Sejak kejadian di kamar, seluruh rumah Wiradipa seperti berubah.Pelayan berjalan lebih cepat, mata mereka gelisah. Setiap pintu ditutup rapat, setiap cermin ditutup lebih tebal, dan aroma dupa memenuhi hampir seluruh ruangan.Menjelang malam, Surya mengetuk pintu kamar Nara.“Malam ini kita melakukan ritual,” ucapnya tanpa basa-basi.Nara menelan ludah. “Ritual… untuk roh Sari?”“Untuk menenangkan,” jawab Surya. “Agar dia tidak mengambil nyawamu.”Ucapan itu membuat kaki Nara melemas, tetapi ia tetap mengikuti Surya ke ruang dalam rumah—ruangan yang bahkan Raka jarang masuki.Di sana, beberapa orang berkumpul mengenakan pakaian serba putih.Di tengah ruangan, terdapat tikar menghadap altar berisi sesajen, bunga, dan dupa yang menyala.Raka berdiri di sisi ruangan, wajahnya tegang.Saat Nara masuk, ia segera mendekat.“Kau tidak harus ikut jika tidak mau,” bisik Raka.“Tapi kalau aku tidak ikut… apa dia akan makin marah?” balas Nara pelan.Raka tidak menjawab. Diamnya saja sudah cukup
Terakhir Diperbarui : 2025-12-05 Baca selengkapnya