Beberapa saat kemudian di dalam kamar Nyonya Besar, Yu Jie yang baru saja memasuki kamar bersama Chun langsung memberi hormat ketika ia bertemu sang Nyonya Besar yang merupakan Nenek kandungnya sendiri.
"Salam Nenek." Ia membungkukkan tubuhnya di hadapan Nyonya Besar setelah Chun melepaskan lengannya."Chun, juga memberi salam kepada Nyonya Besar," ucap Chun mengikuti tingkah Majikannya sembari membungkuk lebih rendah dari Yu Jie.Melihat kehadiran Cucu kesayangannya bersama pelayan setianya, Nyonya Besar hanya menyunggingkan senyum di bibirnya, "Kalian berdua, berdirilah!" perintahnya dengan suara lembut."Terima kasih Nenek.""Terima kasih Nyonya Besar."Yu Jie dan Chun menegakkan tubuhnya lalu melemparkan pandangannya pada wanita paruh baya yang sedang duduk di atas dipan. Meskipun wajah wanita itu telah tampak termakan usia, masih ada sisa-sisa kearifan yang terlihat di sana. Hal itu yang membedakan Nyonya Besar dari Li Mei. Nyonya Besar memiliki tata krama seorang Bangsawan sejati, sama halnya dengan Ibu Yu Jie dulu. Itu sebabnya Nyonya Besar sangat menyayangi menantunya itu, bahkan baginya hanya Ibu Yu Jie yang pantas untuk menjadi menantunya."Jie, kemarilah!" panggil Nyonya Besar pada Yu Jie.Dengan senyum di bibirnya Yu Jie menganggukkan kepalanya kemudian melangkahkan kakinya untuk menghampiri Neneknya. Setibanya di hadapan dipan Nyonya besar, ia pun perlahan menjatuhkan bokongnya di atas dipan, tepat di samping Nyonya Besar."Maafkan Jie, Nek. Karena Jie terlambat menemui Nenek," ucapnya sopan.Nyonya Besar berdecak, kali ini ia sedikit jengah dengan sikap yang selalu Yu Jie perlihatkan padanya. Selama ini dari ketiga Cucunya hanya Yu Jie saja yang selalu terlihat sungkan padanya persis seperti Ibunya yang lembut, padahal ia sangat menyayangi Yu Jie."Kamu ini... Mengapa kamu tidak bisa seperti gadis lain yang selalu bermanja pada Neneknya?!"Yu Jie tersenyum kecut mendengar hal itu, perlahan ia mengangkat wajahnya untuk menatap Neneknya, "Walau begitu, Nenek tidak akan mengusir Jie dari kediaman, kan?" selorohnya."Tentu saja tidak," tukas Nyonya Besar, "Mana mungkin Nenek mengusirmu dari sini, karena rumah Nenek juga adalah rumahmu. Tetapi kamu jangan lupa! Umurmu sekarang sudah memasuki umur untuk menikah," nasehatnya pada Yu Jie sambil memasang wajah sebal, "Daripada harus menerima perlakuan dari wanita Iblis itu di kediaman ini, bukankah akan lebih baik jika Nenek segera mengirimmu ke rumah calon suamimu?" tambah Nyonya Besar lagi. ."Calon suami?" Yu Jie mengerucutkan bibirnya, "Apakah Nenek sangat membenci Jie? Jadi Nenek ingin agar Jie segera pergi meninggalkan Nenek?" sungutnya seraya menekuk wajahnya, ia sengaja berpura-pura merasa terluka di hadapan Nyonya Besar. Padahal ia telah mendengar tentang semua rencana Nyonya Besar yang ingin mengirimnya untuk memasuki Istana dari Chun."Bukan begitu," sanggah Nyonya Besar, ia berpaling pada Yu Jie lalu meraih kedua tangan cucunya itu kemudian menggenggamnya dengan penuh kasih. "Jie, sebentar lagi pihak Istana Taiyang akan mengadakan pemilihan untuk mencari Selir bagi Kaisar Gao. Dan di Zhejiang ini, hanya ketampanan Kaisar Gao yang belum ada tandingannya. Jadi, selain Kaisar Gao... Nenek pikir tidak ada orang lain lagi yang pantas untuk menjadi suamimu. Karena itu Nenek ingin mengirimmu ke Istana. Mungkin setelah melihatmu, kelak Kaisar Gao akan mengangkatmu untuk menjadi Selir Utamanya.""Tapi Nek, Jie dengar sangat sulit untuk menjadi Selir Utama Kaisar Gao. Lagipula selama ini sudah berapa banyak gadis cantik yang dikirim ke Istana? Namun tak satu pun dari mereka yang diangkat oleh Kaisar Gao untuk menjadi Selir Utamanya," dengus Yu Jie. Walau selama ini ia tidak pernah diperkenankan untuk meninggalkan kediaman, berita di luar tembok kediaman sebenarnya tidak pernah Yu Jie lewatkan. Karena di sisinya ada Chun yang selalu memberikan informasi padanya tentang kejadian terbaru yang sedang terjadi di wilayah Zhejiang. Termasuk tentang betapa sulitnya menangani seorang Kaisar Gao.Kaisar Gao adalah Penguasa Zhejiang yang sangat terkenal akan keatletisan tubuhnya dan juga wajahnya yang rupawan. Hanya sayangnya ia sangat pemilih dalam hal mencari Selir. Tidak hanya itu... Kaisar Gao juga sangat mencintai kekuasaan. Itu yang membuat Yu Jie tidak terlalu tertarik padanya.Sejujurnya jika saja Yu Jie diberi kesempatan untuk keluar dari kediaman, ia sangat ingin mencari sendiri seorang pria untuk menjadi calon suaminya. Meskipun apa yang dikatakan Nyonya Besar padanya juga tidak salah. Karena Yu Jie memang pernah mendengar dari Chun bahwa semua penduduk Zhejiang telah menobatkan Kaisar Gao sebagai pria paling menarik dan juga calon suami yang ideal bagi putri-putri mereka."Tapi... Aku masih tidak percaya kalau di luar sana tidak ada pria yang lebih menarik darinya," rutuk Yu Jie dalam hati.***Dua minggu kemudian... Pagi ini kesibukan terlihat di kediaman Bangsawan Yu. Dari pagi-pagi sekali Li Mei dan putranya Li Qi asik mempersiapkan semua kebutuhan Li Qui untuk memasuki Istana Taiyang sebagai calon Selir dari Kaisar Gao.Di saat yang sama, Nyonya Besar juga tengah bersiap-siap untuk mengirim Yu Jie ke Istana. Hanfu berwarna hijau muda dengan list hijau tua yang terbuat dari sutra terbaik, ia berikan kepada Yu Jie untuk dikenakan oleh Cucu kesayangannya itu. Dan warna alam itu terlihat sangat cantik kala Yu Jie mengenakannya di tubuhnya.Tadinya Nyonya Besar sempat meminta Yu Jie untuk mengenakan hanfu berwarna merah muda, tetapi Cucunya itu menolaknya dengan halus. Sejak kecil Yu Jie memang tidak pernah menyukai warna-warna yang mencerminkan sisi wanita tersebut. Menurut Yu Jie warna itu tidak pantas untuknya. Lebih tepatnya tidak pantas untuk kepribadian kerasnya yang selalu ia sembunyikan dengan baik."Di mana-mana anak gadis seusiamu biasanya akan menyukai warna merah muda," tukas Nyonya Besar setelah melihat penampilan Cucunya."Nenek, Nenek tidak bisa menyamakan Jie dengan mereka," protes Yu Jie, ia mengerucutkan bibirnya dengan sebal di hadapan Nyonya Besar. "Hanya gadis biasa yang akan menyukai warna merah muda, sementara Jie... Bukankah Jie adalah Cucu Nenek?" lontarnya sembari memilin helaian rambutnya yang jatuh ke depan dadanya dengan jemarinya.Tanpa Yu Jie sadari... Ucapannya itu telah membuat Nyonya Besar tersenyum kecut. Karena sifat Yu Jie itu mengingatkannya akan almarhum menantunya yang memiliki ilmu kultivasi tinggi. Meski selalu terlihat lembut, Ibu Yu Jie sebenarnya adalah wanita yang sangat dihormati. Dulu ia bahkan harus merayu Kakek Yu Jie agar bersedia menikahkan Shu Xiuying dengan putranya. Dan untungnya ia mendapatkan dukungan dari Shu Xiuying yang langsung menerima lamarannya. Meski banyak mak comblang yang telah datang pada Shu Xiuying dan meminta Shu Xiuying untuk menerima lamaran dari Tuan Muda lainnya yang sama-sama berasal dari keluarga Bangsawan."Kamu ini... Mengapa sifatmu ini sangat mirip sekali dengan Ibumu?" cetus Nyonya Besar lelah, setelah ia tidak berhasil meluluhkan sifat keras kepala Cucunya."Bukankah itu bagus?" seloroh Yu Jie."Yayaya." Nyonya Besar menggeleng gusar. Nyatanya ia memang menyukai sifat Shu Xiuying sesuai dengan tebakan Yu Jie. Karena selain cantik, Shu Xiuying juga lembut dan tegas. Entah bagaimana dua sifat yang saling bertolak belakang itu terdapat pada kepribadian menantunya itu. Tetapi hal itulah yang membuat Shu Xiuying memiliki nilai tambah di matanya. Begitu pula dengan Yu Jie. "Apakah kamu sudah siap untuk pergi?" tanya Nyonya Besar seraya menatap Yu Jie."Sudah, Nek," sahut Yu Jie."Kalau begitu pergilah sekarang!" titah Nyonya Besar.Selama hampir satu sichen dua kereta mewah dari Kediaman Yu terus berlari dengan kecepatan sedang menuju Istana Taiyang. Salah satu dari kereta tersebut ditempati oleh Yu Jie bersama Chun, sementara kereta lainnya ditempati Li Qui bersama pelayan setianya. Nyonya Besar sengaja tidak menempatkan Yu Jie dan Li Qui di dalam satu kereta, sebab ia tahu kalau Li Qui selalu iri terhadap Yu Jie dan kerap mengganggu Yu Jie tanpa sepengetahuan dirinya. Ia menerima laporan itu dari beberapa pelayan setia yang telah ia tempatkan di kediaman untuk menjaga Yu Jie secara diam-diam. Dan saat ini, dari dalam kereta yang membawanya menuju Istana Taiyang, Li Qui menyibak tirai jendela kereta yang berada di sisi kiri tubuhnya. Ia memperhatikan kereta Yu Jie yang bergerak di depan kereta yang ia tumpangi. Ada kecemburuan besar yang ia rasakan untuk Saudari tirinya itu yang pagi ini telah berhasil mendominasi perhatian Nyonya Besar hingga sang Nenek tidak memperhatikannya sama sekali ketika ia akan menin
Terlalu letih setelah menjalani pemeriksaan setengah hari ini, Yu Jie pun akhirnya terlelap. "Feng, Feng Huang!" Suara seorang pria tiba-tiba terdengar, suara itu sangat lirih menyapu indera pendengaran Yu Jie hingga ia mencoba untuk membuka matanya yang terasa berat. Di saat matanya telah terbuka lebar, Yu Jie seketika merasa bingung karena kini ia tidak lagi berada di dalam aula melainkan di sebuah tempat yang sangat asing. Tempat ini tampak seperti sebuah taman yang indah, bunga-bunga beraneka warna terhampar di depan matanya. "Feng Huang."Suara itu kembali terdengar, tetapi tidak ada seorang pun yang Yu Jie temukan di taman ini. Selain padang bunga dan kabut putih tebal yang membatasi jarak pandangnya. "Pheonikku, kemarilah!"Yu Jie mengangkat wajahnya, ia memicingkan matanya ke arah kabut tebal karena suara yang baru saja ia dengar seolah berasal dari dalam kabut tersebut. "Feng Huang? Aku adalah suamimu!" Seorang pria tiba-tiba menyeruak kabut, tubuh pria itu yang sedang m
Tatkala para Kasim Kekaisaran yang menjadi juri penilai uji bakat tengah kebingungan, di saat yang sama di wilayah barat Benua Zhejiang, di kaki bukit Gu Shan, tempat berdirinya Sekte Burung Api... Dua orang pria sedang berlari terburu-buru memasuki Sekte, melewati para murid Sekte yang sedang berlatih ilmu bela diri. Kedua pria ini adalah Ming Hao dan Guan Lin. Mereka merupakan murid senior dari Pimpinan Sekte Burung Api yang bertugas untuk mengawasi Yu Jie dari kejauhan atas perintah Shu Haochun. Setelah melintasi lahan tempat pelatihan dan memasuki aula Sekte Burung Api, akhirnya Ming Hao dan Guan Lin berhenti di hadapan Guru Besarnya yang tengah berdo,a pada patung Kaisar Langit. "Murid memberi salam pada Guru." Dengan mengatupkan kedua telapak tangannya di depan tubuhnya kedua pemuda yang baru berusia 18 dan 19 tahun itu membungkuk di hadapan Shu Haocun. "Mengapa kalian kembali?" lontar Shu Haocun datar tanpa membalikkan tubuhnya, ia melangkahkan kakinya ke arah altar sembahya
Istana Taiyang siang hari, usai menjalani uji bakat, semua calon Selir diminta untuk berkumpul di depan pelukis istana untuk dilukis. Lukisan ini nantinya akan dibawa oleh Kasim Kekaisaran untuk diperlihatkan pada Kaisar Gao. Dan demi mendapat perhatian dari Kaisar Gao, sebagian besar calon Selir mencoba menyogok pelukis istana agar lukisannya dibuat secantik mungkin, terkecuali Yu Jie dan Fu Yueyin. "Lihatlah mereka!" dengus Fu Yueyin sebal, dikarenakan ia dan Yu Jie mendapatkan giliran terakhir untuk dilukis, ia dan Yu Jie berkesempatan untuk menyaksikan tingkah polah para calon Selir lainnya. "Hanya demi menyenangkan Kaisar Gao, bisa-bisanya mereka meminta pelukis istana untuk mengubah lukisan wajah mereka," tambahnya lagi sambil terus memperhatikan belasan calon Selir yang tengah mengerubungi pelukis istana bak semut yang sedang mengerubungi gula. "Apakah semua calon Selir sejak dulu memang selalu seperti ini?" tanya Yu Jie polos, ia tidak mengerti mengapa para calon Selir seakan
Dua hari telah berlalu, Yu Jie yang ditempatkan di bagian timur Istana Taiyang sama sekali tidak merasa terganggu dengan keputusan Kaisar Gao itu karena ada Chun dan Fu Yueyin yang menemaninya untuk menghabiskan waktunya. Tetapi hari ini, di saat Li Qui datang menemuinya tatkala ia sedang bersantai dengan Fu Yueyin di taman depan paviliun Wangjile, hati kecil Yu Jie sontak mencelos setelah ia mendengar ucapan dari Saudari tirinya itu. "Aku telah tidur dengan Kaisar Gao!" cetus Li Qui tanpa berbasa-basi, "Semalam Yang Mulia telah datang untuk menemuiku. Tubuh Yang Mulia sangat luar biasa. Dan aku pikir hanya wanita beruntung saja yang bisa merasakan tubuh Yang Mulia. Selain itu semalam Yang Mulia juga terus menyiksaku hingga pinggangku ini sakit sekali," terangnya panjang lebar. Li Qui sengaja melakukannya agar Yu Jie merasa iri padanya, "Apanya yang cantik? Buktinya Yang Mulia lebih memilihku ketimbang dia!" celotehnya dalam hati sembari tersenyum sinis pada Yu Jie. "Sudah selesai
Malam hari, usai makan malam bersama Fu Yueyin, di dalam kamarnya Yu Jie terus berpikir. Semua ucapan Fu Yueyin tentang Kakak lelakinya terus terngiang di telinganya. "Nona?" Chun yang tengah duduk di lantai di hadapan Yu Jie mencoba menegur Majikannya itu yang terus saja melamun. Sejak satu dupa yang lalu ia telah memijat kaki Yu Jie setelah Yu Jie masuk ke dalam kamarnya. "Ada apa Nona? Apakah Nona sedang memikirkan ucapan Nona Qui?" tanyanya sambil menatap Yu Jie dengan wajah serius. Sebelum pergi ke Istana Taiyang, Chun sama sekali tidak pernah membayangkan kalau Yu Jie akan berakhir di paviliun Wangjile atau yang lebih dikenal dengan paviliun dingin. Ia bahkan tidak mengerti mengapa Kaisar Gao lebih memilih Li Qui daripada Yu Jie. "Bukan, bukan kata-kata Li Qui yang aku pikirkan," sanggah Yu Jie, ia menurunkan pandangannya. Melihat ke arah tangan Chun yang masih bergerak lincah memijat betisnya. "Chun, sudah cukup!" titahnya, kala tangan Chun mulai bergerak ke arah pahanya. "
Keesokan harinya Chun mulai melakukan aksinya untuk mencari informasi tentang Li Qui dengan mendekati beberapa pelayan Istana. Dari para pelayan Istana ia akhirnya mengetahui kalau Li Qui telah berbohong pada Yu Jie. Karena setelah menemui Selir pertamanya, selama dua malam berikutnya Kaisar Gao selalu menghabiskan waktunya di dalam ruang kerjanya. Membahas tentang persembahan kepada Dewa Naga Penguasa Laut Xishi dengan para Kasimnya. Usai mengumpulkan informasi, Chun kembali ke paviliun Wangjile untuk memberitahu Yu Jie tentang semua temuannya. Ia bahkan mendapatkan satu informasi penting lainnya, yaitu tentang mengapa Yu Jie dan Fu Yueyin sampai ditempatkan di paviliun Wangjile dan paviliun Dongfang. "Jadi benar kalau hal ini ada hubungannya dengan pelukis istana?" lontar Yu Jie, mencoba memastikan bahwa apa yang baru saja ia dengar dari Chun sama sekali tidak salah. "Benar, Nona," jawab Chun seraya menganggukkan kepalanya. "Lalu, apakah kamu sudah memastikan kalau Li Qui ada hu
Di kedalaman Laut Xishi satu dupa kemudian, Dewa Naga Emas yang tengah tidur tiba-tiba terbangun dari tidur siangnya. Tubuh naganya menggeliat ketika ia merasakan keberadaan dari inti jiwa milik Permaisurinya. Geliatan dari tubuhnya yang besar menimbulkan riak di atas permukaan air, ombak menggulung dari tengah laut dan menghantam setiap dinding batu yang membatasi Laut Xishi dengan pemukiman penduduk. "Energi Feng Huang?!" Dewa Naga Emas mengerang keras, suaranya bergema di atas laut dan membuat semua penduduk yang tinggal di sekitar Laut Xishi menjadi cemas. Para penduduk mulai berlarian keluar rumah, sementara beberapa kultivator yang mendengar hal itu dari dekat langsung pergi menemui para Pimpinan mereka. Ada 2 Sekte besar yang berada di sekitar Laut Xishi. Kedua Sekte ini adalah 'Sekte Seribu Bayangan' dan 'Sekte Telapak Angin'. Sekte Seribu Bayangan dipimpin oleh Seorang Tetua yang usianya sebaya dengan Shu Haocun, nama Tetua tersebut adalah Tian Kong. Sedangkan Sekte Telapak