Selama hampir satu sichen dua kereta mewah dari Kediaman Yu terus berlari dengan kecepatan sedang menuju Istana Taiyang. Salah satu dari kereta tersebut ditempati oleh Yu Jie bersama Chun, sementara kereta lainnya ditempati Li Qui bersama pelayan setianya. Nyonya Besar sengaja tidak menempatkan Yu Jie dan Li Qui di dalam satu kereta, sebab ia tahu kalau Li Qui selalu iri terhadap Yu Jie dan kerap mengganggu Yu Jie tanpa sepengetahuan dirinya. Ia menerima laporan itu dari beberapa pelayan setia yang telah ia tempatkan di kediaman untuk menjaga Yu Jie secara diam-diam.
Dan saat ini, dari dalam kereta yang membawanya menuju Istana Taiyang, Li Qui menyibak tirai jendela kereta yang berada di sisi kiri tubuhnya. Ia memperhatikan kereta Yu Jie yang bergerak di depan kereta yang ia tumpangi. Ada kecemburuan besar yang ia rasakan untuk Saudari tirinya itu yang pagi ini telah berhasil mendominasi perhatian Nyonya Besar hingga sang Nenek tidak memperhatikannya sama sekali ketika ia akan meninggalkan kediaman."Aku pikir Nenek sengaja mengirimnya agar bersaing denganku di saat pemilihan Selir Nanti," dengusnya kesal.Pelayan setia Li Qui yang tengah duduk di samping Li Qui pun menanggapi ucapan Nonanya itu. "Kalau begitu, bukankah kesempatan Nona untuk terpilih sebagai Selir Kaisar Gao akan menjadi sangat kecil?""Maksudmu Yu Jie lebih baik dariku?!" Li Qui berpaling pada pelayan setianya, ia menatap gadis berusia 14 tahun yang kini sedang duduk di sisinya itu dengan tatapan tajam."Bu... Bukan begitu Nona," jawab sang pelayan terbata. Siapa yang tidak mengetahui apa yang akan dilakukan Li Qui ketika gadis itu sedang marah? Sebagai pelayan setia Li Qui... Yin, sangat mengenal tabiat Nonanya itu. Dan demi memperoleh kepercayaan Li Qui ia hanya perlu bermulut manis di hadapan Li Qui. "Mak... Maksud hamba, hari ini Nyonya Besar sengaja mendandani Nona Besar Jie dengan barang-barang mewah. Takutnya di Istana Taiyang nanti Nona Besar Jie akan menjadi pusat perhatian. Sedangkan kita tahu bahwa seharusnya Nona lah yang menjadi pusat perhatian karena Nona jauh lebih cantik dari Nona Besar Jie," terang Yin mencoba menjilat Majikannya agar melupakan kata-kata yang baru saja ia ucapkan."Dia? Menjadi pusat perhatian?" Li Qui tersenyum sinis. Ia tentu saja mengerti mengapa Yin seolah takut Yu Jie akan merebut perhatian Kaisar Gao, karena ia akui Yu Jie memang sangat cantik. Dan walaupun di kediaman Yu ia sangat disayang oleh Ayahnya. Namun sayangnya kedudukan Ayahnya berada di bawah Neneknya. Oleh sebab itu, selain cantik Yu Jie juga selalu mendapatkan barang-barang yang jauh lebih baik dari miliknya. "Gadis tengik itu benar-benar gadis murahan. Ibunya merebut Ayahku dari Ibuku. Dan dia... Dia merebut semua perhatian Nenek dariku. Tapi tenang saja, aku... Li Qui, tidak akan membiarkan dia menang di dalam pemilihan nanti," tukasnya sembari tertawa licik, membayangkan apa yang kelak akan ia lakukan untuk menjatuhkan Yu Jie.Setelah berkendara selama satu sichen lebih, akhirnya kereta Yu Jie dan Li Qui pun melewati gerbang Istana Taiyang, masuk menuju halaman Istana yang telah dipenuhi oleh puluhan kereta lainnya. Untuk pemilihan Selir kali ini, dua puluh orang putri Bangsawan telah dikirim ke Istana Taiyang untuk mengikuti pemilihan. Semua putri Bangsawan itu saling berlomba untuk menjadi Selir Kaisar Gao. Begitu juga Li Qui yang pernah melihat Kaisar Gao berkuda di jalan ketika ia pergi untuk berbelanja. Ketampanan Kaisar muda yang baru berusia 21 tahun itu telah berhasil membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Karena itu ia membujuk Ayah dan Ibunya agar mengirimnya ke Istana untuk mengikuti pemilihan Selir.Turun dari kereta, Chun dengan cepat menarik Yu Jie sambil membawa koper kayu kecil yang berisi pakaian Yu Jie dan sebuah buntalan kain yang berisi pakaiannya. Ia melakukannya demi menjauhkan Yu Jie dari Li Qui, tanpa pernah mengetahui bahwa sebelum pemilihan Selir dilakukan, semua calon Selir dan pelayannya akan ditempatkan di dalam satu aula besar yang telah dilengkapi dengan tempat tidur sebagai tempat tinggal sementara.Untuk ke aula tersebut, para calon Selir dikumpulkan terlebih dahulu di halaman Istana. Lalu dipanggil satu persatu memasuki sebuah ruangan untuk diperiksa oleh dayang Istana yang akan melaporkan hasil pemeriksaannya kepada Kasim Kekaisaran. Apabila calon Selir dinyatakan lolos, maka calon Selir akan diantarkan ke aula.Pemeriksaan dilakukan selama kurang lebih tiga sichen. Ada lima putri Bangsawan yang dipulangkan kembali oleh Kasim Kekaisaran karena tidak memenuhi syarat untuk menjadi Selir Kaisar Gao. Sisanya dinyatakan lolos untuk memasuki harem Kekaisaran, termasuk Yu Jie dan juga Li Qui yang langsung dibawa oleh para dayang Istana menuju aula untuk beristirahat agar bisa mengikuti uji bakat pada keesokan harinya. Uji bakat ini untuk menentukan kedudukan Selir di dalam harem.Pada siang dan sore hari, para calon Selir dijamu dengan banyak makanan enak. Dan malam harinya, seluruh calon Selir diminta untuk tidur lebih awal agar bisa tampil segar di saat pengujian bakat. Yu Jie cukup beruntung karena ia mendapatkan tempat tidur yang tidak bersebelahan dengan Li Qui, selain itu putri Bangsawan yang menempati tempat tidur di sebelahnya juga sangat baik padanya.Putri Bangsawan itu adalah seorang gadis bermarga Fu dan bernama Yueyin, Fu Yueyin. Di awal perkenalannya dengan Yueyin, Yu Jie langsung bisa akrab dengan gadis itu yang usianya satu tahun lebih tua darinya. Yueyin bahkan membelanya ketika Li Qui menghampirinya dan berbicara kasar padanya. Hal itu membuat Yu Jie sangat mengagumi Yueyin dan bersedia berteman dengan Yueyin tatkala gadis belia itu memintanya untuk menjadi Sahabatnya.***Malam hari, meski sekarang merupakan pertengahan musim gugur, tetapi di luar aula yang Yu Jie tempati angin bertiup sangat kencang. Gemerisik dedaunan yang saling bergesekan terdengar hingga ke dalam aula, membuat Yu Jie yang belum bisa memejamkan matanya menjadi sangat resah. Dari ia lahir sampai hari ini, baru kali ini ia meninggalkan kamarnya yang nyaman. Keluar dari kediaman tempat di mana ia selalu menghabiskan hari-harinya, dan itu bukanlah sesuatu yang mudah untuknya.Hanya saja, bukan meninggalkan kediaman yang membuatnya menjadi resah. Tetapi sebuah perasaan yang saat ini tengah memenuhi hatinya. Ini dimulai sejak ia keluar dari kediaman, melewati jalanan di mana ia bisa menatap Laut Xishi dari kejauhan. Dan samar-samar ia seolah melihat bayangan seekor naga di sana. Naga putih yang memiliki sisik berwarna keperakan juga rambut putih perak di belakang kedua telinganya."Apakah yang telah kulihat tadi pagi adalah Dewa Naga Penguasa Laut yang selama ini mendiami Laut Xishi seperti yang tertulis di dalam legenda? Lalu apa hubunganku dengannya? Mengapa hatiku... Hatiku terasa sangat sakit ketika melihatnya?" gumam Yu Jie sembari meremas pakaiannya di bagian dada dengan perasaan gundah.Setelah Raja Iblis dikirim kembali ke Sungai Akhirat-- Feng Huang pun menjentikkan jarinya untuk mengembalikan Kaisar Gao yang sedang terluka ke kapal yang ditumpangi oleh Shu Haocun dan keempat Tetua Sekte. Ia dan Jinlong tidak menghampiri para Kultivator di kapal itu, melainkan hanya melambaikan tangan saja dari atap Istana Jinlong. Di saat yang sama, Hong Hu juga berpamitan pada Feng Huang dan Jinlong untuk kembali ke rakyatnya yang masih berada di hutan perbatasan. Sepeninggal Hong Hu, Feng Huang dan Jinlong memutuskan untuk kembali ke Alam Langit demi menemui para Dewa dan Dewi yang selama lebih dari 500 tahun telah dibiarkan hidup tanpa Pemimpin mereka. ***Keesokan harinya, keadaan di Benua Zhejiang kembali seperti sedia kala. Di Istana Taiyang, dua Tabib Istana sibuk bolak-balik ke ruangan kerja Kaisar Gao untuk mengobati Kaisar mereka itu. "Bagaimana keadaan Yang Mulia?" tanya Gong Fai pada seorang Tabib yang baru keluar dari kamar pribadi Kaisar Gao.Tabib itu mengernyit
Tanpa Feng Huang duga, Jinlong yang sejak tadi telah mencoba untuk tidak tertawa keras-- Kini justru terbahak di sampingnya. Melihat tingkah Suaminya itu, ia pun menghela nafas gusar. "Huftt!" ia mengerucutkan bibirnya lalu melemparkan pandangannya pada Raja Iblis yang saat ini telah berdiri tegak di atas rerumputan sambil menatap ke arahnya.Sejak Feng Huang menampakkan wujudnya, semua yang berada di balik kabut tebal sudah mengetahui di mana ia berada, termasuk Raja Iblis."Sekarang kamu sudah muncul? Bagus, jadi terimalah pembalasanku!!" teriak Raja Iblis yang langsung menyerang Feng Huang dengan senjata andalannya, yaitu pemusnah raga Dewa.Feng Huang menghindari serangan tersebut hanya dengan memiringkan tubuhnya dan menyandarkan punggungnya pada Jinlong, membuat serangan Raja Iblis itu tidak berhasil menyentuhnya dan justru melewatinya begitu saja."Apakah dia pikir ini adalah pertempuran 515 tahun yang lalu?" dengusnya.Jinlong hanya tersenyum smirk mendengar ocehan Istrinya i
"Bukankah itu maksud kedatanganku ke sini?" "Jika kamu bertemu dengannya, apakah kamu akan melakukan pertarungan dengan jujur kali ini?!" tukas Jinlong sambil menatap Raja Iblis dengan sebelah alis terangkat naik. "Selain itu, aku juga masih ingat bahwa di pertempuran kita yang terakhir kali di Alam Langit-- Saat itu kamu telah melukai Permaisuriku secara diam-diam." Lanjutnya lagi, di saat yang sama salah satu sudut bibirnya terangkat naik membentuk senyum sinis. Senyum Raja Naga itu yang seolah merendahkan kemampuannya, tentu saja membuat Raja Iblis menjadi geram. Ia bahkan berjanji di dalam hatinya akan membuat Raja Naga menyesali apa yang telah dilakukannya dengan cara membunuh Feng Huang di hadapan Raja Naga."Mengapa tidak perintahkan saja Istrimu untuk menampakkan wujudnya?!" cetus Raja Iblis lantang dengan kedua tangan yang terkepal dan rahang yang mengeras.Sesaat kemudian, suara pekikan pheonik memenuhi semua area di balik kabut tebal. Bersamaan dengan itu, seekor pheonik
Di dalam Istana Jinlong, saat ini Jenderal Shui sedang menahan lengan Jenderal Xiao yang sedang terbakar amarah agar tidak mengejar Raja Iblis. Dan sekeras apapun Jenderal Xiao memberontak, ia hanya terus menatap Sahabatnya itu. "Lepaskan, Jenderal Shui!!" teriak Jenderal Xiao garang sambil menyentakkan lengannya yang sedang dipegang oleh Jenderal Shui. Namun Jenderal Shui semakin mengeratkan genggamannya pada lengan Jenderal Xiao hingga ia mendapatkan pelototan dari Jenderal Xiao. Beberapa saat yang lalu, sebelum mengejar Jenderal Xiao ke dalam Istana-- Jenderal Shui dan Hong Hu bekerja sama terlebih dahulu untuk menjatuhkan ketiga bawahan Raja Iblis. Sebab saat itu, Raja Naga sedang menghukum Jenderal Tiong dengan mengurung sebagian tubuh sebelah bawah Jenderalnya itu di dalam bongkahan batu es. Bahkan kedua kepalan tangan Jenderal Tiong ikut dibuat membeku.Setelah membuat ketiga bawahan Raja Iblis tak lagi berkutik, ia lalu menitipkan mereka pada Hong Hu untuk mengejar Jenderal
"Rajaku, hanya 3 Iblis yang masih bertahan sejauh ini. Dan dengan sisa kekuatan ini hamba pikir kita tidak akan bisa menghadapi Raja Naga juga kedua Jenderalnya. Jadi... Bagaimana jika kita..."Raja Iblis tidak menanggapi ucapan dari salah seorang bawahannya itu, ia justru melirik ke arah Istana Jinlong. Kebetulan kini ia telah berada sangat dekat dengan Istana tersebut, jika ia bisa secepat mungkin berkelebat ke dalam Istana untuk menemukan Feng Huang lalu membunuhnya-- Maka pengorbanan beberapa bawahannya kali ini tidak akan sia-sia.Hanya masalahnya, di bagian mana Istana wanita itu berada sekarang?Ketika pertanyaan ini berkelebat di dalam benaknya, Raja Iblis pun mendengus gusar.'Apakah aku benar-benar tidak bisa menemukan wanita itu?' ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah pembatas api dan air. Ada beberapa retakan tampak di bagian atas pembatas, melihat hal itu ia tersenyum licik.Namun, tanpa Raja Iblis duga-- Dari Langit tiba-tiba dua buah cincin emas melesat cepat ke arahn
Pertarungan di pulau terjadi dengan sengit, serangan demi serangan bahkan beberapa kali mengenai dinding pembatas api dan air. Saat itu terjadi, semua Kultivator yang berada di luar pembatas menahan nafas menyaksikan pertempuran antar Raja Naga dan Raja Iblis. Dan, di tengah-tengah kecemasannya akan nasib Benua Zhejiang, Kaisar Gao pun berpikir. Ia tidak bisa hanya diam saja mempertahankan pembatas sedangkan nasib semua penduduk di Benua Zhejiang dan sekitarnya sedang berada di ujung tanduk. "Te-Tetua Shu!" panggilnya pada Shu Haocun. Shu Haocun sontak berpaling setelah ia mendengar panggilan itu, netra tuanya nanar menatap Kaisar Gao. Mencoba mencari tahu apa yang ingin Kaisar Gao bicarakan padanya. "Ada apa, Yang Mulia?" tanyanya dengan kening berkernyit. "Bisakah Tetua Shu menjelaskan padaku, di mana aku bisa menemukan Permaisuri Raja Naga?" tanya Kaisar Gao. Shu Haocun berpikir sejenak, kemudian ia berpaling ke arah Biksu Changyi. Setelah saling bertukar isyarat... Shu Haocun