Home / Horor / Pengantin dari Dunia Gaib / Nama yang Tidak Boleh Diucapkan

Share

Nama yang Tidak Boleh Diucapkan

last update Huling Na-update: 2025-12-06 14:26:59

Kegelapan menyelimuti kamar sepenuhnya. Tidak ada cahaya dari luar, tidak ada pantulan lampu jalan, seakan seluruh rumah tenggelam dalam bayangan pekat. Nara memejamkan mata kuat-kuat, takut membuka dan melihat sesuatu di depan wajahnya. Raka memeluknya, namun bahkan tubuh Raka pun terasa dingin, seolah hawa dari dunia lain membungkus mereka.

Suara itu—yang tadi memanggil “Mama” dengan lembut—perlahan berubah. Kini terdengar seperti suara dua individu: satu suara anak kecil, dan satu lagi suara yang jauh lebih tua, berat, dan menekan dada.

“Jangan panggil dia… jangan panggil… Laksmi…”

Nama itu disebut dengan jelas. Terlalu jelas untuk suara roh anak kecil. Nara merasakan bulu kuduknya berdiri.

Raka mengencangkan pelukan. “Kau mendengar itu?”

Nara mengangguk, tubuhnya gemetar. “Kenapa dia tahu nama Laksmi?”

Raka tidak menjawab. Tidak ada jawaban yang masuk akal.

Tiba-tiba lampu berkedip sekali—sekilas menyala lalu padam lagi. Dalam sepersekian detik cahaya itu, Nara melihat sesuatu ber
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Pengantin dari Dunia Gaib   Gerbang yang Menunggu

    Aku terbangun dengan napas tersengal, seolah baru saja ditarik paksa dari dasar sungai yang gelap. Keringat dingin membasahi tengkuk, padahal angin malam yang masuk lewat jendela terasa begitu dingin hingga menembus tulang. Di langit-langit kamar, bayangan-bayangan panjang seperti menari, mengikuti gerak nyala lampu minyak yang redup.Untuk beberapa detik, aku tidak ingat aku berada di mana.Lalu bau kayu tua, obat gosok, dan dupa yang sudah hampir padam mengembalikan ingatanku. Ini kamar tamu di rumah Bu Warni, perempuan yang bersedia menampungku setelah kejadian di bukit tadi malam. Di luar sana, desa masih diselimuti kabut tipis yang entah kenapa tidak hilang meski fajar sudah lewat berjam-jam.Tanganku refleks meraba jari manis. Cincin dingin itu masih di sana, tapi warnanya berubah. Bukan lagi perak pucat seperti biasanya, melainkan kehitaman, seperti diselimuti jelaga. Permukaannya terasa berdenyut pelan, seirama detak jantungku.Kontrak itu masih mengikatku.Kontrak sebagai pen

  • Pengantin dari Dunia Gaib   Saat Bayangan Menghilang

    Matahari merangkak naik menuju puncak langit. Udara desa terasa semakin panas, namun bukan panas biasa; ini adalah panas yang tidak mengizinkan angin berhembus. Seolah setiap helai daun, setiap butir tanah, dan setiap detak jantung tahu bahwa sesuatu yang lebih besar dari mereka sedang mendekat.Bayangan mulai memendek.Menjadi lebih pendek.Hingga akhirnya… menghilang.“Waktunya,” bisik Laksmi.Nara berdiri dengan nafas yang tidak stabil. Raka memegang tangannya dengan erat, seolah jika ia melepaskan, dunia akan merenggutnya begitu saja.Ritual ketiga berlangsung di tempat yang berbeda—di Pelataran Batu Tua, tempat yang hanya digunakan untuk upacara tertentu yang tidak boleh disaksikan sembarang mata. Lingkaran batu kuno itu dipenuhi ukiran-ukiran yang jauh lebih tua dari desa, ukiran yang terasa hidup ketika disentuh cahaya matahari.Di tengah lingkaran, terdapat batu berbentuk altar rendah. Di situlah Nara harus duduk.“Apakah… ini akan menyakitiku?” tanya Nara pelan.Laksmi memand

  • Pengantin dari Dunia Gaib   Dua Nyawa dalam Satu Pertaruhan

    Setelah celah gaib itu tertutup sepenuhnya, sunyi yang menyelimuti desa terasa jauh berbeda. Bukan sunyi damai dari alam pagi, melainkan keheningan yang membawa tanda bahaya baru. Seolah dunia menahan napas, menunggu apa yang akan terjadi pada Nara.Nara bersandar pada Raka, tubuhnya lemas. Keringat dingin membasahi pelipisnya, meskipun udara desa pagi itu tidak terlalu panas. Wajahnya pucat, tetapi matanya tetap terbuka, penuh ketakutan namun juga tekad.“Aku… aku masih merasakan dia,” bisiknya sambil memegang perutnya. “Dia bersembunyi… menunggu.”Raka mengusap punggungnya dengan lembut. “Kau aman sekarang. Laksmi berhasil menahannya.”Laksmi menggeleng pelan. “Tidak sepenuhnya. Wujudnya kita tahan, tapi bagian kecil dari dirinya masih tertanam di dalam kandunganmu. Dan setelah ritual ketiga… dia akan mencoba melakukan perlawanan yang jauh lebih besar.”Nara menggigil. “Apa… apa ritual ketiga benar-benar bisa memisahkan kami?”Laksmi menatap Nara dengan sorot mata yang tidak mudah d

  • Pengantin dari Dunia Gaib   Memanggil Wujud Roh Penjaga

    Setelah ritual penegasan, pagi di desa itu terasa berbeda. Udara lebih padat, lebih berat, seolah sesuatu menggantung di atas kepala mereka. Bahkan suara ayam berkokok terdengar serak, seperti hutan pun sedang menahan napas.Nara duduk di bale bambu, memegang perutnya sambil memperhatikan Raka yang berjalan mondar-mandir gelisah. Ia tidak mengatakan apa pun, tapi kegundahannya mudah terbaca.“Raka…” panggil Nara akhirnya.Raka berhenti, menatap Nara dengan mata sedikit merah. “Aku tidak bisa berhenti memikirkan wujud yang kita lihat tadi. Makhluk gelap itu… dekat sekali dengan anak kita.”Nara menunduk. “Aku tahu. Aku pun merasakannya… seperti dua kehidupan yang tidak cocok berbagi ruang yang sama.”Raka duduk di sebelahnya, menggenggam tangannya. “Kita akan selamatkan bayi kita. Apa pun caranya.”Pada saat itu, pintu rumah berderit. Laksmi keluar, membawa sebuah kotak kayu berukir yang berbeda dari sebelumnya. Kotak itu lebih besar, lebih berat, dengan ukiran simbol-simbol spiral yan

  • Pengantin dari Dunia Gaib   Penegasan Pertama: Entitas Dalam Kandungan

    Pagi menjalar perlahan ke desa, namun sinar matahari yang biasanya hangat terasa suram hari itu. Seolah alam tahu bahwa sesuatu yang besar akan terjadi. Laksmi mempersiapkan ruang ritual untuk tahap kedua; kali ini jauh lebih rumit daripada sebelumnya. Ada lingkaran yang digambar dengan kapur putih, simbol-simbol kecil di setiap sudut, serta mangkuk air yang terisi dedaunan hijau pekat.Nara duduk di tengah lingkaran, wajahnya pucat namun matanya menunjukkan keteguhan. Raka duduk di sampingnya, menggenggam kedua tangannya, seolah tak pernah mau melepaskannya lagi.“Nara,” ujar Laksmi, “ritual kedua bertujuan untuk melihat dengan jelas apa yang ada di dalam kandunganmu. Setelah itu kita bisa menentukan cara memotong ikatan berikutnya.”Nara mengangguk pelan. “Kalau begitu… mari mulai.”Laksmi mengambil napas panjang, kemudian menepuk tanah tiga kali. Getarannya sangat halus, tapi Nara merasakannya seperti denyut kecil di tulang-tulangnya.“Raka,” kata Laksmi, “apa pun yang kau lihat na

  • Pengantin dari Dunia Gaib   Kisah Leluhur yang Disembunyikan

    Fajar belum sepenuhnya muncul ketika Laksmi menyalakan lentera dan memanggil Raka serta Nara keluar dari ruang ritual. Suasana desa masih tenggelam dalam kabut halus, suara jangkrik berganti dengan kokok ayam yang terdengar dari kejauhan. Cahaya jingga samar mulai merayap di ufuk timur.“Kita tidak bisa menunggu lebih lama,” kata Laksmi sambil mengenakan selendang kain tua. “Sebelum ritual kedua dimulai, kalian harus tahu apa yang sebenarnya kita hadapi.”Raka membantu Nara duduk di bale bambu di halaman rumah Laksmi. Udara pagi terasa lebih menenangkan dibanding malam sebelumnya, tetapi ketegangan tetap menggantung seperti benang tak terlihat.“Apa yang kau maksud, Laksmi?” tanya Raka. “Kemarin kau bilang entitas itu penjaga perjanjian. Tapi… perjanjian apa? Siapa yang membuatnya?”Laksmi menatap Raka lama. Terlalu lama, hingga Raka merasa ada sesuatu yang selama ini sengaja ditutupi dari dirinya. Laksmi lalu menarik napas panjang, sebelum akhirnya berkata:“Leluhur keluargamu.”Raka

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status