Share

2. Anak Yang Manis.

"Aaarrggghhh!" Aera terkejut saat tubuhnya terjatuh ke aspal.

"Bibi tidak apa-apa?"

"Tidak, Tuan Muda. Bibi baik-baik saja," sahut Aera melambai pada anak yang ditolongnya dan berlari mengambil kantong belanjaan. Namun, saat melihat jam di pergelangan tangan, Aera terkejut, lalu berkata, "Tuan Muda, maaf, ya! Bibi harus pergi dulu."

Melihat itu, si bocah laki-laki mengangguk. Dia menatap Aera yang semakin menjauh.

"Seung, apa yang kamu lakukan? Bagaimana jika mobil itu menabrak mu?" tanya Myung Dae Hyun yang tiba-tiba datang dan mengangkat tubuh putranya. Pria itu membawanya ke dalam mobil.

"Bibi sudah menolongku," kata Seung dingin, membuat Myung menghela napasnya. "Ayah, kenapa tidak berterima kasih pada bibi itu? Dia yang menolongku tadi" Seung memilih duduk di samping Myung.

"Apakah wanita tadi yang menolongmu?"

Seung terdiam memejamkan matanya tanpa memedulikan perkataan sang ayah.

"Ayah berbicara denganmu, Seung!" Myung meninggikan suaranya saat tidak mendapatkan jawaban dari putra tunggalnya.

"Ayah, aku masih mendengar. Kenapa salahkan aku yang ingin menyeberang? Bukankah Ayah bersama dengan tunangan Ayah?" Seung kembali memejamkan mata. Namun, kali ini, telinganya ditutup dengan earphone.

Myung menyandarkan tubuhnya, kemudian berbicara dengan putranya, pembicaraan yang biasanya tidak akan pernah berakhir dengan perdamaian!

Aera mengatur napasnya saat berada di depan rumah sederhana milik ibunya.

"Aku pulang. Ibu, apa semua baik-baik saja?" Aera menyalakan penghangat ruangan. Badai salju yang mulai datang membuatnya kedinginan.

"Ibu baik-baik saja. Kamu baru pulang?" Nyonya Seo bersuara menyambut putrinya yang pulang ke rumah.

"Ibu, Ga Eun menitipkan ini untuk Ibu."

Melihat paper bag itu, Nyonya Seo menggelengkan kepalanya. "Anak itu! Berapa kali Ibu katakan untuk tidak mengantarkan apa pun untuk kita. Kasihan—"

"Ibu, Ga Eun akan berkunjung ke rumah kita besok." Aera memotong kalimat ibunya.

"Aera, makanlah! Ibu sudah masak makanan kesukaanmu. Cepat ganti bajumu dengan yang lebih hangat. Ibu melihat berita jika malam ini akan ada badai besar. Besok, Ibu akan bicara dengan Ga Eun." Nyonya Seo merasa iba pada Aera , terlebih jika mengenang masa lalunya yang secara tidak langsung menjerumuskan putri semata wayangnya itu yang berakibat sang putri menderita.

Aera melepas bajunya dan menggantinya dengan yang lebih hangat. Bayangan anak laki-laki yang ditolongnya menari-nari di kepalanya kini.

'Dia sangat tampan. Apakah putraku seusia dengannya?'

Aera kembali mengingat masa lalunya. Dia harus memberikan rahimnya untuk mengandung anak milik seorang tuan muda karena ayahnya yang dipanggil Tuan Besar telah membiayai biaya operasi ibunya.

"Aera, apakah kamu masih lama? Ibu sangat lapar." Suara Nyonya Seo menyadarkan Aera dari lamunan.

"Ya, Ibu! Aku segera turun."

Aera mengubah raut wajahnya, lalu berlari ke ruang makan di mana Nyonya Seo telah menunggunya.

"Makanlah yang banyak! Setelah itu, istirahatlah! Cuaca sangat tidak bagus jika kamu terlalu malam berada di luar," ingat Nyonya Seo. Dia ingin putrinya segera istirahat karena dia tahu kalau putrinya hampir selalu menghabiskan waktu di balkon ketika malam sangat larut.

"Aku mengerti Ibu." Aera menghabiskan makan malam. Setelah mengantar Nyonya Seo ke kamarnya dan menyiapkan obat yang harus diminum, Aera berbenah.

"Istirahat, Sayang. Ibu akan meminumnya." Nyonya Seo meminum obat di depan Aera yang kembali muncul.

Senyum menghiasi wajah cantik alami Aera.

Tak lama, Nyonya Seo memejamkan matanya. Dia mendengkur halus. Aera pun ke kamarnya yang berada di lantai atas.

Cuaca pagi begitu dingin. Namun, itu tidak membuat Aera berdiam diri di rumah. Setelah menyiapkan obat untuk Nyonya Seo, Aera memutuskan tetap bekerja.

"Aera. Kamu sudah datang?"

"Ga Eun, ada apa?"

"Bagaimana kabar Bibi?" Ga Eun menolah ke arah Aera yang tengah melepas baju hangatnya.

"Ibu ingin bertemu denganmu. Apa hari ini ada waktu? Bukankah kamu berjanji akan mengunjungi Ibu hari ini?" Aera menyiapkan alat untuk membersihkan kaca yang terhalang kabut.

"Ya, aku akan berkunjung selesai bekerja nanti."

Aera hanya menganggukkan kepalanya mendengar perkataan Ga Eun, lalu kembali bekerja.

"Aera, antarkan pesanan ke meja nomor lima!"

Tanpa menunggu lama, Aera membawa pesanan ke meja yang sudah ditentukan sesuai pesanan. Saat akan kembali, Aera bertabrakan dengan seorang anak laki-laki yang sangat tampan dan menggemaskan. Dia berjongkok menyejajarkan posisi dengan anak itu. Dia, anak yang kemarin dia temui!

"Bisakah kau jangan berlari? Tempat ini tidak baik untuk berlari. Bagaimana jika kau tersandung kaki meja atau kursi? Kalau terjatuh, itu sangat sakit, Sayang." Suara Aera seperti hipnotis. Anak itu langsung menganggukkan kepalanya. Tanpa mereka sadari, ini adalah kali kedua mereka bertemu.

"Aku minta maaf. Aku kelaparan. Itu sebabnya, aku berlari dari toilet. Bibi, maafkan aku." Anak laki-laki yang di hadapan Aera menarik kedua telinganya.

"Baiklah. Lain kali, jangan diulangi … oke?!" Aera mengusap kepala anak di depannya, entah mengapa perasaannya begitu dekat dengan anak itu.

"Seung, kau di sini rupanya! Cepatlah kita makan. Setelah ini, kita akan menemui ayahmu." Seorang gadis cantik bertubuh langsing dengan rambut berwarna kemerahan menghampiri anak itu.

Aera memperhatikan barang yang menempel di tubuhnya adalah limited edition sehingga Aera berpikir jika wanita itu merupakan ibunya. Oleh sebab itu, Aera bergegas meninggalkan Seung.

"Bibi, aku pergi dulu. Sampai ketemu lagi." Suara anak kecil yang tidak lain adalah Seung menghentikan langkahnya dan menoleh ke arahnya.

Aera tersenyum dan menganggukkan kepala.

A Young merasa heran. Selama satu tahun berusaha mendekati Seung, dia selalu gagal melakukannya. Bahkan, dia tidak mau disentuh oleh A Young sampai dengan saat ini. Namun, dia justru menyaksikan bagaimana mudahnya Seung bersikap manja pada gadis asing.

'Seung nama yang memiliki artian penerus.'

A Young duduk di depan Seung dan masih memikirkan kejadian tadi. Melihat anak itu makan dengan sangat anggun disertai sikap dinginnya, menurun dari ayahnya, membuat A Young kesulitan mendapatkan dua hati penerus dari kekayaan keluarga Hyun.

"Bibi, aku sudah kenyang." Tanpa menoleh pada A Young, Seung bergegas pergi ke parkiran sehingga membuat A Young menghentakkan kakinya.

"Kalian benar-benar seperti kutub es. Sangat susah didekati. Huuuff .... Jika ayahmu tidak kaya, aku malas mendekatimu. Myung, kau sangat menyebalkan! Kenapa kau menyuruhku mendekati putramu?" gerutu A Young yang bergegas mengejar Seung yang sudah duduk manis di dalam mobil mewahnya.

"Bibi, sepertinya aku mengenali bibi yang bekerja di restoran tadi."

A Young tidak menanggapi perkataan Seung. Dirinya meminta sopir mempercepat laju kendaraan, tidak peduli jika jalanan sangat licin. Dia ingin buru-buru bertemu dengan Myung dan menghindari Seung.

Di dapur, Aera memikirkan anak laki-laki yang entah kenapa dia merasa begitu dekat dengannya.

'Anak yang manis. Ahhh, siapa namanya tadi? Kalau tidak salah, Seung. Nama yang indah. Orang tuanya pasti beruntung memiliki anak seperti dia.'

"Aera, kau sudah selesai? Jika sudah, mari kita pulang." Jean tiba-tiba datang.

"Sudah. Ayo!"

"Jean, apa kau yakin ingin bekerja di cafe itu? Apa kau tidak takut andai tempat itu tidak cocok untukmu?"

"Aku membutuhkan banyak uang. Pengobatan ayahku tidaklah sedikit. Ke mana lagi aku mencarinya? Gaji di restoran hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari."

Aera menatap sahabatnya. Hidup Jean tidak jauh berbeda dengan hidupnya, tidak seperti Ga Eun yang memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan mereka.

"Baik, semua keputusan ada padamu. Aku minta tetaplah berhati-hati. Kau tahu sendiri tempat itu seperti apa."

"Terima kasih, Aera. Entah kebaikan apa yang pernah aku buat di kehidupan yang dulu sehingga aku memiliki teman sebaik dirimu."

"Kapan kau memulai bekerja di sana, Jean?"

"Hari ini, Aera. Di persimpangan depan, kita sepertinya berpisah."

"Oke, hati-hati," nasehat Aera.

"Kau yang seharusnya berhati-hati, Aera!" seru Jean sebelum melepas pelukannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status