Share

Es Yang Perlahan Meleleh

Penulis: Er_zhi.zhii
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-14 19:40:58

Setelah kejadian itu, Erland membawa Emma kembali ke kamar. Dia membantunya mengompres bekas tamparan yang masih memerah. Dia menatap Emma yang tertunduk sehabis menangis, kerutan di dahinya tak kunjung hilang, rasa kesalnya juga semakin besar kala melihat Nathan yang berjalan dengan santai melewati kamar Emma.

‘Nathan! Menjaga satu gadis lemah saja tidak bisa.’ Batinnya sembari terus menekan kain berisi es yang menempel di pipi Emma.

“Em … sakit." Gumamnya kala tangan Erland menekan pipinya terlalu keras.

Emma mendongak, dia menetap Erland yang melamun menatap pintu keluar. Kemudian pandangannya beralih pada wajah Erland, matanya melotot kala melihat pipi kiri pria di hadapannya juga merah seperti miliknya. Tangannya terulur membelai lembut pipi merah Erland. 

“Apa yang kamu lakukan?”

Emma tersentak dan segera menarik kembali tangannya setelah melihat Erland yang menoleh padanya. Dia tertunduk sejenak menyembunyikan pipinya yang memerah karena malu. Kemudian dia memberanikan diri untuk menatap Erland, dia menunjuk pipi Erland sembari berkata, “Apa Iblis Tua itu memukul ?” 

‘Kamu?!’ Batin Erland dengan penuh kesal, dia ingin sekali marah saat gadis di depannya menyebutnya seperti itu. Sayangnya dia tidak bisa membongkar penyamarannya. Kemudian dia mengangguk dan berkata dengan datar, “Em.” Dia terpaksa berbohong agar tidak dicurigai.

‘Ini karena kamu yang keluar sembarangan gadis bodoh!’ Batin Erland.

Emma langsung merampas kain berisi es tersebut dan menempelkannya ke pipi Erland, dengan tatapan sedih bercampur khawatir dia berkata, “Tidak apa, ini akan membaik.” Dia tersenyum sembari menatap Erland.

Erland yang menerima tindakan itu merasa sangat terkejut, tubuhnya mematung dengan netranya yang terus menatap Emma. Dia merasa jantungnya berdegup kencang, rasa panas menjulur keseluruh tubuhnya, wajahnya juga memerah kala melihat senyum cantik Emma yang terukir. Ini pertama kalinya dia merasakannya.

‘Perasaan aneh apa ini?’

‘Tidak! Kenapa aku jadi ingin memeluknya.’

‘Tidak-tidak, jangan Erland!’

Kemudian Erland memegang tangan kanan Emma dan menariknya dalam dekapannya. Dia memeluk Emma dengan sangat erat, kini perasaannya menjadi sangat tenang dan tidak merasa kesal seperti sebelumnya. Tindakannya bertolak belakang dengan pikirannya, sungguh tidak sinkron. ‘Apa yang kamu lakukan Erland.’ Batinnya menangis menyalahkan dirinya sendiri.

Sementara Emma yang tiba-tiba dipeluk merasa sangat terkejut namun, perlahan dia mulai menikmati pelukan hangat dari Erland. Dia tersenyum dan kedua tangannya melingkar ke pinggang Erland, membalas pelukan tersebut. 

Setelah itu terjadi mereka duduk dengan jarak yang lumayan jauh seolah sedang menjaga jarak, suasana di dalam kamar berubah canggung. Ruangan menjadi sunyi, tidak ada yang mau membuka pembicaraan. 

Erland melirik Emma yang duduk di tepi tempat tidur, dia mengerutkan keningnya berusaha mencari topik pembicaraan. Dia merasa frustasi karena sebelumnya dia tidak pernah dalam keadaan seperti ini. ‘Apa aku harus meminta maaf?’ Batinnya mulai bimbang harus bagaimana berperilaku.

‘Tunggu, kenapa aku harus melakukannya? Bukannya bagus seperti ini, aku tidak perlu mendengarkan ocehannya.’ Batin Erland yang mulai sadar dengan kelakukan anehnya itu. Dia kembali melirik gadis itu namun, dia tidak tahan terus melihat wajah Emma yang sedang tersipu.

Dia bangkit dan berkata, “Aku ada urusan sebentar.,” Erland melangkah kelua meninggalkan Emma di kamar sendirian. 

Emma yang melihat itu langsung menghela nafas, dari tadi ternyata dia menahan nafasnya. Dia memegang dadanya, masih terasa jantungnya berdegup kencang. Dia bangkit dan menuang secangkir teh untuk menenangkan perasaannya. 

Dok dok dok

Terlihat ada Joana yang berdiri di depan pintu dengan wajah tersenyum seolah sedang menyapanya. Emma lantas mempersilahkan Joana untuk masuk, dan menuangkan secangkir teh. Emma dengan ragu membuka percakapan, “Ada apa?”

“Em … aku minta maaf.”

Emma merasa sangat terkejut begitu melihat sifat Joana yang berbeda 180 derajat dari sebelumnya. Kemudian dia tersenyum dan mengangguk sembari berkata, “Iya tidak apa.”

Kemudian mereka berbincang seolah tidak ada yang terjadi, mereka terlihat sangat akrab. Tertawa dan berbincang hal-hal yang mereka sukai. Kemudian Joana berkata, “Emma kamu suka bunga dan makanan kan?” Pertanyaannya dibalas dengan senyuman dan anggukan antusias dari Emma.

“Aku tahu tempat dimana banyak sekali bunga dan pohon-pohon Buah Peri tumbuh.” Ucap Joana sembari tersenyum menatap Emma.

“Apa itu Buah Peri?”

“Buah Peri adalah sejenis buah-buahan yang berasal dari kampung halaman Erland. Buah itu sangat manis, apa kamu mau coba?” 

Emma mengangguk dengan antusias dan tanpa pikir panjang langsung mengiyakan ajakan Joana. Dia menerima uluran tangan Emma, mereka berlari menyusuri lorong. Tepat berada di ujung lorong tiba-tiba, Joana berhenti dan berkata, “Tutup matamu.” Emma menurutinya tanpa kecurigaan, lalu Joana mengelus kedua mata Emma.

“Buka matamu, kita sudah sampai.” 

“Wah … indahnya.” Ucap Emma dengan perasaan bahagia. Disana dia sangat menikmati pemandangan dan suasana yang sangat menyejukkan. Dia merasa seperti di dunia dongeng yang sering dia dengar, dia seolah menjadi seorang putri di dunia dongeng.

“Emma barangku ketinggalan, aku ambil dulu ya. Kamu tunggu sini.”

Setelah mendapat persetujuan Emma, Joana lantas kembali ke Kastil tempatnya sebelumnya. Dia berjalan dengan perasaan senang dilengkapi dengan senyum jahat yang terukir. ‘Gadis bodoh!’ Gumamnya.

“Bisa-bisanya dia bisa percaya begitu saja dengan orang yang baru dia kenal.” Tambahnya sembari berjalan menuju kamarnya.

Disisi lain Erland yang berjalan menuju kamar Emma seusai menenangkan pikirannya, merasakan sesuatu ditangan kanannya. Dia melihat tangannya dan terdapat luka cakar yang mengeluarkan darah segar. 

‘Emma!’

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Membawa Kembali Joana

    "Jika kamu sudah tahu maka capet serahkan wanita itu padaku."Dengan lirikan mautnya, Erland membuat Charlie yang berdiri jauh dibelakangnya bergidik ngeri. "Apa kamu hanya akan menatapku saja?" Tanya Erland dengan suara dingin sembari terus melirik Charlie."I-ikuti saya."Erland melangkah mengikuti Charlie masuk ke sebuah Kastil yang baru pertama kali dia datangi. Kedatangan mendadak Erland membuat Penguasa Kastil, ayah Charlie tidak bisa menyiapkan apapun untuk menyambut dirinya."Maafkan kami Tuan Tamsos Karalius, kami tidak menyambut kedatangan anda.""Sudahlah, aku juga tidak butuh penyambutan apapun." Mendengar jawaban Erland membuat Sang Penguasa Kastil Bulan merasa tersinggung, karena ucapan Erland seolah telah merusak harga dirinya. Dalam hatinya, dia ingin sekali menghajar Erland namun, dia sadar bahwa orang yang datang ke Kastilnya bukanlah lawannya."Baiklah, silahkan anda duduk dan .... ""Aku kesini bukan untuk menikmati pelayananmu."Ucapan Erland yang tiba-tiba memot

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Keberadaan Joana

    "Apa yang dia katakan?"Erland berdiri di samping tubuh dingin Emma yang terbaring di ruangan dingin. Dia bertanya sambil memunggungi Nathan sekaligus menatap Emma yang tertidur secara bersamaan. Suaranya terdengar sedikit serak karena terus menangisi kepergian Emma beberapa hari ini."Dia tidak mau mengatakan apapun."Mendengar jawaban dari Nathan membuatnya naik darah, dia mengepal kedua tinjunya sembari menegangkan rahangnya. Kesabarannya sudah dikalahkan oleh amarah kekesalan yang dia tahan beberapa hari selama proses introgasi."Aku akan membuatnya membuka mulut." Ucapnya penuh penekanan.Setelah itu, Erland beranjak dari tempatnya dan melangkahkan kakinya di sepanjang lorong menuju tempat Felix dikurung. Langkahnya yang besar serta mantap terlihat mengerikan, amarah dihatinya sudah tak tertahankan. DUAKKKErland menendang pintu dengan tidak sabar, dia maju lima langkah lalu, tangannya dengan cepat meraih leher Felix. Ibu jarinya menekan titik vital yang dapat membunuh Felix, "K

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Seharusnya Tak Terdengar Menyedihkan

    "Tidak Emma, jangan tersenyum seperti itu."Kini Erland sudah sepenuhya berwujud manusia, tangannya bergetar hebat kala menyentuh pipi Emma yang sudah terdapat noda merah. Hatinya hancur berkeping-keping melihat senyuman terakhir yang Emma berikan untuknya. "EMMA!!!" Teriakan Erland terdengar sangat menyayat hati orang-orang yang menyaksikan kematian Emma. Erland terus mengguncang tubuh yang sudah tidak lagi bernyawa itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama tangisnya pecah karena kehilangan seseorang.Erland terus berteriak memanggil-manggil nama gadis yang berada dalam dekapannya itu. "Emma kenapa kamu meninggalkanku, bukankah kamu berjanji tidak akan pergi lagi." Ucap Erland mengingatkan Emma atas janji yang pernah gadis itu ucapkan sebelumnya."Erland relakan dia." Ucap Angela sembari berusaha menenangkan Erland."Angela biarkan saja dia." Ucap Nathan lirih sembari menggeleng pelan.Bak orang gila, Erland terus berbicara ini itu dengan tubuh yang tidak bernyawa itu. Dia jug

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Aku Mencintamu, Selamat Tinggal

    "Jangan sentuh dia!" Dengan cepat Erland meluncurkan serangan menggunakan sihirnya kala mendengar teriakan Emma menggema di telinganya. Seketika para bawahan Felix meledak bersamaan dengan sihir yang Erland luncurkan. Karena menyelamatkan Emma, membuatnya sedikit lengah. "Kerja bagus Emma, berteriaklah sebanyak mungkin." Seringai Felix sembari pandangannya tak lepas dari Erland. Kelengahan Erland dimanfaatkan oleh Felix dengan sangat baik, dia dengan cepat mengayunkan pedangnya dan berhasil melukai lengan kanan Erland. Erland menoleh kala merasakan lengan kanannya bergesekan dengan benda tajam. Dia menatap datar darah yang mengalir keluar dari lukanya seolah tidak merasakan sakit sama sekali. Kemudian dia mengalihkan padangannya, menatap tajam Felix yang sedang tersenyum sombong padanya. "Hanya luka ini bukan berarti kamu bisa lolos dariku." Ucapan Erland terdengar dingin dan menakutkan, nada bicaranya mampu membuat siapapun yang mendengarnya bergidik ngeri. Sesaat kemudian mata

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Supermoon

    "Wow! Selamat atas pernikahanmu Erland." Erland mengepal tinjunya sembari menatap Felix dengan sorot mata yang tajam menusuk. Dia sangat kesal karena hari bahagianya diganggu oleh beberapa penganggu yang datang tanpa undangan. "Untuk apa kamu kemari?" Tanya Erland sembari menahan kekesalannya. "Tentu saja aku kemari untuk merayakan pernikahan kalian ... dengan darah," Ucap Felix penuh penekanan sembari menoleh kepada Erland menampilkan seringaiannya yang terlihat menyebalkan. Setelah itu, dia langsung melesat mengayunkan pedangnya ke arah Erland. Dengan sigap Erland langsung menggunakan sihirnya untuk melindungi dirinya, mengingat tangan kanannya sudah tidak mampu lagi memegang pedang. "Kali ini aku tidak akan membiarkanmu kembali hidp-hidup!" Ucap Erland penuh penekanan sembari menampilkan sorot matanya yang mulai berubah memerah. "Kamu salah, akulah yang akan membuatmu tak bisa bangkit dan mengambil pengantin cantik yang berdiri disana." Ucap Felix sembari menyeringai menatap Emm

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Hari Yang Membahagiakan

    'Apakah aku sedang bermimpi?' Mata Emma membulat sempurna kala melihat sebuah Cicin dengan Berlian merah darah yang berkilau. Dia menutup mulutnya yang ternganga dengan kedua tangannya, jantungnya berdetak keras, darahnya berdesir terasa panas. Matanya berkaca-kaca melihat senyum Erland yang menunggu jawaban darinya. Tatapan Erland yang begitu teduh dan dalam membuatnya tak bisa berkata apapun. Tangan Emma menggenggam satu sama lain di depan dada lalu, dia mengangguk antusias sembari menampilkan senyum bahagiannya. Tangannya dengan lembut diraih oleh Erland, sesaat kemudian dia merasakan dingginnya Cincin tersebut menyentuh jari manisnya. Air mata kebahagiannya kini tak bisa lagi dia bendung. Dia mengangkat tangannya menatap indah jarinya yang dihiasi Cincin Berlian merah. "Dia sangat cocok denganmu." Dia mengalihkan pandangannya menatap Erland yang sedang tersenyum kepadanya. Dengan penuh kebahagiaan dia menghamburkan dirinya ke dekapan hangat Erland. Dia akhirnya merasakan hal y

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Menikahlah Denganku

    "Apa yang terjadi dengan bibirmu? Siapa yang melakukannya?" Sorot mata Erland begitu khawatir melihat bibir Emma yang sedikit terluka. Ibu jarinya dengan lembut mengusap luka tersebut. Tanpa dia sadari wajahnya semakin dekat dengan wajah Emma, sesaat kemudian tatapannya bertemu dengan tatapan Emma.Tatatpan yang begitu intens serta sentuhan lembut pada bibirnya membuat jantung Emma berdegup kencang. Dia merasakan darahnya berdesir, rasa panas tiba-tiba menjalar di dalam tubuhnya, dia menelan ludahnya kala tatapan mereka saling bertemu."Kamu yang melakukannya."Suara Nathan yang tiba-tiba menyahut membuat mereka berdua tersentak dan segera menghentikan apa yang mereka lakukan. Emma sontak bergeser agak jauh dari tempat duduknya semula lalu, menunduk menyembunyikan wajah merahnya dari Nathan."Apa kamu sudah melupakan apa yang aku ajarkan?" Ucap Erland seolah sedang memarahi anak kecil."Tidak, tadi aku sudah mengetuk pintunya tapi, tidak ada satupun yang menggubrisnya." Balas Nathan

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Kisah Lampau

    90 tahun yang lalu ...."Erland aku tidak percaya itu perbuatanmu, katakan saja yang sejujurnya." Felix menghunus pedang tajamnya ke arah Erland yang berdiri di hadapannya, dia menatap Erland dengan mata merah menunggu jawaban keluar dari mulut temannya itu. "Katakan atau aku tidak akan segan untuk melukaimu." Ancam Felix.Saat itu usia mereka masih 21 tahun sehingga, mereka cenderung mudah tersulut emosi dan termakan oleh rumor yang menyebar. Rumor yang mengatakan Erland yang melukai kedua orang tua Felix menyebar dalam semalam, membuat Felix frustasi."Itu aku." Singkat Erland mengakui bahwa rumor yang beredar memang benar."Jika itu hanya ibuku aku masih bisa percaya tapi, kedua orang tuaku terluka dan penyebabnya seorang yangbelum berpengalaman dan baru saja lulus dari Academy Sihir? Erland tidak perlu mengarang da ungkapkan siapa pelakunya!" "Kamu bisa tanya pada Kepala Academy, dialah yang melihatku berada di lokasi." Balas Erland tanpa ekspresi."Bohong! Tidak mungkin seorang

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Manusia Kelelawar

    "Erland lihatlah! Langitnya sangat indah." Mata Emma nampak berbinar menatap langit malam bertabur bintang, senyum damainya terukir jelas saat menunjuk ke arah langit. 'Aku berharap waktu bisa berhenti.' Batin Emma sembari menyandarkan dirinya ke tubuh Erland. Kepalanya mendongak menatap Erland yang sedang menikmati langit indah bersamanya. 'Aku ingin selalu seperti ini.' Batinnya sembari merasakan jantungnya perlahan namun pasti berdegup dengan kencang. Untuk sesaat pandangannya seolah terkunci oleh ketampanan pria itu lalu, tanpa paksaan dia memeluk Erland sembari menenggelamkan wajahnya menghirup aroma wangi tubuh Erland. "Ada apa?" Tanya Erland lembut sembari menunduk menatap Emma yang tiba-tiba memeluknya. Tetap dalam posisinya dia menggeleng lalu berkata, "Hanya sedikit dingin." Emma sedikit berbohong menutupi rasa bahagianya serta menyembunyikan wajah merahnya setelah, sebelumnya menyadari Erland begitu tampan dari sisi manapun. "Emma bisa bantu panggilkan Nathan untukku?"

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status