya.“Shuwang!!” seru Jing Wu, lututnya menghantam tanah berdebu saat ia berlutut di samping tubuh temannya itu.Bao Yu sudah di sana lebih dulu, tubuh mungilnya gemetar hebat, dan air matanya membasahi pipi. Ia meremas lengan baju Li Shuwang yang mulai kehilangan warna. Di sisi lain, Ming Yue berdiri terpaku. Matanya berkaca-kaca, bibirnya bergetar, tapi tak sepatah kata pun bisa ia keluarkan.“Li Shuwang… jangan tinggalkan kami,” isak Bao Yu.Jing Wu meletakkan dua jari di pergelang

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 50 - Dimensi Terlarang

    Angin malam berhembus kencang di lembah pertempuran itu. Cahaya rembulan tersembunyi di balik kabut pekat. Hanya suara desir dedaunan dan gelegar petir di kejauhan yang menjadi saksi pertarungan maut para pendekar malam ini. Pria berwajah pucat itu terpental jauh ke belakang, menghantam bebatuan keras setelah terkena jurus Tangan Iblis milik Jing Wu. Debu berhamburan. Jing Wu berdiri tegak dengan kedua tangan mengepal, napasnya memburu. Di balik sorot matanya yang tajam, menyala amarah. Li Shuwang yang sedang bertarung di sisi lain menoleh cepat dan terbelalak. “Tangan besar yang mengerikan... itu jurus apa?” batin Li Shuwang tak percaya. Di atas batu tinggi, seorang pria berjubah hitam dengan tubuh kekar menyilangkan tangan di dada, memperhatikan pertarungan itu dengan senyum tipis di wajahnya. “Huh... sepertinya anak Jing Huei itu lumayan juga,” gumamnya pelan, suaranya berat. “Tapi sayang... lawannya juga tangguh.” Li Shuwang menyipitkan mata, tak suka dengan nada itu. “Kau b

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 49 Hadangan di Jalan Menuju Utara

    Kereta kuda kecil itu melaju perlahan di jalan berbatu, diapit pepohonan tinggi yang merunduk ke arah jalan, seakan menyembunyikan rahasia gelap di antara daun-daunnya. Jing Wu duduk bersandar di pojok, matanya menatap kosong ke luar jendela, sementara Ming Yue duduk di sampingnya, sesekali mencuri pandang ke arah wajah pemuda itu. Bao Yu duduk di seberang mereka, pelipisnya berkeringat meskipun udara cukup dingin.Li Shuwang yang duduk di depan, menggenggam gagang pedang panjang di pinggangnya, seakan merasakan sesuatu. Dan tiba-tiba…“Li Shuwang,” suara berat Jing Wu memecah keheningan. “Sepertinya kau tahu banyak tentang dunia persilatan.”Li Shuwang menoleh pelan. “Mengapa kau bertanya begitu?”Jing Wu menarik napas panjang. “Beberapa waktu lalu, aku mengikuti turnamen yang diadakan oleh Perguruan Teratai Putih… entah apa yang terjadi, tapi aku merasa ada sesuatu yang janggal. Aku bertemu dengan orang-orang yang menyebut dirinya… dari Dongfang.”Begitu nama itu disebut, Li Shuwang

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 48 - Pertemuan di Desa Qi Yi

    Udara pagi di kediaman Li Shuwang terasa sejuk. Burung-burung kecil berkicau di antara pepohonan rindang, dan aroma teh hangat menguar dari ruang tengah. Jing Wu duduk bersila di serambi, menatap ke arah pegunungan jauh di utara yang samar terlihat. Ming Yue sibuk merapikan rambutnya, sementara Li Shuwang menuangkan teh ke dalam cawan tanah liat. Li Shuwang akhirnya memecah keheningan. “Sebenarnya… kalian mau ke mana?” tanyanya, sembari menyeruput teh perlahan. Ming Yue langsung mengangkat wajahnya, matanya berbinar. “Aku mau ke utara, ke Istana Peri Utara,” katanya dengan nada penuh semangat. “Aku ingin bertemu dengan nenek dan kerabatku yang lain di sana. Sudah lama sekali aku tak melihat mereka.” Li Shuwang mengangguk pelan. “Begitu ya… Istana Peri Utara. Tempat itu terkenal misterius. Tak semua orang bisa keluar masuk sesukanya.” “Aku tahu,” balas Ming Yue, tersenyum tipis. “Tapi aku punya hak sebagai keturunan di sana.” Li Shuwang kemudian menoleh ke arah Jing Wu. “Lalu,

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 47 Bara di Tengah Hutan

    Cahaya matahari sore menembus celah-celah dedaunan lebat, menciptakan pola-pola keemasan di tanah hutan yang lembap. Di sebuah gubuk kayu sederhana yang nyaris tertutup rimbunan semak, asap tipis mengepul dari tungku tanah liat. Jing Wu sedang berjongkok di depan bara api, membalik seekor ikan sungai besar yang mulai menghitam di beberapa bagian. Aromanya menggoda, meski udara sekitar masih basah oleh embun. Di sisi lain, Ming Yue duduk menyandar pada dinding kayu, memeluk kedua betisnya. Wajahnya serius, pandangannya menerawang. “Jing Wu…” “Ya?” sahut Jing Wu tanpa menoleh, matanya tetap fokus pada ikan yang hampir matang. “Sebenarnya… siapa kedua orang kemarin yang menyerang kita, ya?” Jing Wu menghela napas, lalu mengibas-ngibaskan daun lebar ke atas bara, menimbulkan semburat asap dan percikan kecil. “Entahlah,” katanya pelan. “Tapi kurasa mereka mengincarku. Dan semuanya… mungkin ada hubungannya dengan orang tuaku.” Ming Yue menoleh cepat. “Orang tuamu?” “Ya. Kata

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 46 Misteri Jasad Jing Huei

    Keluar kalian! Kedua orang berjubah hitam muncul di depan Jing Wu dan Ming Yue. Ming Yue terkejut karena ia tak pernah melihat kedua pendekar itu sebelumnya. Salah satunya memiliki kulit pucat dan tampak tak bersemangat, sementara yang satunya lagi memegang kipas kertas di tangannya. Jing Wu tampak serius, terutama karena Ming Yue berada di sampingnya dan harus ia lindungi. "Siapa kalian?" tanya Jing Wu lantang. Pria yang memegang kipas itu terkekeh. "Julukanku adalah Kipas Kematian, dan temanku ini disebut Si Mayat Hidup." Jing Wu mengernyit. Jubah yang mereka kenakan tampak familiar. Sama dengan yang dikenakan oleh Zhang Zui dan Bataar saat pertama kali ia bertemu mereka. Apakah mereka berasal dari organisasi yang sama? Tiba-tiba, Kipas Kematian mengayunkan kipasnya ke arah Jing Wu, dan seketika hembusan angin yang sangat kuat menyerang Jing Wu dan Ming Yue. Beruntung, Jing Wu gesit. Ia segera melindungi Ming Yue dan menciptakan perisai angin yang lebih kuat. "Huh, ternya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status