Share

Pandangan Berbeda

Author: Ummu Amay
last update Huling Na-update: 2025-04-24 23:03:24

Sudah tiga hari sejak Shania dirawat, sejak itu juga ia ditemani oleh Hanum atau Nina secara bergantian. Lian dan Jimmy juga datang, tapi keduanya hanya datang di saat jam makan siang atau pulang kantor. Dua kakek itu seolah tak mau kehilangan satu hari pun demi melihat perkembangan harian si kecil.

Lantas, kemana Alex yang katanya akan mengubah sikapnya demi mempertahankan biduk rumah tangganya dengan Shania? Apakah Alex berdusta sebab tak bisa melupakan sosok Maura di dalam pikiran dan jiwanya?

Jawabannya tidak. Ternyata sosok lelaki itu juga setia berada di ruang perawatan VVIP di rumah sakit milik kerabat keluarga Sebastian tersebut. Alex —meski keberadaannya tak dianggap, tak pernah pulang ke rumahnya dan tetap menjaga serta menemani Shania juga bayinya.

Sejak Shania melahirkan, Alex tidur, makan, dan melakukan semua kegiatannya di ruangan tersebut. Ia hanya akan pergi saat bekerja. Setelahnya ia akan kembali mengunjungi sang istri dan putranya.

Namun, apakah Shania setuju? Ap
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mulai Bicara

    Shania akhirnya bisa kembali ke rumah. Rumah yang sudah hampir setahun tidak ia tinggali, kini bak istana megah yang begitu ia rindukan. Aromanya yang khas, mampu membuatnya terpukau hingga tanpa sadar air matanya menggenang di pelupuk mata. Baru ruang tamu dan keluarga yang Shania jelajahi, tapi ia seolah tak mampu lagi berjalan sebab keharuan yang dalam dadanya rasakan. Hampir sesak sebab penyesalan yang dirinya rasakan setelah pernikahan yang terjadi bersama Alex. Nina melihat keharuan pada wajah putrinya itu. Bayi yang tampak nyaman dalam gendongannya, ia berikan pada Lian untuk diambil alih. "Ibu dan ayah senang akhirnya kamu bisa kembali lagi ke rumah ini," ucap Nina setelah menghampiri anak perempuannya itu seraya memeluk bahu yang tampak bergetar. "Maafin aku ya, Bu?" Shania menatap sang ibu dalam raut wajah penuh penyesalan. "Tidak ada yang salah di sini, tidak ada juga yang harus Ibu dan ayah maafkan."Keduanya kemudian saling berpelukan. Jauh di belakang mereka, berdir

    Huling Na-update : 2025-04-26
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Satu Keputusan

    Alex terjebak. Pertanyaan yang ia ajukan kepada Shania, dibalas dengan pertanyaan tentang kemunculannya ke kediaman Tita bersama sang kekasih. "Kami memang belum memutuskan untuk berpisah waktu itu. Meski aku sudah tidak pernah pergi atau bersama-sama dengannya lagi, hubungan kami belum berubah.""Tapi, apakah menurutmu itu pantas, Lex? Ya, meskipun aku tidak peduli juga." Shania menjawab cuek. "Kamu peduli," sahut Alex mendadak senang. "Tidak." Shania menggeleng, tertawa sinis. "Aku hanya merasa lucu. Entah apa yang kamu pikirkan waktu itu. Pergi mencari aku, tapi bersama wanita lain. Apakah tujuanmu sebenarnya, mau meminta maaf atau mau memaksa aku pulang?"Alex bukan tidak menyadari itu. Tapi, saat itu ia benar-benar dalam situasi yang serba salah. Ia telah mengakui kesalahannya terhadap Shania, tapi ia tidak bisa langsung memutuskan hubunganya dengan Maura tanpa ada alasan yang jelas. "Aku sadar, mau sampai kapan pun kamu dan Maura memang tidak bisa berpisah.""Aku sudah tidak

    Huling Na-update : 2025-04-26
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Tak Pernah Berubah

    Ethan tengah berbincang dengan ayahnya Shania setelah melihat bayi tampan yang menggemaskan, yang saat ini tengah tertidur nyenyak di boks bayinya. Lelaki itu menyudahi kunjungannya setelah sang pemilik rumah mengajaknya untuk berbincang. "Siapa nama ayahmu?" tanya Lian. Ethan menjawab, menyebut nama ayahnya yang ia yakin tidak akan dikenal oleh Lian karena profesi sang ayah yang tidak berhubungan dengan profesi lelaki paruh baya di depannya. "Kebetulan Alex adalah mantan mahasiswa ayah. Beliau menjadi dosen pembantu waktu Alex mengejar sidang skripsinya.""Oh, ayahmu dosen? Waktu mereka menikah, apakah Alex mengundang kedua orang tuamu juga?"Pertanyaan Lian membuat Ethan teringat dengan momen ketika ibu dan ayahnya memberi kabar tentang pernikahan putra Sebastian itu.Ethan yang diam-diam jatuh hati kepada Shania, dibuat terkejut dengan berita tentang pernikahan anak buahnya. Mengetahui bahwa perusahaannya tengah mengerjakan proyek kerja sama dengan perusahaan milik Alex tersebut

    Huling Na-update : 2025-04-29
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mencoba Berbicara

    Waktu menjelang malam Alex kembali. Ia menemui Shania yang tengah menyusui putranya di kamar tamu yang sekarang menjadi kamarnya. "Eh, maaf. Maaf aku tidak mengetuk pintu sebelumnya." Kecanggungan keduanya rasakan saat Alex melihat reaksi Shania yang kaget dan langsung menutup area pribadinya begitu dirinya muncul. "Enggak apa-apa." Shania gugup dan malu. Meski mereka pernah melakukan hubungan suami istri, tapi menunjukkan area pribadinya di depan Alex sangat tidak pernah sekali pun ia lakukan. Alex berjalan mendekat setelah Shania mengkondisikan dirinya. Meski canggung, Alex tetap melangkah dan berdiri di depan sang istri. "Apakah kamu sudah makan?" tanya Alex. "Belum." Shania menggeleng. "Kenapa? Ini sudah malam," sahut Alex sembari melihat jam di pergelangan tangannya. "Waktu makan malam tadi dia bangun," ucap Shania menatap bayinya. "Apakah bayi yang belum seminggu sudah banyak minum?"Shania menggeleng. "Aku pikir tidak, tapi kenyataannya dia masih senang aku gendong.""S

    Huling Na-update : 2025-04-29
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Tiba-tiba Masuk

    Alex diam, begitu juga Shania. Beberapa detik kemudian, Alex memalingkan wajah dan menatap martabak yang sepertinya menggugah seleranya. "Kamu mau kita bercerai, meski hatiku yang paling dalam enggan melakukannya," ucap Alex. "Sudahlah, Lex. Jangan bersikap seperti anak kecil. Kita sadari, kita sudah sama-sama dewasa. Sudah ada anak di kehidupan kita. Jadi, tolong bersikap bijak." Shania masih bisa santai menjawab. Meski berbicara dengan Alex dan membahas tentang masalah rumah tangga mereka membuat tekanan darahnya naik perlahan. "Sikapku yang mana memangnya yang menurutmu tidak bijak?" Alex tampak tersinggung. "Ya, itu ... berniat bernegosiasi. Apalagi kalau bukan mau mengulur waktu?"Alex tak percaya jika Shania akan menuduhnya mengulur waktu. Padahal yang sebenarnya, ia bahkan tak mau menceraikan wanita itu. "Kamu mau kita bercerai, aku akan coba turuti itu." Alex berkata sembari menatap wajah Shania yang terlihat cuek. "Aku memang punya pengacara pribadi, tapi menghadapi satu

    Huling Na-update : 2025-04-29
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Sesuatu yang Mengubah Hati

    Shania sudah selesai mandi ketika melihat Alex masih tertidur di sofa. Mentari sudah terlihat naik, membuatnya yakin jika hari sudah semakin siang. 'Apakah ia tidak pergi ke kantor?' batin Shania yang kemudian memeriksa bayinya di dalam boks. Bayi mungil itu tampak tenang setelah subuh tadi menangis karena haus dan juga mengompol. 'Nyenyak sekali kamu, Nak,' gumam Shania tersenyum sembari mencubit gemas pipi bayinya itu. Tak ada pergerakan, membuat Shania memilih untuk meninggalkan dan berencana memandikan bayinya itu setengah jam mendatang. Ia lalu menghampiri Alex untuk membangunkannya. Dengkuran masih terdengar halus. Meski awalnya tak mau peduli, pada akhirnya Shania membangunkan juga lelaki di depannya itu. "Alex! Bangun, Lex!" seru Shania memanggil nama suaminya. Tak ada respon, membuat Shania kembali memanggil. "Lex! Udah siang."Masih tak ada respon, akhirnya Shania menggoyang pundak Alex sambil memanggil namanya sedikit kencang. "Alex! Bangun!"Usahanya berhasil. Alex

    Huling Na-update : 2025-04-30
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Makan Malam

    Alex kembali ke kediaman keluarga Harrison saat masuk jam makan malam. Lian dan Nina sedang berbincang di ruang keluarga ketika Alex datang. Ayah dan ibu mertuanya terlihat santai saat Alex menyapa mereka. Tidak cuek seperti kekhawatirannya selama ini, sikap dua orang paruh baya itu justru membuat hati Alex terasa lebih tenang. Meski tidak menunjukkan perhatian berlebih, tapi Alex tahu bila keduanya tidak terlalu membencinya. "Aku izin menemui Shania dulu, Yah, Bu," pamit Alex setelah cukup menyapa kedua mertuanya itu. "Ya."Alex pun pergi menuju kamar tamu yang kini menjadi kamar Shania. Tak peduli ketika namanya sempat disebut oleh sang mertua saat ia beranjak pergi. 'Itu bukan hal aneh ketika seharusnya mereka membenciku, tapi masih mau menerima kehadiranku di kediaman mereka,' batin Alex bersyukur karena memiliki mertua yang sangat baik. Teringat pukulan Lian di perutnya tempo hari, Alex nilai itu bukan sesuatu yang menyakitkan. Justru, seharusnya Lian melakukan hal lebih dar

    Huling Na-update : 2025-04-30
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Teguh Pendirian

    "Maura?" tanya Shania saat Alex sudah selesai dengan panggilannya. Alex sempat kaget dengan tebakan Shania yang tepat sasaran. Tapi, sesaat kemudian ia bisa mengontrol dirinya dengan tidak menunjukkan sikap guguk atau panik. "Ya," jawab Alex singkat. Tak ada keterangan atau kabar apapun yang ia berikan kepada Shania. Shania sendiri tidak menanyakan lebih jauh, apa yang keduanya obrolkan. Beruntung bagi Alex karena saat ini Shania sudah berada di dalam kamarnya. Bukan di ruang keluarga seperti saat terakhir dirinya meninggalkan mertua dan istrinya itu. Bahkan, kedua mertuanya pun tak ada yang bertanya mengenai panggilan yang tiba-tiba tadi. "Tidurlah di sana seperti semalam," ucap Shania ketika Alex sudah akan menghampirinya di ranjang. Alex menghentikan langkah. Tapi, sedetik kemudian ia tetap berjalan mendekati sang istri. "Aku senang kalau harus menggendongmu ke sini," kata Alex yang direspon cuek oleh Shania. Tapi, lelaki itu sepertinya sudah bisa menebak sebab keisengannya t

    Huling Na-update : 2025-04-30

Pinakabagong kabanata

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Sikap Alex yang Berbeda

    Seketika area taman berubah hening, yang tadinya ramai dengan keseruan serta tawa teman-teman Shania, mendadak diam membisu sebab kehadiran Alex di tengah-tengah mereka. Fiersa dan beberapa temannya yang tidak tahu mengenai hubungan Alex dengan Shania, memandang takjub sekaligus tak mengerti. Mereka mengenal sosok Alex, tapi bagaimana bisa pengusaha itu ada di kediaman Shania. Hanya Ethan yang terlihat santai. Ini adalah kali kedua dirinya berjumpa dengan Alex di rumah Shania. Terlebih setelah ia tahu hubungan suami istri yang terjalin di antara mereka yang membuatnya lebih bisa bersikap tenang dan tidak terpengaruh sedikit pun atas kehadiran Alex yang tiba-tiba. "Aku permisi dulu." Setelah menyadari suasana yang mendadak canggung, Shania berinisiatif untuk meninggalkan tempat. Ia memilih untuk mengajak Alex supaya pergi meninggalkan keseruan teman-temannya. Rachel tampak mengangkat kedua bahunya, dan membiarkan Shania pergi bersama Alex. Setelahnya, ia kembali mengajak semua oran

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Keseruan di Kediaman Harrison

    Keluarga Harrison tengah melangsukan makan malam. Beberapa teman Shania, termasuk sahabatnya diundang oleh sang tuan rumah. Makan malam berlangsung penuh kehangatan dan keceriaan sebab salah satu anggotanya yang tak pernah berhenti untuk bercerita. Siapa lagi kalau bukan Rachel —sahabat Shania. Gadis itu datang bersama Ethan dan beberapa teman lainnya yang merupakan anak buah Ethan di kantor. Fiersa, teman Shania yang sudah tahu kalau temannya itu hamil, cukup kaget dan dibuat terkesima dengan fakta mencengangkan mengenai jati diri perempuan itu. Ia bahkan hampir tak bisa menelan makanan yang dihidangkan oleh para pelayan di rumah Shania saking shock-nya. "Apakah Bapak sudah tahu tentang fakta ini?" Fiersa sampai bertanya pada Ethan, sang atasan, saat pertama kali sampai di rumah Shania. "Ya, tidak mungkin aku tidak tahu," jawab Ethan tersenyum. "Sejak kejadian di rumah sakit, aku akhirnya mencari tahu.""Jadi, awalnya juga tidak tahu?"Ethan menggeleng. "Sama seperti yang lainnya

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Cara Alex

    Alex kaget mendengar ucapan Maura. Dilihatnya ekspresi kesal yang ditunjukkan oleh kekasihnya itu setelah mengatakan sesuatu yang merujuk pada sosok Shania. "Aku pergi dulu. Nanti kamu bisa hubungi aku lagi kalau sudah selesai istirahat." Pada akhirnya Alex memilih untuk meninggalkan apartemen. Berusaha sekali mengabaikan kalimat sindiran yang tadi Maura lontarkan. "Apa yang sudah perempuan itu lakukan padamu?" Maura hampir berteriak saat Alex sudah akan membuka pintu mobil. Beberapa orang yang hilir mudik di sekitar mereka, menengok karena penasaran. Termasuk petugas security yang tadi diminta Alex untuk membantu mengangkat koper dan barang milik Maura ke unit apartemen, diam di tempat sambil memperhatikan keributan yang selama ini tak pernah terjadi pada pasangan tersebut. "Aku sedang tidak mau berdebat, Maura. Jadi, lebih baik kamu istirahat sekarang. Jangan lupa makan dulu. Aku sudah pesankan makanan melalui pesanan online. Sekitar sepuluh menit lagi sampai."Alex benar-benar

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mengantar Pulang

    Suasana bandara tampak ramai dengan banyaknya orang di area kedatangan atau pun keberangkatan. Alex adalah salah satu dari banyaknya orang tersebut, menunggu kedatangan Maura dari luar negeri. Sebulan penuh wanita itu berada di benua biru untuk menyelesaikan sebuah proyek desain. Sebuah desain yang ia menangkan dalam sebuah lelang di adakan oleh salah satu perusahaan terkenal yang ada di sana. Alex sudah menunggu sekitar tiga puluh menit, namun tanda-tanda kemunculan wanita itu masih belum juga terlihat hingga sosok Brian muncul membawa makanan yang ia pesan. "Kenapa kamu tidak makan di restoran saja? Kenapa harus dibungkus seperti ini?""Tidak apa-apa. Aku lagi mau makan santai saja," ucap Alex seraya duduk di area tunggu. "Kamu tidak mau?" Alex mengangkat satu bungkusan satunya. Brian menggeleng. "Untukmu saja."Alex mengangkat bahunya cuek. Ia lanjut menikmati makanan yang sedang dikunyahnya. Suasana hatinya terasa lain. Sesuatu yang membahagiakan ia rasakan sebab perhatian Sha

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mulai Berbaikan

    Pertemuan pagi itu telah menghasilkan satu keputusan di mana akhirnya Alex meminta tim pengacaranya untuk segera mendaftarkan berkas perceraiannya ke pengadilan agama. "Kamu serius mau melakukan ini?" tanya Brian, yang tak percaya atas permintaan Alex tersebut. "Apakah sekarang kamu melihat aku sedang becanda?" Alex bertanya balik sembari menghubungi Shania perihal surat nikah yang ia pegang. "Y-ya, aku tahu kamu terlihat serius. Tapi, apa yang sudah membuatmu mau menyetujui permintaan Shania?"Alex tidak menjawab. Ia hanya tersenyum menatap asistennya itu. Di lain tempat, Shania merasa ada perasaan tak nyaman di hatinya. Setelah membaca pesan yang Alex kirimkan sejujurnya ia merasa lega. Akhirnya Alex mau mendaftarkan gugatan cerai atas pernikahan mereka. Tapi, hatinya mendadak nyeri. Nyeri karena akhirnya mereka benar-benar akan berpisah. "Kamu sudah mendapat kabar dari Alex?" Sebuah pesan dari Rachel masuk ke ponsel Shania setelah ia membalas pesan dari Alex. "Bagaimana feeli

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Pertemuan Pagi Hari

    Malam itu Alex melewati malam tanpa sedikit pun memejamkan mata. Kata-kata Shania terakhir, membuatnya tak bisa tertidur. Di atas sofa, ia menatap langit-langit kamar. Di atas ranjang sana, sang istri sudah tertidur pulas. Bayinya juga tidak rewel setelah satu jam yang lalu sang istri memberinya ASI. "Aku mungkin masih mencintaimu, tapi aku tak memiliki keinginan untuk kembali hidup bersamamu seperti dulu."Kalimat itu mungkin sebuah pengharapan bagi Alex. Tapi, ia tahu bagaimana sifat Shania. Perempuan itu akan tetap mempertahankan harga dirinya dan kemauannya. Hingga waktu melewati dini hari, Alex pun iseng membuka ponsel. Dan saat itu dirinya kepikiran untuk mengubungi Rachel, sahabat Shania. "Maaf malam-malam mengirimu pesan. Kalau tidak keberatan, aku mau mengajakmu ketemuan besok sebelum masuk kantor."Bingo! Pesan yang Alex kirimkan mendapatkan balasan. "Oke. Aku tunggu di kafe milikku. Tempat yang waktu itu kamu menjemput Shania."Alex ingat. Waktu itu ia sedang gila-gilan

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Teguh Pendirian

    "Maura?" tanya Shania saat Alex sudah selesai dengan panggilannya. Alex sempat kaget dengan tebakan Shania yang tepat sasaran. Tapi, sesaat kemudian ia bisa mengontrol dirinya dengan tidak menunjukkan sikap guguk atau panik. "Ya," jawab Alex singkat. Tak ada keterangan atau kabar apapun yang ia berikan kepada Shania. Shania sendiri tidak menanyakan lebih jauh, apa yang keduanya obrolkan. Beruntung bagi Alex karena saat ini Shania sudah berada di dalam kamarnya. Bukan di ruang keluarga seperti saat terakhir dirinya meninggalkan mertua dan istrinya itu. Bahkan, kedua mertuanya pun tak ada yang bertanya mengenai panggilan yang tiba-tiba tadi. "Tidurlah di sana seperti semalam," ucap Shania ketika Alex sudah akan menghampirinya di ranjang. Alex menghentikan langkah. Tapi, sedetik kemudian ia tetap berjalan mendekati sang istri. "Aku senang kalau harus menggendongmu ke sini," kata Alex yang direspon cuek oleh Shania. Tapi, lelaki itu sepertinya sudah bisa menebak sebab keisengannya t

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Makan Malam

    Alex kembali ke kediaman keluarga Harrison saat masuk jam makan malam. Lian dan Nina sedang berbincang di ruang keluarga ketika Alex datang. Ayah dan ibu mertuanya terlihat santai saat Alex menyapa mereka. Tidak cuek seperti kekhawatirannya selama ini, sikap dua orang paruh baya itu justru membuat hati Alex terasa lebih tenang. Meski tidak menunjukkan perhatian berlebih, tapi Alex tahu bila keduanya tidak terlalu membencinya. "Aku izin menemui Shania dulu, Yah, Bu," pamit Alex setelah cukup menyapa kedua mertuanya itu. "Ya."Alex pun pergi menuju kamar tamu yang kini menjadi kamar Shania. Tak peduli ketika namanya sempat disebut oleh sang mertua saat ia beranjak pergi. 'Itu bukan hal aneh ketika seharusnya mereka membenciku, tapi masih mau menerima kehadiranku di kediaman mereka,' batin Alex bersyukur karena memiliki mertua yang sangat baik. Teringat pukulan Lian di perutnya tempo hari, Alex nilai itu bukan sesuatu yang menyakitkan. Justru, seharusnya Lian melakukan hal lebih dar

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Sesuatu yang Mengubah Hati

    Shania sudah selesai mandi ketika melihat Alex masih tertidur di sofa. Mentari sudah terlihat naik, membuatnya yakin jika hari sudah semakin siang. 'Apakah ia tidak pergi ke kantor?' batin Shania yang kemudian memeriksa bayinya di dalam boks. Bayi mungil itu tampak tenang setelah subuh tadi menangis karena haus dan juga mengompol. 'Nyenyak sekali kamu, Nak,' gumam Shania tersenyum sembari mencubit gemas pipi bayinya itu. Tak ada pergerakan, membuat Shania memilih untuk meninggalkan dan berencana memandikan bayinya itu setengah jam mendatang. Ia lalu menghampiri Alex untuk membangunkannya. Dengkuran masih terdengar halus. Meski awalnya tak mau peduli, pada akhirnya Shania membangunkan juga lelaki di depannya itu. "Alex! Bangun, Lex!" seru Shania memanggil nama suaminya. Tak ada respon, membuat Shania kembali memanggil. "Lex! Udah siang."Masih tak ada respon, akhirnya Shania menggoyang pundak Alex sambil memanggil namanya sedikit kencang. "Alex! Bangun!"Usahanya berhasil. Alex

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status