"Itu dia Veronica!" Seru Ardio saat melihat Veronica dari layar handphone yang terkoneksi dengan server induk di laptop Wennie.
"Kita cek keadaan sekeliling, Ardio. Kalau situasi aman kita akan selamatkan dia sekarang juga." Ujar Will yang mendapat anggukan setuju dari Ardio. Sebagai seorang polisi tentu saja Ardio sangat paham dengan prosedur ini. Sangat tidak diperbolehkan untuk menyerang suatu tempat tanpa tahu situasi di tempat itu. it's too risk. Begitulah kira- kira intinya.
"Aiden, aku dan Ardio akan masuk ke kamar dan menyelamatkan Veronica. Sejauh ini hanya ada satu pria saja yang menjaga Veronica di dalam ruangan itu." Lapor Will pada Aiden.
"Berhati- hatilah Will. Aku akan meminta Lou untuk memastikan jalan yang akan kalian lalui bersih." Balas Aiden.
'Hemm, kami masuk sekarang juga." Ucap Wil dan kemudian mengajak Ardio untuk masuk ke kamar itu.
***
"Bagaimana? Apa mereka sudah bergerak?" Tanya Wennie yang baru saja tiba di kamar
"Pria ini benar- benar gila!" seru Will."Gwen! Pergilah masuk ke kamar dan temani Veronica. Aku dan yang lainnya akan mencari jalan keluar untuk hal ini." Perintah Aiden, mengabaikan kata-kata Gwen sebelumnya.Aiden tidak inginGwen ikut campur dalam hal berbahaya ini, dia harus menjauhkanGwen dari ruangan ini. SehinggaGwen tidak bisa ikut mendengar apa rencana yang akan mereka untuk mengatasi soal bom di seluruh badan kapal pesiar ini."Tapi aku masih ingin di sini sayang." TolakGwen, yang tentu saja tidak akan melewatkan hal- hal menegang seperti ini.MelihatGwen yang menolak perinta nya, Aiden pun terpaksa meminta Diana untuk membawaGwen ke dalam kamar."Diana! tolong kau bawa sahabatmu ini masuk ke dalam kamar.""Dan kau juga Wen! Masuklah ke kamar bersamaGwen dan Diana. Aku tidak ingin ada wanita di tempat ini." Usir Aiden.Dalam pikiran Aiden, selainGwen, orang yang tidak diperbole
Setelah mengantarkan Ariana ke kamar di mana Gwen dan yang lainnya berada, Will segera kembali ke ruang tengah di mana kapten kapal persiar tersebut telah ada bersama mereka."Aku sudah menjelaskan semuanya pada Kapten Rocky. Dan dia mengizinkan kita untuk mengakses sistem kapal pesiar ini." Ujar Aiden."Aku Will, capt! " Will menyalami sang kapten."Terima kasih atas bantuan kalian. Memang kapal pesiar ini memiliki pengamanannya sendiri tapi kalau bom itu ada di sepanjang badan kapal maka akan kecil sekali kemungkinan dapat melakukan semua hal in silent way." Jelas sang kapten."Kami akan melakukan hal terbaik yang kami bisa." jawab Will. Will pun menghidup sistem Ai nya yang terpasang di laptop yang ada di depan Aiden."Hallo Jarvis? Apakah kita sudah terhubung?" Sapa Will pada Jarvis."Kau sangat tega meninggalkanku sewaktu kau dan nona Ariana berlibur. Huf!" Seru Jarvis dalam mode merajuk. Dia tidak menyadari kalau di dalam ruangan
"Gwen??" teriak Aiden memanggil Gwen panik."Hei! Kau kenapa tuan Muda Skyleden Gavin Junior? Kau membuat satu kerutan muncul di wajah kami karena terkejut mendengarmu memanggilku dengan berteriak seperti itu!" Gwen yang sedang asik ngobrol dengan Ariana, Diana dan Wennie malah sempat- sempatnya membercandai Aiden yang sedang panik."Ariana, ajak Gwen dan yang lain keluar." Perintah Will pada istrinya.Ariana yang sudah paham dengan gelagat Will, tanpa banyak tanya mengajak Gwen,Diana dan Wennie. Tapi sayangnyaGwen tidaklah setipe dengan Ariana. Dia tentu saja tidak mau keluar begitu saja tanpa tahu alasan mengapa mereka semua harus keluar.Tadi mereka semua dipaksa masuk dan menunggu di dalam kamar sambil menjaga Veronica yang saat ini masih tertidur pulas. Dan sekarang mereka disuruh keluar. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Gwen harus tahu apa itu."Gwen, keluarlah dulu. Ada hal penting yang aku, Will dan Ardio harus lakukan." Bujuk Ai
"kau sudah menghubungi Mr. D kan sayang?" Tanya Ariana pada Will."Aku belum menelpon Mr.D karena permasalahannya waktu yang kita punya tidak banyak. Bom - bom ini dapat meledak sewaktu- waktu." balas Will dengan suara pelan.Ariana langsung terhenyak saat mendengar kalau bom yang mereka bicarakan saat ini bukan hanya satu bom melainkan banyak."Will?" Aiden terpaksa menyela pembicaraan Will dan Ariana karena waktu mereka tidak banyak."Hm-" respon Will singkat."Sayang menjauhlah, biar aku dan yang lain dapat memeriksa dengan seksama apakah bom itu ada di dalam tubuh Veronica atau tidak." Will, Aiden dan Ardio semangkin mendekat ke tempat tidur."Jarvis, apa dari jarak sedekat ini kau bisa mendeteksi bom yang terakhir?" Tanya Will pada Jarvis."Bos, sepertinya bom itu memang ada di dalam tubuh wanita ini. Kalau dari data yang terbaca di radar ku, bom nya terpasang di sekitar perut. Hmm hanya saja akan sangat sulit untuk mengelu
Di dalam kamar, suasana haru menyelimuti Ardio dan Veronica. Fakta kalau bom itu ada di dalam tubuh Veronica tentu saja membuat semua keteguhan yang Ardio punya runtuh.kalau sempat terjadi hal buruk pada istri nya, Ardio yakin dirinya tidak akan mampu untuk bertahan. Mungkin dia pun akan mengakhiri hidupnya menyusul istri dan anaknya."Berhentilah menangis Ardio. Tangisan mu hanya membuatku semankin sulit untuk iklas berpisah dengan mu."Kata- kata yang baru saja keluar dari mulut Veronica membuat tangis Ardio semakin kencang. Kini di depan Veronica, tidak ada lagi sosok Ardio yang gagah berani yang siap menghadapi segala masalah yang datang menerjangn nya. Kini yang tersisa hanya sosok sang kekasih yang terisak sedih yang belum siap untuk melepaskan cinta nya."Ardio! Aku mohon! Berhentilah menangis. Kau membuatku sedih." Ucap Veronica. Tapi lagi- lagi, Ardio bersikap seolah dia tidak mendengar apa yang Veronica katakan.Gwen, Ariana, Diana serta
"Aku? rasanya tidak ada. " Jawab Ariana sambil terkekeh. Dia dan Will sangat menikmati tingkahGwen dan Aiden. Ini sungguh sebuah hiburan yang sangat menghibur di tengah ketegangan suasana di dalam kamar VIP itu."Ash!" MataGwen membelalak pada Ariana, seolah minta tolong pada Ariana."Ariana! Masa kau tidak paham dengan kode mata ku ini??" TeriakGwen dalam hati.Tapi Ariana malah sembunyi- sembunyi menunjuk ke arah Will, seolah berkata Will lah yang melarangnya untuk berkata seperti itu.Gwen menghela nafasnya danlangsung memutar otaknya. Dia harus bisa mencari alasan lain untuk bisa terlepas dari amukan Aiden."Astaga! Aku lupa mengabari Kenzo kalau aku tidak bisa take part untuk video klip ku. Aiden sebentar ya?"Gwen secepat kilat menyelinap dari bawah tangan Aiden yang sedang mengukungnya dengan kedua tangan Aiden."Kau tidak perlu bersusah payang memberi tahu Kenzo karena aku sudah me
"What?!" Aiden dan Will sontak terkejut dengan jawaban yang Mr. D berikan. Apalagi wajah santai seperti di pantai milik Mr. D benar- benar membuat mereka tidak percaya kalau Mr. D belum menjinakkan bom itu."Mr. D, please jangan bercanda di saat- saat tegang seperti ini." Ujar Will pada Mr. D."Aku serius Will! Aku belum menjinakkan bom itu. Bukan karena aku tidak mau tapi keahlianku memang tidak dibidang itu. Aku ini dokter bukan anggota pasukan gegana. Aku tidak tahu cara untuk menjinakkan bom. Apalagi yang ukurannya sekecil itu. Entah kalau kalian berniat memasrahkan hidup kalian di tanganku, akan aku coba sebisaku." Jawab Mr. D dengan gaya wolesnya.Will dan Aiden yang mendengar hal itu auto menghela nafas mereka kasar."Kau saja yang terlalu berekspektasi tinggi terhadap bosmu!" celetuk Aiden sambil menepuk pundak Will pelan."Kenapa aku bisa lupa kalau bos ku adalah dokter? bukan anggota tim gegana!" Sarkas Will sengaja mengulang kembali kata
"Pletaaaaaaak!" Aiden langsung menjentik keningGwen."Itulah akibatnya kalau kau terlalu banyak baca komik conan dan novel nya aduh siaapa itu nama nya..." Aiden mengernyitkan dahinya memikirkan siapa nama penulis novel online yang selaluGwen baca."Kak Upe maksud mu?" JawabGwen dengan polosnya."Hm - Bener! Dia ! Otak mu jadi terkontaminasi! Sikit- sikit kau berpikir tentang konspirasi dan sebagai nya!" Ujar Aiden, geleng- geleng kepala sambil tetap mencoba menghubungi Rery."Ya, siapa tahu kan?? bisa saja kau benar - benar menanam sebuah chip di dalam kepala ku sewaktu aku tidur!" CeletukGwen."Sepertinya jentikan ku tadi masih kurang kuat!" Aiden bersiap- siap ingin menjentik kening Gwen lagi tapi untung nya panggilan nya ke Rery sudah tersambung."Rery?""Ya, Tuan muda. Maaf aku tadi tidak bisa mengangkat telponmu karena kami sedang berusaha menjinakkan satu bom lagi." Jelas Rery.