Anna yang asal bertanya itu membuat Dewi Exi tertawa. Wanita itu hanya berpikir apa yang salah dari pertanyaannya, bukankah kakak dan adik memiliki DNA yang sama?
"Maaf... maaf... Hahahaha."
"Aku hanya merasa pertanyaamu lucu saja, benar-benar on point," lanjut Dewi Exi masih dengan tawanya.
Anna pun mengerucutkan bibirnya.
"Kau pun juga seorang Dewi, tapi itu dulu, sebelum kau terlahir kembali," ucap Dewi Exi.
"Dan mengapa aku jadi terlahir kembali? Apakah kau suatu saat akan terlahir kembali?"
Dewi Exi tertawa sangat kencang hingga matanya berair.
"Suatu saat pun aku akan bisa mati dan terlahir kembali. Dulu, kau adalah Dewi yang menciptakan bangsa ular laut. Kau punya kemampuan meramal. Maka dari itulah bangsa ular memiliki firasat yang bagus. Di saat kau mati, di saat itu pula kemampuan bangsa ular meredup. Dan meski tak bisa kembali sepenuhnya, kemampuan bangsa ular sedikit kembali saat kau terlahir," jelas Dewi Exi.
"Kau yakin hanya ingin mampir ke sini di waktu istirahat kita yang sudah susah payah kita dapatkan?" tanya Alex pada istrinya saat tiba di rumah mereka, di dunia manusia."Selamat datang Yang Mulia Raja dan Ratu," ucap Robert menyambut mereka dari pintu portal."Hai, Robert! Bagaimana kabarmu?" ucap Anna menyapa Robert."Saya sangat baik, Yang Mulia."Robert kemudian mengulurkan tangannya untuk mengambil mantel yang Anna dan Alex kenakan. Di dunia mereka sedang musim dingin."Ya, aku yakin," jawab Anna mantap pada Alex.Robert kemudian mengarahkan mereka ke ruang makan karena Anna sudah membuat daftar makanan apa saja yang ingin dia makan."Kau tak ingin coba mendaki gunung? Kau pernah bilang ingin mencobanya sesekali," jawab Alex. Pria itu sedang berusaha membuat istrinya senang. Entah mengapa beberapa hari ini raut wajah istrinya kurang baik.Ada sesuatu yang membuat Anna kesal, dan ia belum siap mengatakan itu pada suaminya.
Warning 18+Di bab ini akan ada adegan yang menampilkan kekerasan sehingga mungkin tidak nyaman untuk sebagian pembaca.***Anna mencium dahi sang suami dan langsung menyerang Steven lagi."Alirkan sihir ke dua tangan dan kakimu. Itu akan sangat membantu, mengingat kau tak mahir bela diri."Itu adalah pesan Harry pada Anna sebelum Anna menuju dunia manusia."Wowww, kemajuanmu sangat pesat! Kau memang sangat menarik!" ucap Steven memuji Anna.Anna merasa mual mendengar pujian Steven, "Aaahhh, kenapa aku harus mual dan merinding di saat bersamaan begini."Jujur saja Anna kesal karena harus mengingat siksaan demi siksaan yang dilakukan pria itu padanya."Fokus Anna, fokus. Kau akan punya waktu menangis dan berteriak saat semua ini selesai.""Fokus...""Fokus..."Anna terus mengulangi kalimat yang sama seperti merapal mantra. Ia punterus m
"Keluar kalian! Jemputlah ajal kalian sekaranggggg!" teriak Steven.Booooooommmmmmmmm!!!Pria itu lagi-lagi menyerang tenda medis secara brutal. Tenda ini tidak akan bisa lagi beroperasi."Sial!!" umpat Alex sembari memijat dahinya pelan."Kurang ajar sekali dia!" ucap Sean geram.Boooommmm!!Booooommmmmm!!Boooooommm!!Brent mengintip dari sisi tenda yang lain, "Sepertinya dia menjalankan rencananya seperti terakhir kali kita melawannya.""Lagi-lagi dia memecah pasukan?" tanya Alex memastikan dugaannya.Brent mengangguk, "Sepertinya begitu, lokasinya sangat jauh dari sini. Mereka pasti sudah menghabisi manusia sekitar sini.""Paman, kuharap kau bisa mengevakuasi tenaga medis dan para pasian," ucap Sean pada Noah.Noah pun menolah pada Alex dan Brent, "Kalian bertiga yakin bisa menghadapinya?""Kita tidak punya pilihan sekarang bukan, Grand Duke?" ucap Brent
Dewi Exi memandangi adiknya yang sudah berlinang air mata, "Jangan sedih.""Sebaiknya kau pergi sekarang, waktu kita sedikit. Kau hanya perlu berjalan lurus ke depan," ucap Dewi Exi lagi. Ia tak bisa menahan Anna lebih lama. Jika dia melakukannya, Anna tidak akan bisa mencapai tujuannya.Anna kemudian menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Wajah Dewi Exi masih terlihat tidak rela melepas kepergian Anna."Kau bisa menemuiku kapan saja saat semua ini selesai, bukan?" tanya Anna.Wajah sedih itu berubah ceria. Senyum Dewi Exi mengembang."Tentu saja! Kita bisa bertemu lagi di laut ini. Aku akan memberitahumu lewat mimpi."Anna tersenyum, "Kalau begitu sampai jumpa... kakak."Dewi Exi hanya melambaikan tangan. Anna sendiri kemudian berjalan lurus terus ke depan dan berhasil keluar dari ruangan serba putih."Haaaaahhhhhhh..."Anna membuka matanya dan sudah kembali lagi ke laut. Ia mendapati dirinya terbaring di
Anna yang asal bertanya itu membuat Dewi Exi tertawa. Wanita itu hanya berpikir apa yang salah dari pertanyaannya, bukankah kakak dan adik memiliki DNA yang sama?"Maaf... maaf... Hahahaha.""Aku hanya merasa pertanyaamu lucu saja, benar-benar on point," lanjut Dewi Exi masih dengan tawanya.Anna pun mengerucutkan bibirnya."Kau pun juga seorang Dewi, tapi itu dulu, sebelum kau terlahir kembali," ucap Dewi Exi."Dan mengapa aku jadi terlahir kembali? Apakah kau suatu saat akan terlahir kembali?"Dewi Exi tertawa sangat kencang hingga matanya berair."Suatu saat pun aku akan bisa mati dan terlahir kembali. Dulu, kau adalah Dewi yang menciptakan bangsa ular laut. Kau punya kemampuan meramal. Maka dari itulah bangsa ular memiliki firasat yang bagus. Di saat kau mati, di saat itu pula kemampuan bangsa ular meredup. Dan meski tak bisa kembali sepenuhnya, kemampuan bangsa ular sedikit kembali saat kau terlahir," jelas Dewi Exi.
Setelah melihat situasi tak menguntungkan itu dari batu perekam, Noah dan Sean langsung berlari melewati portal menuju arena pertarungan para raja."Halo, pangeran. Sudah lama kita tidak bertemu," ucap Steven menyapa Noah basa-basi.Tanpa berbicara satu patah kata pun, Noah langsung menyerang Steven dengan sihirnya. Noah rasanya tidak sudi berbicara dengan orang yang telah menyakiti putrinya. Melihat jelasnya wajah pria itu hanya mempertebal kebencian Noah."Wow! Wow! Tunggu dulu! Tunggu dulu!" ucap Steven sambil menangkis serangan Noah. Pria itu bahkan menangkis dengan santai, seolah serangan Noah tak ada apa-apanya.Mereka kini seperti ayah yang mengajari anaknya bermain, dengan posisi Noah sebagai anak. Grand Duke Hillary terlihat seperti pemula."Buruk sekali," batin Noah.Noah kini menyerang Steven dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya memberi aba-aba untuk Sean mengamankan sekitar satu atau dua orang.Sean membawa ayahny
Anna menenggelamkan diri dengan tenang seperti biasa. Menurut ayahnya, ini adalah tempat di mana upacara kedewasaan dijalankan.Rasa familiar yang Anna rasakan sekarang... cukup nyaman."Aku hanya perlu berada di dalam sini hingga sembuh, bagaimana caranya aku bisa sembuh?" gumam Anna. Wanita itu bertanya-tanya sambil terus menyelam dan beristirahat sesekali."Hmmm, apakah dengan terus menyelam seperti ini perlahan kutukan terkikis?" Anna bertanya-tanya dalam hati. Sempat terdengar oleh Anna bahwa kutukan ini belum ditemukan obatnya, hanya ini upaya yang bisa mereka lakukan sekarang.Ocean is being ocean. Anna tak melihat ada sesuatu yang istimewa dari lautan ini. Bisa saja karena Anna sudah pernah berada di dalam sini sebelumnya.BruuukkkkkkkkkkkBrruukkkBrraakkkkkAnna ditabrak oleh sesuatu secara tiba-tiba. Lagi-lagi sepertinya lebam di tubuhnya bertambah."Uuurrggghhh! Apa
Alex tidak begitu terkejut saat tiba di lapangan. Porak-poranda, persis seperti laporan yang ia terima dari informan."Basecamp mereka ada di rumah sakit," lapor Vincent pada Alex.Alex pun mengamati Vincent dengan saksama, "Kau yakin akan bergabung di perang ini? Kau baru saja pulih, sebaiknya kau beristirahat."Vincent, Dave, Oswald, Julie dan bahkan Medeline sudah sadar dan pulih bahkan sebelum masa persiapan perang. Namun, kondisi mereka tetap saja membuat Alex khawatir mengingat Raymond masih berpesan agar mereka membatasi diri.Vincent menggertakkan giginya, ia merasa gagal karena membuat raja mengkhawatirkan bawahannya. Pria itu pun kesal karena tidak bisa melindungi sang ratu, kali ini ia tidak ingin gagal."Saya baik-baik saja, Yang Mulia. Jika memang ada hal buruk yang harus terjadi, maka biarkan terjadilah. Saya sudah hidup sebagai kesatria kerajaan naga, gugur sebagai kesatria naga adalah hal yang membanggakan," jawab Vincent mantap.
Air di kolam itu berputar seperti puting beliung yang ganas, menciptakan pusaran besar yang mengancam menelan segalanya."Annnaaaa!!" teriak Alex dengan suara penuh ketegangan, matanya liar mencari keberadaan istrinya di tengah kekacauan.Namun, ia tak bisa melihat Anna. Tubuhnya mungkin terperangkap dalam pusaran itu. Desakan air yang terus berputar semakin kuat, mempersulit pencarian."ARRRRRGGGHHHHHHHH!!""SAAAAKKKKKITTTTTT!!!"