Share

Bab 3. Berbicara Dengan Nyonya Besar.

Beberapa saat kemudian di dalam kamar Nyonya Besar, Yu Jie yang baru saja memasuki kamar bersama Chun langsung memberi hormat ketika ia bertemu sang Nyonya Besar yang merupakan Nenek kandungnya sendiri.

"Salam Nenek." Ia membungkukkan tubuhnya di hadapan Nyonya Besar setelah Chun melepaskan lengannya.

"Chun, juga memberi salam kepada Nyonya Besar," ucap Chun mengikuti tingkah Majikannya sembari membungkuk lebih rendah dari Yu Jie.

Melihat kehadiran Cucu kesayangannya bersama pelayan setianya, Nyonya Besar hanya menyunggingkan senyum di bibirnya, "Kalian berdua, berdirilah!" perintahnya dengan suara lembut.

"Terima kasih Nenek."

"Terima kasih Nyonya Besar."

Yu Jie dan Chun menegakkan tubuhnya lalu melemparkan pandangannya pada wanita paruh baya yang sedang duduk di atas dipan. Meskipun wajah wanita itu telah tampak termakan usia, masih ada sisa-sisa kearifan yang terlihat di sana. Hal itu yang membedakan Nyonya Besar dari Li Mei. Nyonya Besar memiliki tata krama seorang Bangsawan sejati, sama halnya dengan Ibu Yu Jie dulu. Itu sebabnya Nyonya Besar sangat menyayangi menantunya itu, bahkan baginya hanya Ibu Yu Jie yang pantas untuk menjadi menantunya.

"Jie, kemarilah!" panggil Nyonya Besar pada Yu Jie.

Dengan senyum di bibirnya Yu Jie menganggukkan kepalanya kemudian melangkahkan kakinya untuk menghampiri Neneknya. Setibanya di hadapan dipan Nyonya besar, ia pun perlahan menjatuhkan bokongnya di atas dipan, tepat di samping Nyonya Besar.

"Maafkan Jie, Nek. Karena Jie terlambat menemui Nenek," ucapnya sopan.

Nyonya Besar berdecak, kali ini ia sedikit jengah dengan sikap yang selalu Yu Jie perlihatkan padanya. Selama ini dari ketiga Cucunya hanya Yu Jie saja yang selalu terlihat sungkan padanya persis seperti Ibunya yang lembut, padahal ia sangat menyayangi Yu Jie.

"Kamu ini... Mengapa kamu tidak bisa seperti gadis lain yang selalu bermanja pada Neneknya?!"

Yu Jie tersenyum kecut mendengar hal itu, perlahan ia mengangkat wajahnya untuk menatap Neneknya, "Walau begitu, Nenek tidak akan mengusir Jie dari kediaman, kan?" selorohnya.

"Tentu saja tidak," tukas Nyonya Besar, "Mana mungkin Nenek mengusirmu dari sini, karena rumah Nenek juga adalah rumahmu. Tetapi kamu jangan lupa! Umurmu sekarang sudah memasuki umur untuk menikah," nasehatnya pada Yu Jie sambil memasang wajah sebal, "Daripada harus menerima perlakuan dari wanita Iblis itu di kediaman ini, bukankah akan lebih baik jika Nenek segera mengirimmu ke rumah calon suamimu?" tambah Nyonya Besar lagi. .

"Calon suami?" Yu Jie mengerucutkan bibirnya, "Apakah Nenek sangat membenci Jie? Jadi Nenek ingin agar Jie segera pergi meninggalkan Nenek?" sungutnya seraya menekuk wajahnya, ia sengaja berpura-pura merasa terluka di hadapan Nyonya Besar. Padahal ia telah mendengar tentang semua rencana Nyonya Besar yang ingin mengirimnya untuk memasuki Istana dari Chun.

"Bukan begitu," sanggah Nyonya Besar, ia berpaling pada Yu Jie lalu meraih kedua tangan cucunya itu kemudian menggenggamnya dengan penuh kasih. "Jie, sebentar lagi pihak Istana Taiyang akan mengadakan pemilihan untuk mencari Selir bagi Kaisar Gao. Dan di Zhejiang ini, hanya ketampanan Kaisar Gao yang belum ada tandingannya. Jadi, selain Kaisar Gao... Nenek pikir tidak ada orang lain lagi yang pantas untuk menjadi suamimu. Karena itu Nenek ingin mengirimmu ke Istana. Mungkin setelah melihatmu, kelak Kaisar Gao akan mengangkatmu untuk menjadi Selir Utamanya."

"Tapi Nek, Jie dengar sangat sulit untuk menjadi Selir Utama Kaisar Gao. Lagipula selama ini sudah berapa banyak gadis cantik yang dikirim ke Istana? Namun tak satu pun dari mereka yang diangkat oleh Kaisar Gao untuk menjadi Selir Utamanya," dengus Yu Jie. Walau selama ini ia tidak pernah diperkenankan untuk meninggalkan kediaman, berita di luar tembok kediaman sebenarnya tidak pernah Yu Jie lewatkan. Karena di sisinya ada Chun yang selalu memberikan informasi padanya tentang kejadian terbaru yang sedang terjadi di wilayah Zhejiang. Termasuk tentang betapa sulitnya menangani seorang Kaisar Gao.

Kaisar Gao adalah Penguasa Zhejiang yang sangat terkenal akan keatletisan tubuhnya dan juga wajahnya yang rupawan. Hanya sayangnya ia sangat pemilih dalam hal mencari Selir. Tidak hanya itu... Kaisar Gao juga sangat mencintai kekuasaan. Itu yang membuat Yu Jie tidak terlalu tertarik padanya.

Sejujurnya jika saja Yu Jie diberi kesempatan untuk keluar dari kediaman, ia sangat ingin mencari sendiri seorang pria untuk menjadi calon suaminya. Meskipun apa yang dikatakan Nyonya Besar padanya juga tidak salah. Karena Yu Jie memang pernah mendengar dari Chun bahwa semua penduduk Zhejiang telah menobatkan Kaisar Gao sebagai pria paling menarik dan juga calon suami yang ideal bagi putri-putri mereka.

"Tapi... Aku masih tidak percaya kalau di luar sana tidak ada pria yang lebih menarik darinya," rutuk Yu Jie dalam hati.

***

Dua minggu kemudian... Pagi ini kesibukan terlihat di kediaman Bangsawan Yu. Dari pagi-pagi sekali Li Mei dan putranya Li Qi asik mempersiapkan semua kebutuhan Li Qui untuk memasuki Istana Taiyang sebagai calon Selir dari Kaisar Gao.

Di saat yang sama, Nyonya Besar juga tengah bersiap-siap untuk mengirim Yu Jie ke Istana. Hanfu berwarna hijau muda dengan list hijau tua yang terbuat dari sutra terbaik, ia berikan kepada Yu Jie untuk dikenakan oleh Cucu kesayangannya itu. Dan warna alam itu terlihat sangat cantik kala Yu Jie mengenakannya di tubuhnya.

Tadinya Nyonya Besar sempat meminta Yu Jie untuk mengenakan hanfu berwarna merah muda, tetapi Cucunya itu menolaknya dengan halus. Sejak kecil Yu Jie memang tidak pernah menyukai warna-warna yang mencerminkan sisi wanita tersebut. Menurut Yu Jie warna itu tidak pantas untuknya. Lebih tepatnya tidak pantas untuk kepribadian kerasnya yang selalu ia sembunyikan dengan baik.

"Di mana-mana anak gadis seusiamu biasanya akan menyukai warna merah muda," tukas Nyonya Besar setelah melihat penampilan Cucunya.

"Nenek, Nenek tidak bisa menyamakan Jie dengan mereka," protes Yu Jie, ia mengerucutkan bibirnya dengan sebal di hadapan Nyonya Besar. "Hanya gadis biasa yang akan menyukai warna merah muda, sementara Jie... Bukankah Jie adalah Cucu Nenek?" lontarnya sembari memilin helaian rambutnya yang jatuh ke depan dadanya dengan jemarinya.

Tanpa Yu Jie sadari... Ucapannya itu telah membuat Nyonya Besar tersenyum kecut. Karena sifat Yu Jie itu mengingatkannya akan almarhum menantunya yang memiliki ilmu kultivasi tinggi. Meski selalu terlihat lembut, Ibu Yu Jie sebenarnya adalah wanita yang sangat dihormati. Dulu ia bahkan harus merayu Kakek Yu Jie agar bersedia menikahkan Shu Xiuying dengan putranya. Dan untungnya ia mendapatkan dukungan dari Shu Xiuying yang langsung menerima lamarannya. Meski banyak mak comblang yang telah datang pada Shu Xiuying dan meminta Shu Xiuying untuk menerima lamaran dari Tuan Muda lainnya yang sama-sama berasal dari keluarga Bangsawan.

"Kamu ini... Mengapa sifatmu ini sangat mirip sekali dengan Ibumu?" cetus Nyonya Besar lelah, setelah ia tidak berhasil meluluhkan sifat keras kepala Cucunya.

"Bukankah itu bagus?" seloroh Yu Jie.

"Yayaya." Nyonya Besar menggeleng gusar. Nyatanya ia memang menyukai sifat Shu Xiuying sesuai dengan tebakan Yu Jie. Karena selain cantik, Shu Xiuying juga lembut dan tegas. Entah bagaimana dua sifat yang saling bertolak belakang itu terdapat pada kepribadian menantunya itu. Tetapi hal itulah yang membuat Shu Xiuying memiliki nilai tambah di matanya. Begitu pula dengan Yu Jie. "Apakah kamu sudah siap untuk pergi?" tanya Nyonya Besar seraya menatap Yu Jie.

"Sudah, Nek," sahut Yu Jie.

"Kalau begitu pergilah sekarang!" titah Nyonya Besar.

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Ririichan13
semoga kaisar Gao suka ama Yu Jie
goodnovel comment avatar
MAF_0808
semiga kaisar gao suka terus bucin ama yu jie
goodnovel comment avatar
Liya liyana
yu jie mu ketemu kaisar bikin penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status