Share

Kembali Tersakiti

Author: Ummu Amay
last update Last Updated: 2025-03-16 16:12:31

Tepat satu malam Shania berhasil menyelesaikan desainnya. Beberapa kali mulutnya terbuka, tanda ia telah mengantuk. Namun, ia tidak bisa langsung tidur kalau tugas dari Ethan belum selesai. Ia takut atasannya itu akan kecewa karena pekerjaan yang mudah itu tidak sanggup ia tuntaskan.

Perlahan Shania bangkit dari atas ranjang. Ia masukkan laptop ke dalam tas kerjanya. Beberapa peralatan kerja yang tadi berserakan di atas ranjang, juga ia rapikan. Ia tak mau kerepotan besok pagi hanya untuk mengurus peralatan kantornya tersebut.

"Akhirnya aku bisa tidur sekarang," ucapnya seraya meregangkan kedua tangan ke atas. Kembali ia menguap, benar-benar mengantuk.

Namun, tiba-tiba dia teringat dengan ucapan Alex sebelum pergi tadi.

"Aku akan pergi dan kembali menemuimu nanti, dan aku harap kamu belum tidur saat aku kembali."

Sekali lagi Shania menengok jam di atas nakas. "Jam satu, dan dia tidak kembali."

Entah tidak kembali atau memang belum kembali, Shania berusaha untuk tidak mempedulikan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
nana lizt
sama ethan aja shania biar bhgia...ethan tulus bgtt menyukaimu hehehe.thor rajin2 donk up nya
goodnovel comment avatar
Lya
Udah shania jgn bodoh tinggalkan alex…pergi yg jauh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kecewa Karenanya

    Alex terbangun tepat di jam enam pagi. Ia terkejut sebab terbaring di kamar apartemen Maura. Tapi, sosok sang kekasih tidak ada bersamanya. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, tapi tidak tampak Maura di dekatnya. 'Apa yang terjadi denganku?' batin Alex yang merasa kecolongan sebab tertidur di kamar Maura. Ponsel di atas meja yang berdiri di samping tempat tidur, menjadi perhatiannya kemudian. Alex pun meraih ponselnya, lalu menghubungi seseorang. "Kemana dia?" ucapnya sebab panggilannya yang tak kunjung diterima. Alex mencoba menghubungi kembali nomor yang ada di layar, tapi untuk kesekian kalinya nomor itu tidak juga merespon. Ia mulai kesal karena merasa diabaikan. "Ia tidak pantas marah padaku," ucapnya kesal, lalu melempar ponselnya ke atas bantal. Saat Alex hendak beranjak bangun, pintu kamar terbuka dari luar. Sosok Maura muncul masih dengan pakaian tidur berwarna maroon yang terlihat seksi. "Kamu sudah bangun, Honey?" tanya Maura yang terlihat bahagia. Alex men

    Last Updated : 2025-03-17
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kondisi Shania

    "Alex memang brengsek!" Umpatan itu meluncur dari mulut Rachel penuh emosi. Rachel yang sengaja datang ke kediaman Shania sebelum pergi ke kantor —demi memastikan kondisi sahabatnya itu dikarenakan tidak masuk kerja, kesal bukan main setelah perempuan di depannya menyodorkan sebuah gambar yang Maura kirim semalam. "Dan kamu masih percaya pada Alex?""Siapa yang percaya pada Alex? Sejak ia mengatakan ingin tetap dengan hubungan kami sekarang, aku sudah meyakinkan diriku untuk segera pergi darinya.""Tapi, kamu terlena oleh sikapnya bukan?" Rachel terlihat panas. Blush on yang menyempurnakan make up di wajahnya, terlihat semakin menyala sebab kemarahan yang ia rasakan. Shania diam. Sikapnya membuat Rachel sontak berdecih."Kenapa kamu bereaksi begitu?" sahut Shania tersinggung. "Itu karena kamu berbohong padaku kemarin. Kamu bilang kalau kamu tidak akan terperdaya apalagi terlena dengan sikap Alex yang belakangan hari ini berubah. Tapi, apa yang terjadi sekarang? Kamu terlihat kecew

    Last Updated : 2025-03-17
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Memastikan Kondisi

    Shania sedang menikmati buah melon ketika Alex muncul dengan wajah kesal. "Kenapa kamu tidak menjawab panggilanku?" tanya Alex marah. Shania menatap heran. 'Apa apa dengannya? Kenapa ia marah-marah tak jelas.'"Kenapa diam? Jawab pertanyaanku. Kenapa saat aku telepon tadi pagi kamu tidak merespon?""Aku sedang di kamar mandi." Shania menjawab santai. Potongan melon tetap menjadi perhatiannya meski di depannya saat ini sudah ada Alex yang tengah menatapnya tajam. "Kenapa kamu tidak menghubungiku balik?""Sudah," jawab Shania sembari mengunyah. "Apa kekasihmu tidak menyampaikan hal tersebut?" Shania bertanya balik saat melihat ekspresi tak percaya di wajah Alex. "Maura? Apa hubungannya dengan Maura?"Shania meletakkan garpu ke atas piring. Ia lalu meneguk air mineral yang ada di sebelah piring. "Aku menelepon balik, tapi kekasihmu yang menerimanya.""Jangan mengarang cerita. Kamu cuma mau mencari alasan supaya aku tidak marah 'kan?"Shania tersenyum sinis. "Sepertinya perempuan itu

    Last Updated : 2025-03-17
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kemunculan Sosok Menyebalkan

    Ketika Alex hampir menempelkan bibirnya ke bibir Shania, tiba-tiba muncul asisten rumah tangga yang saat itu sontak mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Ma-Maaf, Pak. Saya tidak sengaja. Tolong maafkan saya." Suara pelayan itu terdengar bergetar. Sepertinya ia takut pada Alex karena merasa sudah melakukan kesalahan. "Ada apa?" Alex masih dengan posisinya —memangku Shania yang sejak kepergok sang pelayan, berusaha melepaskan diri dari cengkeramannya.Namun, lelaki itu menahan gerakan tubuh sang istri agar tidak kabur. "Maaf, Pak Alex. Ada tamu di luar cari Bapak." Pelayan itu masih memandang ke arah lain, enggan memandang sang majikan, yang saat itu posisinya membuat dirinya tak nyaman. "Tamu? Siapa?""Beliau memperkenalkan dirinya, Maura."Alex sontak menatap Shania. Ia terkejut, tak menyangka kalau Maura akan berani datang ke rumah yang ia tempati bersama Shania. Sikap Alex yang kurang waspada, membuat Shania berhasil melepaskan diri dari cengkeramannya. "Di mana dia sekaran

    Last Updated : 2025-03-17
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Cuci Mata

    Suasana jalan raya tampak padat ketika Shania sudah mengaspal. 'Padahal belum jam istirahat,' gumamnya. Shania harus fokus menyetir sebab banyak kendaraan roda dua yang tak mau bersabar dalam melajukan kendaraannya. Cuaca yang cukup terik membuat sebagian dari mereka terburu-buru menghindari panasnya matahari. Lain dengan yang di dalam mobil, mereka bisa menyalakan AC sehingga tidak mempengaruhi kondisi cuaca di dalam. Shania masih belum menemukan tujuannya. Sampai saat ini Rachel juga belum membalas pesannya. 'Dia benar-benar sibuk sekarang,' batin Shania tersenyum. Tidak tahu harus kemana, Shania memilih membelokkan mobil ke arah mall. Ia akan melupakan kebersamaan Alex dan Maura dengan mencuci matanya di dalam sana. Pusat perbelanjaan yang ada di pusat kota adalah tempat favorit yang kerap Shania kunjungi bersama Rachel dulu. Namun, setelah ia menikah, kegiatan 'window shopping' yang menjadi agenda weekend bersama sahabatnya itu tak pernah lagi dijalani. Alex benar-benar tel

    Last Updated : 2025-03-18
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Reaksi Atas Sebuah Aksi

    Shania khawatir melihat cara mengemudi Rachel sekarang. Kecepatan yang lumayan tinggi, membawa keduanya sampai di tujuan dengan sangat cepat. Tak peduli meski jalanan padat dan penuh, Rachel mampu mengendarai mobilnya dengan sangat apik, juga keren. "Kita tidak perlu melakukan ini, Chel." Shania berkata dengan binar matanya yang terlihat menyakitkan. "Kita justru harus melakukan ini!" kata Rachel berkata tegas. Shania menggeleng. "Aku sudah biasa. Jadi, tidak perlu kita menemui mereka.""Lebih baik kamu diam, Shania. Kalau tidak konsentrasiku akan terganggu."Ucapan Rachel sontak membuat Shania terdiam. Ia tak lagi bicara hingga mobil sampai di depan rumah yang ia tempati bersama Alex. Pintu pagar terbuka lebar. Seorang petugas keamanan memberi hormat ketika mobil yang Rachel dan Shania tumpangi lewat. "Selamat siang, Bu Rachel.""Siang, Pak. Terima kasih.""Sama-sama."Interaksi antara Rachel dan petugas security luput dari pandangan Shania. Karena sejatinya, perempuan itu lebih

    Last Updated : 2025-03-18
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Memergoki

    Suasana tegang sekaligus menguras emosi, Rachel dan Shania rasakan saat ini. Masuk ke ruangan kerja Alex seperti seorang penguntit demi mengetahui apa yang tengah pengusaha itu lakukan bersama kekasihnya di dalam, membuat mereka terlihat gugup sekaligus cemas. "Kita keluar saja. Batalkan rencana kamu," bisik Shania sembari memegang tangan Rachel. Namun, Rachel menggeleng tegas. "Aku akan tetap masuk. Tak peduli apa yang tengah mereka lakukan, aku mau meminta penegasan dari Alex untuk hubungan kalian. Syukur-syukur aku menemukan sesuatu yang bisa dijadikan alasan kamu pergi tanpa perlu susah payah memintanya."Shania menatap pasrah. "Kita menemukan sesuatu atau tidak, aku akan tetap pergi, Chel.""Tapi, setidaknya tidak ada kesempatan bagi Alex untuk kembali padamu saat ia mengetahui bahwa kamu mempunyai anak, yaitu darah dagingnya."Shania tak lagi berdebat. Ia membiarkan Rachel yang kemudian melepaskan genggaman tangannya. Sahabatnya itu berjalan menyusuri ruangan yang pencahayann

    Last Updated : 2025-03-19
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Berpisah

    Sekian detik berlalu semua orang menunggu Shania bicara. Hingga ketika Rachel mencolek tangannya, istri Alex itu akhirnya tersadar dari lamunan. "Rachel, maafkan aku karena sudah membuatmu khawatir." Shania mulai berkata sembari menggenggam tangan sang sahabat. Gadis di depannya menarik napas dan menunggu kalimat apa yang akan sahabatnya itu katakan. "Itu bukan masalah. Aku rela melakukan apapun supaya kamu bahagia." Linangan air mata mulai menggenang di pelupuk mata. Selepas itu Shania memandang Alex yang menatapnya angkuh. "Alex, ayo kita bercerai."Tak percaya dengan ucapan Shania, Alex sontak beranjak maju dan menghampiri istrinya itu dengan ekspresi marah. Di belakangnya, Maura terlihat bahagia dengan senyum mengembang di bibirnya. Ditatapnya Shania tanpa kata. Lalu, beralih menatap Rachel yang menunjukkan ekspresi puas. Alex seolah berkata, 'semua gara-gara kamu!'"Apakah keputusanmu itu sudah finish, Shania?" tanya Alex dengan suara pelan, tapi penuh penekanan. Shania me

    Last Updated : 2025-03-19

Latest chapter

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Keseruan di Kediaman Harrison

    Keluarga Harrison tengah melangsukan makan malam. Beberapa teman Shania, termasuk sahabatnya diundang oleh sang tuan rumah. Makan malam berlangsung penuh kehangatan dan keceriaan sebab salah satu anggotanya yang tak pernah berhenti untuk bercerita. Siapa lagi kalau bukan Rachel —sahabat Shania. Gadis itu datang bersama Ethan dan beberapa teman lainnya yang merupakan anak buah Ethan di kantor. Fiersa, teman Shania yang sudah tahu kalau temannya itu hamil, cukup kaget dan dibuat terkesima dengan fakta mencengangkan mengenai jati diri perempuan itu. Ia bahkan hampir tak bisa menelan makanan yang dihidangkan oleh para pelayan di rumah Shania saking shock-nya. "Apakah Bapak sudah tahu tentang fakta ini?" Fiersa sampai bertanya pada Ethan, sang atasan, saat pertama kali sampai di rumah Shania. "Ya, tidak mungkin aku tidak tahu," jawab Ethan tersenyum. "Sejak kejadian di rumah sakit, aku akhirnya mencari tahu.""Jadi, awalnya juga tidak tahu?"Ethan menggeleng. "Sama seperti yang lainnya

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Cara Alex

    Alex kaget mendengar ucapan Maura. Dilihatnya ekspresi kesal yang ditunjukkan oleh kekasihnya itu setelah mengatakan sesuatu yang merujuk pada sosok Shania. "Aku pergi dulu. Nanti kamu bisa hubungi aku lagi kalau sudah selesai istirahat." Pada akhirnya Alex memilih untuk meninggalkan apartemen. Berusaha sekali mengabaikan kalimat sindiran yang tadi Maura lontarkan. "Apa yang sudah perempuan itu lakukan padamu?" Maura hampir berteriak saat Alex sudah akan membuka pintu mobil. Beberapa orang yang hilir mudik di sekitar mereka, menengok karena penasaran. Termasuk petugas security yang tadi diminta Alex untuk membantu mengangkat koper dan barang milik Maura ke unit apartemen, diam di tempat sambil memperhatikan keributan yang selama ini tak pernah terjadi pada pasangan tersebut. "Aku sedang tidak mau berdebat, Maura. Jadi, lebih baik kamu istirahat sekarang. Jangan lupa makan dulu. Aku sudah pesankan makanan melalui pesanan online. Sekitar sepuluh menit lagi sampai."Alex benar-benar

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mengantar Pulang

    Suasana bandara tampak ramai dengan banyaknya orang di area kedatangan atau pun keberangkatan. Alex adalah salah satu dari banyaknya orang tersebut, menunggu kedatangan Maura dari luar negeri. Sebulan penuh wanita itu berada di benua biru untuk menyelesaikan sebuah proyek desain. Sebuah desain yang ia menangkan dalam sebuah lelang di adakan oleh salah satu perusahaan terkenal yang ada di sana. Alex sudah menunggu sekitar tiga puluh menit, namun tanda-tanda kemunculan wanita itu masih belum juga terlihat hingga sosok Brian muncul membawa makanan yang ia pesan. "Kenapa kamu tidak makan di restoran saja? Kenapa harus dibungkus seperti ini?""Tidak apa-apa. Aku lagi mau makan santai saja," ucap Alex seraya duduk di area tunggu. "Kamu tidak mau?" Alex mengangkat satu bungkusan satunya. Brian menggeleng. "Untukmu saja."Alex mengangkat bahunya cuek. Ia lanjut menikmati makanan yang sedang dikunyahnya. Suasana hatinya terasa lain. Sesuatu yang membahagiakan ia rasakan sebab perhatian Sha

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mulai Berbaikan

    Pertemuan pagi itu telah menghasilkan satu keputusan di mana akhirnya Alex meminta tim pengacaranya untuk segera mendaftarkan berkas perceraiannya ke pengadilan agama. "Kamu serius mau melakukan ini?" tanya Brian, yang tak percaya atas permintaan Alex tersebut. "Apakah sekarang kamu melihat aku sedang becanda?" Alex bertanya balik sembari menghubungi Shania perihal surat nikah yang ia pegang. "Y-ya, aku tahu kamu terlihat serius. Tapi, apa yang sudah membuatmu mau menyetujui permintaan Shania?"Alex tidak menjawab. Ia hanya tersenyum menatap asistennya itu. Di lain tempat, Shania merasa ada perasaan tak nyaman di hatinya. Setelah membaca pesan yang Alex kirimkan sejujurnya ia merasa lega. Akhirnya Alex mau mendaftarkan gugatan cerai atas pernikahan mereka. Tapi, hatinya mendadak nyeri. Nyeri karena akhirnya mereka benar-benar akan berpisah. "Kamu sudah mendapat kabar dari Alex?" Sebuah pesan dari Rachel masuk ke ponsel Shania setelah ia membalas pesan dari Alex. "Bagaimana feeli

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Pertemuan Pagi Hari

    Malam itu Alex melewati malam tanpa sedikit pun memejamkan mata. Kata-kata Shania terakhir, membuatnya tak bisa tertidur. Di atas sofa, ia menatap langit-langit kamar. Di atas ranjang sana, sang istri sudah tertidur pulas. Bayinya juga tidak rewel setelah satu jam yang lalu sang istri memberinya ASI. "Aku mungkin masih mencintaimu, tapi aku tak memiliki keinginan untuk kembali hidup bersamamu seperti dulu."Kalimat itu mungkin sebuah pengharapan bagi Alex. Tapi, ia tahu bagaimana sifat Shania. Perempuan itu akan tetap mempertahankan harga dirinya dan kemauannya. Hingga waktu melewati dini hari, Alex pun iseng membuka ponsel. Dan saat itu dirinya kepikiran untuk mengubungi Rachel, sahabat Shania. "Maaf malam-malam mengirimu pesan. Kalau tidak keberatan, aku mau mengajakmu ketemuan besok sebelum masuk kantor."Bingo! Pesan yang Alex kirimkan mendapatkan balasan. "Oke. Aku tunggu di kafe milikku. Tempat yang waktu itu kamu menjemput Shania."Alex ingat. Waktu itu ia sedang gila-gilan

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Teguh Pendirian

    "Maura?" tanya Shania saat Alex sudah selesai dengan panggilannya. Alex sempat kaget dengan tebakan Shania yang tepat sasaran. Tapi, sesaat kemudian ia bisa mengontrol dirinya dengan tidak menunjukkan sikap guguk atau panik. "Ya," jawab Alex singkat. Tak ada keterangan atau kabar apapun yang ia berikan kepada Shania. Shania sendiri tidak menanyakan lebih jauh, apa yang keduanya obrolkan. Beruntung bagi Alex karena saat ini Shania sudah berada di dalam kamarnya. Bukan di ruang keluarga seperti saat terakhir dirinya meninggalkan mertua dan istrinya itu. Bahkan, kedua mertuanya pun tak ada yang bertanya mengenai panggilan yang tiba-tiba tadi. "Tidurlah di sana seperti semalam," ucap Shania ketika Alex sudah akan menghampirinya di ranjang. Alex menghentikan langkah. Tapi, sedetik kemudian ia tetap berjalan mendekati sang istri. "Aku senang kalau harus menggendongmu ke sini," kata Alex yang direspon cuek oleh Shania. Tapi, lelaki itu sepertinya sudah bisa menebak sebab keisengannya t

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Makan Malam

    Alex kembali ke kediaman keluarga Harrison saat masuk jam makan malam. Lian dan Nina sedang berbincang di ruang keluarga ketika Alex datang. Ayah dan ibu mertuanya terlihat santai saat Alex menyapa mereka. Tidak cuek seperti kekhawatirannya selama ini, sikap dua orang paruh baya itu justru membuat hati Alex terasa lebih tenang. Meski tidak menunjukkan perhatian berlebih, tapi Alex tahu bila keduanya tidak terlalu membencinya. "Aku izin menemui Shania dulu, Yah, Bu," pamit Alex setelah cukup menyapa kedua mertuanya itu. "Ya."Alex pun pergi menuju kamar tamu yang kini menjadi kamar Shania. Tak peduli ketika namanya sempat disebut oleh sang mertua saat ia beranjak pergi. 'Itu bukan hal aneh ketika seharusnya mereka membenciku, tapi masih mau menerima kehadiranku di kediaman mereka,' batin Alex bersyukur karena memiliki mertua yang sangat baik. Teringat pukulan Lian di perutnya tempo hari, Alex nilai itu bukan sesuatu yang menyakitkan. Justru, seharusnya Lian melakukan hal lebih dar

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Sesuatu yang Mengubah Hati

    Shania sudah selesai mandi ketika melihat Alex masih tertidur di sofa. Mentari sudah terlihat naik, membuatnya yakin jika hari sudah semakin siang. 'Apakah ia tidak pergi ke kantor?' batin Shania yang kemudian memeriksa bayinya di dalam boks. Bayi mungil itu tampak tenang setelah subuh tadi menangis karena haus dan juga mengompol. 'Nyenyak sekali kamu, Nak,' gumam Shania tersenyum sembari mencubit gemas pipi bayinya itu. Tak ada pergerakan, membuat Shania memilih untuk meninggalkan dan berencana memandikan bayinya itu setengah jam mendatang. Ia lalu menghampiri Alex untuk membangunkannya. Dengkuran masih terdengar halus. Meski awalnya tak mau peduli, pada akhirnya Shania membangunkan juga lelaki di depannya itu. "Alex! Bangun, Lex!" seru Shania memanggil nama suaminya. Tak ada respon, membuat Shania kembali memanggil. "Lex! Udah siang."Masih tak ada respon, akhirnya Shania menggoyang pundak Alex sambil memanggil namanya sedikit kencang. "Alex! Bangun!"Usahanya berhasil. Alex

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Tiba-tiba Masuk

    Alex diam, begitu juga Shania. Beberapa detik kemudian, Alex memalingkan wajah dan menatap martabak yang sepertinya menggugah seleranya. "Kamu mau kita bercerai, meski hatiku yang paling dalam enggan melakukannya," ucap Alex. "Sudahlah, Lex. Jangan bersikap seperti anak kecil. Kita sadari, kita sudah sama-sama dewasa. Sudah ada anak di kehidupan kita. Jadi, tolong bersikap bijak." Shania masih bisa santai menjawab. Meski berbicara dengan Alex dan membahas tentang masalah rumah tangga mereka membuat tekanan darahnya naik perlahan. "Sikapku yang mana memangnya yang menurutmu tidak bijak?" Alex tampak tersinggung. "Ya, itu ... berniat bernegosiasi. Apalagi kalau bukan mau mengulur waktu?"Alex tak percaya jika Shania akan menuduhnya mengulur waktu. Padahal yang sebenarnya, ia bahkan tak mau menceraikan wanita itu. "Kamu mau kita bercerai, aku akan coba turuti itu." Alex berkata sembari menatap wajah Shania yang terlihat cuek. "Aku memang punya pengacara pribadi, tapi menghadapi satu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status