Share

Hutan Buah Peri

Penulis: Er_zhi.zhii
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-29 15:08:53

Erland berlarian menyusuri lorong Kastil, dengan panik dia memeriksa seluruh ruangan. Sayangnya, gadis yang dicari tidak ada dimanapun. Dia terpaksa menghubungi Nathan lewat telepati untuk membantunya menemukan keberadaan Emma.

Cukup lama dia mencari diseluruh Kastil hingga dia bertemu dengan Nathan, "Bagaimana?" Tanya Erland dengan nafas terengah-engah. Dia semakin khawatir saat Nathan menggelengkan kepalanya, dia juga sudah mengerahkan seluruh bawahannya tapi, tidak ada satupun yang melihatnya.

'Joana.'

Erland teringat bahwa dia satu-satunya orang yang tidak menerima kehadiran Emma. Erland lantas berlari ke kamar Joana, sesampainya disana, tanpa permisi dia membuka kamar Joana dengan keras. "Joana dimana dia?"

"Dia? Dia siapa? Siapa yang kamu cari?"

"Joana jangan berpura-pura!" Bentak Erland sembari menarik tangan Joana dengan kasar. Dia menatap Joana dengan sorot mata tajam seolah siap menyergap mangsanya.

"Aku tidak tahu siapa yang kamu maksud!" Ucap Joana menaikkan intonasinya.

"Jika dia sampai kenapa-napa aku tak akan memaafkan mu!" Ucap Erland sembari melepas genggamannya, dia berbalik dengan tergesa-gesa.

"Apa dia lebih penting bagimu?!" Teriak Joana.

Erland berhenti diambang pintu, dia menoleh menatap Joana dengan tajam sembari berkata dengan penuh penekanan, "Nyawanya lebih penting dari apapun!" Kemudian Erland berlari dan terus mencari keberadaan Emma.

Sementara Joana yang mendapat perlakuan seperti itu merasa sakit hati, dia mengepalkan tinjunya menahan rasa sakit melihat orang dia cintai mementingkan gadis lain. Air matanya menetes membasahi pipi mulusnya. Rasa benci didadanya semakin membesar.

'Erland aku tidak akan membiarkan mu mendapatkannya!'

*Hutan Pohon Buah Peri*

Emma berlari dari kejaran hewan buas yang telah melukai tangan kanannya. Nafasnya menderu, jantungnya berdebar sangat cepat, dia juga sudah sangat putus asa saat melarikan diri. Karena darah dari lukanya membuatnya selalu ditemukan saat dia bersembunyi.

Hewan yang mengejarnya adalah seekor Serigala besar yang memiliki kemampuan mengendus yang sangat hebat, hal itu membuatnya kesuliatan bersembunyi. Dia sudah tidak mampu untuk berlari lagi, dia terjatuh, kakinya terasa lemas kala melihat Sewan tersebut sudah berada dihadapannya.

'Aku tidak ingin mati.' Batin Emma sembari menangis karena merasa ketakutan.

Dia melihat Serigala di depannya sudah mengeluarkan cakar tajamnya dan siap mencabik-cabiknya. Dalam keputusasaan dia hanya bisa memejamkan matanya, tidak ingin melihat apa yang akan terjadi.

"Erland!"

Erland datang tepat waktu, dengan pedangnya dia memotong kaki serigala tersebut. Dia berdiri di hadapan Emma dengan gagah berani bak seorang pahlawan, dia bertarung melawan hewan pemakan darah tersebut. Untungnya, Erland bisa mengalahkan serigala tersebut.

"Kamu baik-baik sajakan?"

Emma sedikit tersentak saat tangan Erland menyentuh bahunya. Dia membuka matanya, terlihat Erland dengan wajah terciprat darah menatapnya. "Erland kamu lama sekali," Ucap Emma sembari menatap Erland dengan mata berkaca-kaca.

Tanpa meminta ijin Emma langsung menenggelamkan wajahnya kedalam dada Erland dan memeluknya erat. Isakan demi isakan tangis samar-samar mulai terdengar, dia menangis dan membasahi baju yang Erland kenakan.

"Tidak apa aku sudah disini." Ucap Erland dengan lembut sembari membalas pelukan Emma. Dia membelai surai hitam gadis yang dia peluk untuk menenangkan gadis tersebut. "Kenapa kamu bisa sampai kesini?" Tanya Erland yang masih mengusap kepala Emma.

Emma hanya menggeleng sebagai jawaban, sepertinya dia masih terkejut juga ketakutan dengan kejadian barusan.

Kresek Kresek ....

Erland menoleh dengan tegas, matanya menyipit mengawasi sekitar. Dengan kemampuannya melihat dalam gelap dia bisa mengetahui ada hewan buas lainnya yang mendekat karena bau darah Emma. Dia menggendong Emma dan mengeluarkan sayap berbentuk sayap kelelawar berwarna hitam.

Dia terbang ke sebuah goa untuk bersembunyi sementara. Sesampainya disana, dia merebahkan Emma yang sudah tertidur karena kelelahan. Dia merasakan suhu panas yang menjalar di tubuhnya, sontak membuatnya mengerutkan keningnya.

"Panas apa ini? Tidak nyaman sekali." Ucap Erland.

Saat dia akan bangkit mencari air untuk Emma tiba-tiba, tangannya ditarik oleh Emma. Dia melihat Emma yang sedang meringkuk sembari memegang tangannya dengan erat.

'Ayah, dingin, Emma kedinginan.'

Melihat Emma yang mengigau membuat Erland seakan merasa simpati, meski kutukan mereka tidak membuatnya merasakan perasaan Emma tapi dia bisa melihat bahwa Emma sedang ketakutan dan merasa kesepian.

Erland mulai mengerti bahwa Emma sedang demam akibat luka yang dia terima. Erland duduk di dekat Emma mengurungkan niatnya mencari air, dia duduk diam melihat wajah Emma yang sedang tidur.

'Erland, dingin sekali.'

Erland sangat terkejut bahwa namanya juga ikut disebutkan Emma saat mengigau. Hal itu sontak membuatnya merasakan sebuah perasaan yang selama ini tidak pernah dia rasakan, dia juga hanya bisa terdiam karena tidak bisa mendeskripsikan perasaan tersebut.

'Apa yang harus aku lakukan?'

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Membawa Kembali Joana

    "Jika kamu sudah tahu maka capet serahkan wanita itu padaku."Dengan lirikan mautnya, Erland membuat Charlie yang berdiri jauh dibelakangnya bergidik ngeri. "Apa kamu hanya akan menatapku saja?" Tanya Erland dengan suara dingin sembari terus melirik Charlie."I-ikuti saya."Erland melangkah mengikuti Charlie masuk ke sebuah Kastil yang baru pertama kali dia datangi. Kedatangan mendadak Erland membuat Penguasa Kastil, ayah Charlie tidak bisa menyiapkan apapun untuk menyambut dirinya."Maafkan kami Tuan Tamsos Karalius, kami tidak menyambut kedatangan anda.""Sudahlah, aku juga tidak butuh penyambutan apapun." Mendengar jawaban Erland membuat Sang Penguasa Kastil Bulan merasa tersinggung, karena ucapan Erland seolah telah merusak harga dirinya. Dalam hatinya, dia ingin sekali menghajar Erland namun, dia sadar bahwa orang yang datang ke Kastilnya bukanlah lawannya."Baiklah, silahkan anda duduk dan .... ""Aku kesini bukan untuk menikmati pelayananmu."Ucapan Erland yang tiba-tiba memot

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Keberadaan Joana

    "Apa yang dia katakan?"Erland berdiri di samping tubuh dingin Emma yang terbaring di ruangan dingin. Dia bertanya sambil memunggungi Nathan sekaligus menatap Emma yang tertidur secara bersamaan. Suaranya terdengar sedikit serak karena terus menangisi kepergian Emma beberapa hari ini."Dia tidak mau mengatakan apapun."Mendengar jawaban dari Nathan membuatnya naik darah, dia mengepal kedua tinjunya sembari menegangkan rahangnya. Kesabarannya sudah dikalahkan oleh amarah kekesalan yang dia tahan beberapa hari selama proses introgasi."Aku akan membuatnya membuka mulut." Ucapnya penuh penekanan.Setelah itu, Erland beranjak dari tempatnya dan melangkahkan kakinya di sepanjang lorong menuju tempat Felix dikurung. Langkahnya yang besar serta mantap terlihat mengerikan, amarah dihatinya sudah tak tertahankan. DUAKKKErland menendang pintu dengan tidak sabar, dia maju lima langkah lalu, tangannya dengan cepat meraih leher Felix. Ibu jarinya menekan titik vital yang dapat membunuh Felix, "K

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Seharusnya Tak Terdengar Menyedihkan

    "Tidak Emma, jangan tersenyum seperti itu."Kini Erland sudah sepenuhya berwujud manusia, tangannya bergetar hebat kala menyentuh pipi Emma yang sudah terdapat noda merah. Hatinya hancur berkeping-keping melihat senyuman terakhir yang Emma berikan untuknya. "EMMA!!!" Teriakan Erland terdengar sangat menyayat hati orang-orang yang menyaksikan kematian Emma. Erland terus mengguncang tubuh yang sudah tidak lagi bernyawa itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama tangisnya pecah karena kehilangan seseorang.Erland terus berteriak memanggil-manggil nama gadis yang berada dalam dekapannya itu. "Emma kenapa kamu meninggalkanku, bukankah kamu berjanji tidak akan pergi lagi." Ucap Erland mengingatkan Emma atas janji yang pernah gadis itu ucapkan sebelumnya."Erland relakan dia." Ucap Angela sembari berusaha menenangkan Erland."Angela biarkan saja dia." Ucap Nathan lirih sembari menggeleng pelan.Bak orang gila, Erland terus berbicara ini itu dengan tubuh yang tidak bernyawa itu. Dia jug

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Aku Mencintamu, Selamat Tinggal

    "Jangan sentuh dia!" Dengan cepat Erland meluncurkan serangan menggunakan sihirnya kala mendengar teriakan Emma menggema di telinganya. Seketika para bawahan Felix meledak bersamaan dengan sihir yang Erland luncurkan. Karena menyelamatkan Emma, membuatnya sedikit lengah. "Kerja bagus Emma, berteriaklah sebanyak mungkin." Seringai Felix sembari pandangannya tak lepas dari Erland. Kelengahan Erland dimanfaatkan oleh Felix dengan sangat baik, dia dengan cepat mengayunkan pedangnya dan berhasil melukai lengan kanan Erland. Erland menoleh kala merasakan lengan kanannya bergesekan dengan benda tajam. Dia menatap datar darah yang mengalir keluar dari lukanya seolah tidak merasakan sakit sama sekali. Kemudian dia mengalihkan padangannya, menatap tajam Felix yang sedang tersenyum sombong padanya. "Hanya luka ini bukan berarti kamu bisa lolos dariku." Ucapan Erland terdengar dingin dan menakutkan, nada bicaranya mampu membuat siapapun yang mendengarnya bergidik ngeri. Sesaat kemudian mata

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Supermoon

    "Wow! Selamat atas pernikahanmu Erland." Erland mengepal tinjunya sembari menatap Felix dengan sorot mata yang tajam menusuk. Dia sangat kesal karena hari bahagianya diganggu oleh beberapa penganggu yang datang tanpa undangan. "Untuk apa kamu kemari?" Tanya Erland sembari menahan kekesalannya. "Tentu saja aku kemari untuk merayakan pernikahan kalian ... dengan darah," Ucap Felix penuh penekanan sembari menoleh kepada Erland menampilkan seringaiannya yang terlihat menyebalkan. Setelah itu, dia langsung melesat mengayunkan pedangnya ke arah Erland. Dengan sigap Erland langsung menggunakan sihirnya untuk melindungi dirinya, mengingat tangan kanannya sudah tidak mampu lagi memegang pedang. "Kali ini aku tidak akan membiarkanmu kembali hidp-hidup!" Ucap Erland penuh penekanan sembari menampilkan sorot matanya yang mulai berubah memerah. "Kamu salah, akulah yang akan membuatmu tak bisa bangkit dan mengambil pengantin cantik yang berdiri disana." Ucap Felix sembari menyeringai menatap Emm

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Hari Yang Membahagiakan

    'Apakah aku sedang bermimpi?' Mata Emma membulat sempurna kala melihat sebuah Cicin dengan Berlian merah darah yang berkilau. Dia menutup mulutnya yang ternganga dengan kedua tangannya, jantungnya berdetak keras, darahnya berdesir terasa panas. Matanya berkaca-kaca melihat senyum Erland yang menunggu jawaban darinya. Tatapan Erland yang begitu teduh dan dalam membuatnya tak bisa berkata apapun. Tangan Emma menggenggam satu sama lain di depan dada lalu, dia mengangguk antusias sembari menampilkan senyum bahagiannya. Tangannya dengan lembut diraih oleh Erland, sesaat kemudian dia merasakan dingginnya Cincin tersebut menyentuh jari manisnya. Air mata kebahagiannya kini tak bisa lagi dia bendung. Dia mengangkat tangannya menatap indah jarinya yang dihiasi Cincin Berlian merah. "Dia sangat cocok denganmu." Dia mengalihkan pandangannya menatap Erland yang sedang tersenyum kepadanya. Dengan penuh kebahagiaan dia menghamburkan dirinya ke dekapan hangat Erland. Dia akhirnya merasakan hal y

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Menikahlah Denganku

    "Apa yang terjadi dengan bibirmu? Siapa yang melakukannya?" Sorot mata Erland begitu khawatir melihat bibir Emma yang sedikit terluka. Ibu jarinya dengan lembut mengusap luka tersebut. Tanpa dia sadari wajahnya semakin dekat dengan wajah Emma, sesaat kemudian tatapannya bertemu dengan tatapan Emma.Tatatpan yang begitu intens serta sentuhan lembut pada bibirnya membuat jantung Emma berdegup kencang. Dia merasakan darahnya berdesir, rasa panas tiba-tiba menjalar di dalam tubuhnya, dia menelan ludahnya kala tatapan mereka saling bertemu."Kamu yang melakukannya."Suara Nathan yang tiba-tiba menyahut membuat mereka berdua tersentak dan segera menghentikan apa yang mereka lakukan. Emma sontak bergeser agak jauh dari tempat duduknya semula lalu, menunduk menyembunyikan wajah merahnya dari Nathan."Apa kamu sudah melupakan apa yang aku ajarkan?" Ucap Erland seolah sedang memarahi anak kecil."Tidak, tadi aku sudah mengetuk pintunya tapi, tidak ada satupun yang menggubrisnya." Balas Nathan

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Kisah Lampau

    90 tahun yang lalu ...."Erland aku tidak percaya itu perbuatanmu, katakan saja yang sejujurnya." Felix menghunus pedang tajamnya ke arah Erland yang berdiri di hadapannya, dia menatap Erland dengan mata merah menunggu jawaban keluar dari mulut temannya itu. "Katakan atau aku tidak akan segan untuk melukaimu." Ancam Felix.Saat itu usia mereka masih 21 tahun sehingga, mereka cenderung mudah tersulut emosi dan termakan oleh rumor yang menyebar. Rumor yang mengatakan Erland yang melukai kedua orang tua Felix menyebar dalam semalam, membuat Felix frustasi."Itu aku." Singkat Erland mengakui bahwa rumor yang beredar memang benar."Jika itu hanya ibuku aku masih bisa percaya tapi, kedua orang tuaku terluka dan penyebabnya seorang yangbelum berpengalaman dan baru saja lulus dari Academy Sihir? Erland tidak perlu mengarang da ungkapkan siapa pelakunya!" "Kamu bisa tanya pada Kepala Academy, dialah yang melihatku berada di lokasi." Balas Erland tanpa ekspresi."Bohong! Tidak mungkin seorang

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Manusia Kelelawar

    "Erland lihatlah! Langitnya sangat indah." Mata Emma nampak berbinar menatap langit malam bertabur bintang, senyum damainya terukir jelas saat menunjuk ke arah langit. 'Aku berharap waktu bisa berhenti.' Batin Emma sembari menyandarkan dirinya ke tubuh Erland. Kepalanya mendongak menatap Erland yang sedang menikmati langit indah bersamanya. 'Aku ingin selalu seperti ini.' Batinnya sembari merasakan jantungnya perlahan namun pasti berdegup dengan kencang. Untuk sesaat pandangannya seolah terkunci oleh ketampanan pria itu lalu, tanpa paksaan dia memeluk Erland sembari menenggelamkan wajahnya menghirup aroma wangi tubuh Erland. "Ada apa?" Tanya Erland lembut sembari menunduk menatap Emma yang tiba-tiba memeluknya. Tetap dalam posisinya dia menggeleng lalu berkata, "Hanya sedikit dingin." Emma sedikit berbohong menutupi rasa bahagianya serta menyembunyikan wajah merahnya setelah, sebelumnya menyadari Erland begitu tampan dari sisi manapun. "Emma bisa bantu panggilkan Nathan untukku?"

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status